JALUR pedesaan di Kecamatan Kandat dan Ringinrejo, Kabupaten Kediri, mendadak ramai pada Minggu, 10 Desember 2023. Sedikitnya tujuh ribu pengendara sepeda tua hampir seharian melintas di kawasan Kediri Selatan itu. Pawai para onthelis ini berhasil menghibur warga sekitar lewat berbagai kostum yang dikenakan. Ada yang berbusana batik, tokoh wayang, pejuang kemerdekaan, hingga pahlawan power rangers.
Acara bertajuk “Ngonthel Berbudaya” ini diikuti pecinta sepeda antik dari berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Surabaya, Gresik, Malang, Jombang, Jember, Tulungagung, hingga luar Pulau Jawa seperti Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Lampung. Mereka menjelajah desa-desa itu di jalur sepanjang 18 kilometer. Sedangkan start dan finish berada di Lapangan Desa Sumberjo, Kandat, Kabupaten Kediri.
Pawai onthelis itu merupakan acara puncak perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Paguyuban Prasodjo dan pengukuhan pengurus Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KOSTI) Kediri periode 2023-2027. Peserta dengan kostum paling menarik akan mendapat hadiah, dengan kategori perorangan dan beregu.
“Konsep perlombaan kostum digelar agar acara semakin meriah. Kami menilainya dari kekompakan, keunikan, dan jenis sepeda,” kata Budi Setyo Purnomo, Ketua Panitia dan Humas KOSTI Kediri.
Kegiatan yang digelar Sabtu dan Minggu, 9-10 Desember juga diwarnai berbagai agenda lain. Di antaranya, Kenduri Onthel, konser dangdut, dan pengajian Gus Iqdam. Ada pula lapak klithikan yang menjual berbagai printilan, lampu, sadel, hingga unit sepeda klasik.
“Acara ini juga sebagai momen mengenang masa lalu. Terlebih, Kabupaten Kediri memiliki potensi wisata yang beragam. Mulai dari budaya dan seni,” kata Adi Suwignyo, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri.
Selain karena hobi yang sama, peserta datang ke Kediri untuk mempererat tali silaturahmi. Hal itu selaras dengan slogan KOSTI yaitu “Satu Sepeda Sejuta Saudara”. Kebanyakan dari mereka datang bersama rombongan. Sepeda tua dinaikkan ke truk dan mobil. Tapi, ada pula yang gowes hingga ke lokasi acara.
“Kami berusaha hadir walau hanya 9 orang, biasanya lebih banyak,” kata Suardi, pesepeda tua asal Gresik.
Pria yang tergabung di Paguyuban Sepeda Kebo Gresik (Pasekgres) itu membawa pit berjenis humber, simlex, hartog, dan philips. Saat pawai, Suardi memakai kostum bertema batik dengan motif bunga.
Menurutnya, konsep pawai sepeda sangat menarik. Dia berharap acara dengan konsep semacam ini bisa lebih sering digelar. Selain bisa berkeliling melewati area persawahan, juga dapat berinteraksi, serta menghibur warga sekitar. (Moh. Yusro Safi’udin)
Discussion about this post