BERBEDA dengan perhelatan sebelumnya, rangkaian event Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) di tahun 2020 seperti seminar, pemutaran film, dan pementasan seni rencananya digelar secara online. Di tahap awal penyelenggaraan, BWCF akan menerbitkan buku berisi kajian epidemi di masa kuno dari lintas keilmuan. Peneliti botani, arkeolog, antropolog, filolog, sastrawan, pemerhati filsafat Nusantara, pegiat budaya, dan praktisi adat; diajak ikut meluangkan pemikiran dan menulis tentang pageblug.
“Masa kuno tidak terbatas dari masa kolonial saja, tetapi juga pada era klasik Nusantara atau Hindu-Budha, bahkan sampai zaman prasejarah,” kata Seno Joko Suyono, salah seorang konseptor BWCF, Senin, 6 Juli 2020.
Menurut Seno, meruyaknya wabah Covid-19 menjadi dasar gelaran BWCF 2020 mengusung konsep tentang wabah-wabah kuno yang pernah melanda Nusantara. Selama ini, sejarah wabah kuno di Nusantara tak pernah dihimpun dan dipelajari secara sistematis. Dengan terbitnya buku tersebut, nantinya akan berguna sebagai bahan rujukan bila ada pandemi baru seperti sekarang ini.
Rekaman adanya wabah-wabah kuno di Nusantara tersebar dalam manuskrip, relief, situs, upacara tolak bala, mantra, tarian dan musik, folklor, mitos, hingga hazanah pengobatan rempah-rempah dan herbal. Dari berbagai sudut pandang tersebut, BWCF mengelaborasi lagi menjadi 20 Subtema. Di program Call for Papers, peserta dapat memilih tema sesuai dengan fokus keilmuan masing-masing.
Dalam gelaran BWCF 2020 ini peserta tidak dikenakan biaya apa pun. Tahap awal program dibuka dengan pengiriman abstrak ke email cfpbwcf2020@gmail.com disertai nomor kontak dan alamat. Batas akhir pengiriman abstrak yaitu pada 25 Juli 2020 dan yang terpilih akan diumumkan pada 30 Juli 2020.
Jika abstrak yang dikirimkan telah terpilih, konsep penulisan ditentukan dengan panjang 10 lembar kuarto A4, belum termasuk daftar pustaka. Ditulis dengan font Time News Roman, jarak 1,5 spasi, ukuran font 12. Penulis yang naskahnya dimuat akan menerima sertifikat dan buku kumpulan tulisan. Batas pengiriman tulisan dibatasi hingga 10 September 2020.
Naskah-naskah terbaik nantinya akan dikompilasi bersama tulisan dari sejumlah tokoh kebudayaan Indonesia maupun mancanegara. Di antaranya, Prof. Dr. Oman Fathurahman, Guru Besar Filologi FAH UIN Jakarta, Pengampu NGARIKSA; Dr. Titi Nastiti, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional; Dr. Andre Acri, Ecole Pratique des Haustes Etudes, PSL University, Paris, Perancis; Dr. Lidya Kieven Friedrich-Wilhelm-Universitat Bonn, Jerman; Sugi Lanus (Pembaca Manuskrip Lontar Bali dan Jawa Kuno, dan Dr. Diane Butler Program Studi S3 Kajian Budaya, Universitas Udayana, Bali.
Borobudur Writers & Cultural Festival, perhelatan tahunan berskala internasional ini sudah diselenggarakan sejak 2012. Pada tiap tahunnya, BWCF menyajikan tema utama terpilih yang dianggap mampu merangsang publik agar menyadari kembali keunikan dan kekayaan berbagai pemikiran sastra, kesenian, dan religi nusantara. Berbagai khazanah literasi dan kebudayaan nusantara didiskusikan kembali untuk menemukan relevansi aktual bagi masa kini dan masa depan Indonesia.
Sejumlah tema di BWCF antara lain, Memori dan Imajinasi Nusantara: Musyawarah Agung Penulis Cerita Silat dan Sejarah Nusantara (2012), Arus Balik: Memori Rempah dan Bahari Nusantara (2013), Ratu Adil: Kuasa & Pemberontakan di Nusantara (2014), Gunung dan Mitologi di Nusantara (2015), Merayakan 200 Tahun Serat Centhini (2016), Gandawyuha dan Pencarian Religiusitas Agama-agama di Nusantara (2017), Traveling & Diary, Membaca Ulang Catatan Harian Pelawat Asing ke Nusantara (2018), serta Tuhan dan Alam: Membaca Ulang Panteisme – Tantrayana dalam Kakawin dan Manuskrip-Manuskrip Kuno Nusantara (2019). Sedangkan di tahun 2020, BWCF tetap digelar di tengah pandemi virus corona program Call of Paper atau menulis bersama tentang Wabah-Wabah Di Nusantara: dari Kisah Manuskrip-Relief, Pengobatan Rempah Sampai Mitigasi Lokal. (Kholisul Fatikhin)