BERBEDA dengan kereta angin pada umumnya, sepeda lipat atau yang biasa disebut Seli dianggap lebih modern dengan konstruksi rangka portable. Namun siapa sangka, sepeda lipat sudah eksis dan digunakan sejak zaman Victoria di akhir abad ke-19. Pada tahun 1887, Emmit G. Latta, insinyur asal Amerika merancang sepeda lipat agar memudahkan mobilitas pekerja pabrik, kurir layanan ekspedisi, bahkan sebagai kendaraan patroli militer dan polisi.
Dengan rancang bangun yang efektif dan efisien, masyarakat di Inggris, Prancis, dan sebagian negara Eropa lainnya secara perlahan mulai menggemari penemuan Emmit. Sepeda yang bisa dilipat sangat praktis dibawa kemana-mana, baik itu dalam urusan bekerja maupun rekreasi. Bisa muat dimasukkan ke bagasi mobil, serta terasa ringan ditenteng saat naik kereta bawah tanah.
Pada tahun 1900, militer Inggris dan Prancis memasukkan sepeda lipat ke barisan pasukan sepeda tempur atau bicycle infantry. Rancang bangun sepeda lipat kemudian ditempeli sejumlah partisi persenjataan perang. Di badan sepeda dengan berat 7 kg dan memiliki roda 24 inci itu terdapat rak senapan rifle: senjata api otomatis laras panjang. Jika di tengah perjalanan menemui medan yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki, para tentara tinggal melipat sepeda dan diikat di punggung.
Para serdadu Britania Raya menggunakan sepeda lipat tempur itu pada Perang Boer Kedua di Afrika Selatan pada tahun 1900. Penggunaan sepeda dalam perang berhasil menggantikan posisi kuda sebagai kendaraan pengiriman maupun pengintaian. Dari pada kuda, pasukan militer Inggris lebih memprioritaskan sepeda karena lebih hemat dari segi biaya, bahan bakar, serta mudah dirawat.
Konsep sepeda lipat militer di abad ke-19 kemudian banyak diadopsi negara lainnya dan diproduksi dalam jumlah besar. Di antaranya Styria Austria, Dursley-Pedersen dan Faun di Inggris, Seidel & Naumann di Jerman, Fongers dan Burgers di Belanda, Peugeot Prancis, Bianchi Italia, Leitner asal USSR atau Rusia, dan Katakura Jepang. Dari sekian merek, pabrikan sepeda lipat militer yang paling populer saat itu adalah perusahaan dari Inggris BSA (Birmingham Small Arms).
BSA memproduksi puluhan ribu sepeda lipat untuk digunakan dalam Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Pada perang dunia kedua, BSA menciptakan sepeda lipat berkonstruksi lebih tahan banting dan kuat. Sepeda lipat yang dirancang khusus itu digunakan para serdadu paratrooper atau tentara penerjun payung. Mereka diterjunkan dari pesawat dengan sepeda yang diikat di parasut. Ketika berhasil mendarat, dengan mengendarai sepeda para serdadu dapat leluasa menembus jantung pertahanan di belakang garis musuh.
Pertempuran militer dengan strategi paratrooper bersepeda ini salah satunya terjadi di Invasi Normandia atau Operasi Overlord pada tanggal 6 Juni 1944. Perang melawan Nazi Jerman itu melibatkan sekitar tiga juta pasukan Sekutu dari Amerika, Inggris, dan Kanada, Belgia, Cekoslowakia, Yunani, Belanda, dan Norwegia.
Dikomandoi Jenderal Dwight Eisenhower, pertempuran dimulai di lima pantai di sepanjang 50 mil wilayah Normandia, Prancis. Invasi Normandia yang merupakan invasi laut terbesar dalam sejarah itu berhasil membebaskan Eropa dari kekuasaan Nazi Jerman.
Beberapa tahun usai perang dunia kedua, banyak produsen sepeda berupaya mengembangkan dan menyempurnakan sepeda lipat. Pada akhir 1950an, Alex Moulton seorang insinyur asal Inggris mulai merancang desain baru; sepeda lipat roda kecil. Waktu itu, Moulton merasa bahwa rangka sepeda klasik kurang fleksibel.
