PADA Jumat, 28 Agustus 2020 PT Gudang Garam, Tbk. (GG) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan di Grand Surya Hotel di Jalan Dhoho 95 Kota Kediri. Bila di tahun-tahun sebelumnya diadakan secara terbuka, rapat perseoran kali ini diselenggarakan tertutup karena dalam situasi pandemi Covid-19.
Salah satu yang menarik perhatian dalam agenda ini adalah keputusan perseroan tidak membagikan deviden kepada pemegang saham untuk tahun buku 2019.
“Seluruh laba Perseroan untuk tahun 2019 dimasukkan dalam akun saldo laba dan akan digunakan untuk menambah modal kerja,” kata Heru Budiman, salah satu Direksi GG dalam siaran pers pada Jumat, 28 Agustus 2020.
Keputusan tersebut barangkali pertama kalinya dalam perjalanan salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia. Di tahun ini pihak direksi terpaksa tidak membagikan keuntungan dengan sistem IDX High Dividend. Padahal GG termasuk dalam jajaran emiten yang royal membagikan dividen.
Pada tahun 2018 sebaran dividen GG mencapai Rp 5.002.628.800.000 atau setara Rp 2.600 per lembar saham. GG juga mencatat laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp7,79 Triliun. Dengan demikian, Dividen Pay Out Ratio GG sebesar 64,18 persen dari laba bersih 2018.
Angka itu didapat dari akumulasi perputaran produksi perusahan selama satu tahun, terhitung mulai 1 Januari 2018 hingga 31 Desember 2018. Capaian pembagian laba itu tidak bergerak signifikan, bahkan hampir sama jika dibandingkan beberapa tahun sebelumnya, yakni pada 2016 dan 2017.
Sejak didirikan oleh Surya Wonowidjojo pada 26 Juni 1958 di Kota Kediri, Jawa Timur, Gudang Garam telah banyak mengalami perkembangan. Sehingga, dikenal sebagai penghasil rokok kretek berkualitas dari beragam varian. Antara lain sigaret kretek klobot (SKL), sigaret kretek linting-tangan (SKT), hingga sigaret kretek linting-mesin (SKM). Eksistensinya selama 62 tahun, telah melekat di benak warga Kediri dan menjadi sandaran ekonomi masyarakat hingga kini. (Naim Ali)
Discussion about this post