MOTOR Suzuki Nex yang dikendarai Muhammad Hanif Kusuma ini hampir menyerupai sebuah karya seni instalasi. Mulai dari tanduk kerbau dari Padang, kepala rusa Kalimantan, bendera usang, dan ornamen lainnya nyaris menutupi seluruh badan kendaraan. Di atas motor berbobot 2 kuintal itu, Hanif berpetualang ke 30 provinsi di Indonesia selama 3 tahun.
Lelaki yang akrab disapa Cak Hanif ini mengungkapkan, perjalanan panjang yang dia lakukan sebenarnya adalah tindakan nekat. Berangkat dari Surabaya pada 22 Oktober 2019, dia hanya membawa uang sebesar 1.420.000 rupiah. Motor matik yang dikendarai juga hanya sedikit modifikasi. Misalnya, tambahan riser pada suspensi depan belakang, windshield, dan boks bagasi, sedangkan dapur pacu atau mesin masih standar bawaan pabrik.
“Saat masih anak-anak saya baca buku atlas dan membayangkan Indonesia begitu luas dan indah, jadi kepikiran suatu saat harus berkunjung ke sana,” ujar Hanif, Kamis, 4 Mei 2022.
Pria 23 tahun ini memulai petualangan menjelajahi Indonesia dari Kota Pahlawan menuju ke Titik Nol Kilometer di Sabang, Aceh. Perjalanan dari Jawa ke Sumatra itu tentu tak berjalan mulus. Situasi di jalanan tak dapat diprediksi, berbagai rintangan bisa muncul kapan saja. Misalnya, saat kehabisan uang di Medan dan Aceh pada awal tahun 2020. Kondisi diperparah dengan meruyaknya pandemi Covid-19 dan diberlakukan kebijakan lockdown.
Arek Suroboyo ini terpaksa menetap selama hampir 4 bulan di Medan dan Aceh. Dia bekerja serabutan karena uang saku nyaris habis. Mulai dari kuli bangunan hingga menjadi sales alat dapur dilakoninya untuk bertahan hidup di situasi pandemi. Uang cukup besar dibutuhkannya untuk rapid dan swab test sebagai syarat boleh melanjutkan perjalanan. Kala itu harga rapid dan swab masih mahal, sekitar satu juta rupiah.
“Dari sekian banyak tempat yang saya singgahi, pengalaman survive di Medan itu yang tak terlupakan,” kata lelaki kelahiran Karangmenjangan, Surabaya.
Saat pandemi corona di Medan, solo rider ini sempat 13 kali mengalami pengusiran warga karena dianggap sebagai orang asing. Beruntung, dia masih dipertemukan dengan orang-orang baik yang menawari tempat tinggal sementara. Di antaranya para pegiat komunitas otomotif seperti motor klasik hingga modern.
Dari perjumpaan dengan teman sesama penjelajah, pemuda yang pernah berbisnis kedai kopi ini banyak belajar teknik survive yang tidak merugikan orang lain. Selain serabutan, dia mengumpulkan uang sebagai modal berjualan merchandise berupa kaos dan benda khas daerah yang disinggahi.
Dengan begitu, dia bisa menutup ongkos bensin, penyebrangan antar pulau, dan perawatan kendaraan. Hanif selalu mencatat rincian perawatan motor selama perjalanan. Di antaranya, ganti ban luar dan dalam sebanyak 6 kali, 101 kali ganti oli mesin, 57 kali ganti oli garda, dan penggantian suku cadang lainnya.
“Selama di jalan, bisa dibilang lebih besar pemasukan dari pada pengeluaran,” kata Hanif.
Dia tak menyangka, ongkos perjalanan selama berpetualang ternyata cukup fantastis. Biaya bahan bakar, transportasi Laut, Konsumsi, servis motor, pengobatan, masuk wisata, biaya tak terduga, alat komunikasi, dan membeli kamera, total menghabiskan uang sebesar 131.349.000 rupiah.
Penghasian yang tak kalah signifikan didapat dari adsense Youtube dan Tiktok. Dia rajin mendokumentasikan kisah-kisah menariknya di perjalanan. Saat beristirahat, dimanfaatkan untuk mengisi baterai kamera, sembari mengedit video dan foto. Alat-alat yang digunakan cukup sederhana, dua kamera gopro dan handphone.
Video-video itu diunggah di kanal youtube bernama Cak Hanif. Kanal ini sudah ditonton ratusan ribu kali dan mendapat 8 ribu lebih subscriber. Terdapat beberapa video menceritakan kawasan Kalimantan, yang menurutnya amat berkesan. Selain karena lanskap alam yang menawan, dia sudah tak mengingat berapa kali jatuh dari motor karena jalan terjal, tanjakan tajam, dan curam di Kalimantan.
“Kalau daerah yang berkesan banyak sekali, tapi memang yang paling asyik ketika di Kalimantan dan Sulawesi,” katanya.
Pengalaman menikmati keindahan alam semakin bermakna lewat perjumpaan dengan teman-teman baru. Di badan motor Suzuki Nex itu tertempel stiker-stiker dari komunitas motor dari berbagai daerah. Sedangkan di bagian belakang motor, terdapat puluhan bendera, salah satunya bendera merah putih.
Setiap tiba di suatu daerah, dia selalu disambut dengan hangat, bahkan dari pihak kepolisian. Sewaktu ada razia kenderaan bermotor, Hanif selalu bercerita hendak menjelajahi keindahan alam dan budaya Indonesia, sehingga mendapat perlakuan yang baik dari pihak kepolisian.
Pada April 2022, perjalanan berkeliling Indonesia sampai di Kepulauan Rote, di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Di daerah paling selatan di Indonesia ini, dia memutuskan bahwa petualangannya selama 3 tahun berakhir. Dia telah melewati 3 kali perayaan Tahun Baru, 2 Idulfitri, dan 2 Iduladha di jalanan.
“Sama keluarga disuruh pulang dulu, dalam waktu dekat mau nikah,” ujarnya sembari tertawa.
Kini, Hanif sudah berada di kampung halamannya di Surabaya. Dia pulang membawa segudang cerita, lengkap dengan dokumentasi perjalanan berupa foto, video, dan surat keterangan singgah dari 30 gubernur di Indonesia.
Dari 34 provinsi di Indonesia, daerah yang belum dia singgahi yaitu Provinsi Maluku Utara, Maluku, Papua, dan Papua Barat. Jika tak ada kendala, perjalanan ke kawasan timur Indonesia itu rencananya akan dilanjutkan pada tahun ini.
“Saya masih bersemangat meneruskan petualangan karena saya produktif selama perjalanan dan tidak membebani siapapun,” kata Hanif. (Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post