Rangka sepeda diamond atau bentuk umum itu kurang nyaman untuk perempuan, khususnya saat digunakan berbelanja. Dia kemudian merancang sepeda dengan ukuran ban kecil dengan teknologi suspensi, agar nyaman digunakan sehari-hari. Menurut Moulton, roda besar malah membuat laju sepeda lambat. Selain itu, tidak praktis disimpan, dan tidak mudah cocok dengan pola perjalanan masyarakat di negara maju.
Dengan roda kecil, sadel tinggi, dan suspensi karet, desain Moulton sangat revolusioner. Bentuknya berbeda dari konstruksi tradisional. Pada November 1962, dia secara resmi menunjukkan sepeda baru itu di Earl’s Court Cycle Show, salah satu tempat pameran sepeda terbesar di London, Inggris.
Memasuki tahun 1970an, sepeda lipat mulai banyak ditemui di pasaran. Berbagai perusahaan negara-negara di Benua Eropa, Amerika, dan Asia, berlomba-lomba menciptakan berbagai model. Sepeda lipat mulai berkembang pesat dengan teknologi serta bentuknya bermacam-macam. Saking banyaknya model sepeda, era itu disebut sebagai Zaman Keemasan sepeda lipat.
Di Amerika Serikat ada merek Schwinn dan Montage. Sementara di Eropa ada Astra, Peugeot, Motobécane, Motoconfort dari Prancis; di Italia ada Bianchi, Carnielli, Cinzia, Formicone, Rizzato; dari Austria muncul Dusika dan Puch. Sedangkan dari Jerman Barat ada Heidemann Werke, Hercules, Jobafa, Kalkhoff, Kettler, Kynast, Panther, Rixe, Schauff, dan Staiger. MIFA di Jerman Timur; Batavus dan Gazelle asal Belanda; Romet dan ZZR dari Polandia; Beistegui Hermanos, GAC, danTorrot dari Spanyol; Raleigh, Dawes, dan Elswick Hopper asal Inggris; Салют asal USSR dan Rog dari Yugoslavia.
Di kawasan Asia, sepeda lipat diproduksi Jepang dengan merek Bridgestone. Sedangkan di Amerika Latin seperti Argentina ada Aurora dan Bergamasco. Di Brasil terdapat merek Caloi dan Monark.
Pada periode setelahnya, terdapat dua perusahaan sepeda yang mempengaruhi perkembangan sepeda lipat, yaitu Brompton asal Inggris dan Dahon dari Amerika. Sepeda lipat Brompton dirancang Andrew Ritchie tahun 1976. Brompton memiliki bingkai sepeda berengsel dan suku cadang sepeda dibuat dari logam titanium. Brompton merupakan produsen sepeda terbanyak di Britania Raya, dengan memproduksi sekitar 40.000 sepeda per tahun.
Sedangkan Dahon, dirancang oleh Dr. David Hon seorang ahli fisika pada tahun 1982. Sepeda lipat dahon memiliki visi mobilitas hijau, bentuk transportasi yang tidak hanya berfungsi untuk menyehatkan para penggunanya, tetapi juga membantu melestarikan lingkungan. Baik itu Brompton maupun Dahon, keduanya hingga kini merupakan merek sepeda lipat paling populer di dunia.
“Saya suka kepraktisan yang ditawarkan, kalau di rumah tak cukup ruang untuk menyimpan, sepeda itu bisa dibuat ringkas dengan cara dilipat. Kalau mau serius: sepeda lipat itu memberi kemerdekaan, ada optimisme dan ada harapan,” kata Purwanto Setiadi, pengendara Sepeda Lipat Merek Dahon pada wawancara dengan Kediripedia pada tahun 2017.
Pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Kompartemen Internasional di TEMPO itu dua kali datang ke kantor Kediripedia.com, bersepeda dari Jakarta ke Kediri. (Kholisul Fatikhin)