SAYAP bisnis para pelaku usaha mikro kecil menengah atau UMKM di Kota Kediri diyakini akan semakin berkembang. Melalui kerjasama antara Pemerintah Kota Kediri, Bank Indonesia, dan Kamar Dagang Indonesia (KADIN), berbagai komoditas didorong untuk menembus pasar internasional.
Sejumlah produk UMKM di Kota Kediri berupa kerajinan dan makanan, kini siap diekspor ke Belanda dan Australia. Di kedua negara tersebut, strategi pemasaran dilakukan lewat kerjasama dengan para diaspora atau orang Indonesia yang menetap di luar negeri. Dengan inisiasi itu, diharapkan dapat semakin memperbesar peluang penjualan.
“Ini merupakan terobosan untuk menguatkan perekonomian di masa pandemi,” kata Abdullah Abu Bakar, Wali Kota Kediri, Rabu 26 Agustus 2020.
Menurutnya, langkah ini adalah tantangan besar bagi UMKM di Kota Kediri. Dengan adanya terobosan tersebut, para pelaku usaha diharapkan semakin berbenah dan membangun kemandirian.
Wali Kota Abu menambahkan, sejauh ini berbagai produk yang dihasilkan UMKM Kota Kediri memiliki potensi dan dapat bersaing. Mayoritas para pelaku usaha dinilai telah siap go international. Akan tetapi, sebagian lain ada yang masih terkesan setengah-setengah.
“Bagi yang belum siap nantinya akan diberi edukasi melalui program Bank Indonesia: UMKM kita bisa,” ujarnya.
Beberapa hari sebelumnya, Pemkot Kediri menggelar pameran produk UMKM secara virtual. Lewat kegiatan itu, banyak orang dari mancanegara yang tertarik dan berminat membeli. Salah satunya, tenun ikat.
Produk tekstil tradisional ini diminati karena setiap lembar kain dibuat dengan ketelatenan, keahlian, serta kreativitas. Bagi masyarakat Kota Kediri, eksistensi tenun ikat sudah menjadi ikon kawasan.
Sentra tenun ikat di Kota Kediri, terletak di Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto. Di daerah tersebut, keterampilan warga dalam merajut benang yang dicelup ke cairan pewarna itu sudah diwariskan turun menurun. Dari sejak zaman penjajahan belanda hingga sekarang, tercatat sudah ada tiga generasi yang menjalankan bisnis tersebut.
Di masa awal produksi, komoditasnya hanya berupa sarung goyor. Kain sarung khas Kediri itu mempunyai keunikan. Terasa dingin bila dipakai pada siang hari dan hangat bila dikenakan di malam hari.
Pada tahun 2000-an pengrajin Kain Tenun Ikat Kediri mulai mengembangkan tenun ikat menjadi baju. Dengan adanya perubahan tersebut, tenun ikat Kediri semakin dikenal. Baik di tingkat lokal, regional, maupun nasional.
Dengan adanya kerjasama antara Pemkot Kediri, Bank Indonesia, dan KADIN, harapannya tenun ikat dapat menembus pasar internasional. Ketua KADIN Kota Kediri M Solihin menuturkan, ekspor produk UMKM ke depan terus dikembangkan. Bukan hanya ke Australia dan Belanda saja, tapi juga merambah ke negara lainnya.
“Selain tenun ikat, terdapat 45 macam produk dengan kategori makanan dan kerajinan yang akan dipasarkan ke luar negeri,” kata M Solihin.
Dia mengatakan, Belanda dipilih karena di negara tersebut barang asal Indonesia cukup banyak peminatnya. Sebelum diekspor, puluhan produk UMKM akan melalui proses kurasi. Di antaranya terkait perizinan, tanggal kadaluwarsa, dan dikemas dengan rapi. Selain itu, produk harus mempunyai unsur unik dan menarik, sehingga layak dipasarkan ke luar negeri. (Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post