BELASAN tahun berkarir sebagai surveyor dan konsultan politik di kancah nasional, Sunarto Ciptoharjono kini lebih menikmati pekerjaan sebagai peternak kambing. Direktur Lingkaran Survei Kebijakan Publik (LSKP)-Lingkaran Survei Indonesia (LSI) itu merintis bisnis peternakan dari nol. Wawasan terkait ternak kambing juga dipelajari secara otodidak.
“Persaingan antar lembaga survei semakin ketat, hampir di semua daerah sekarang sudah berdiri lembaga survei yang mengakomodir pemilu serentak,” kata Cak Narto, sapaan akrabnya kepada Kediripedia.com pada Sabtu, 4 Juni 2022.
Pria kelahiran Jogja itu belum sepenuhnya meninggalkan dunia politik. Namun, waktu produktifnya sekarang banyak dihabiskan untuk mengurus kandang, pakan ternak, dan distribusi kambing di peternakan Tegalsalam Farm. Berbagai aktivitas kesehariannya dapat dilihat di akun Instagram @Tegalsalam.farm
Bisnis yang ditekuni sejak akhir tahun 2019 ini berlokasi di Tegal Salam, Cariu, Bogor, Jawa Barat. Menurutnya, memelihara hewan ternak berbulu adalah solusi tepat bertahan di masa krisis ekonomi dan sulitnya mencari peluang usaha. Dengan berdirinya usaha ini, harapannya akan menjadi pemasukan pasif dan mengisi tabungan di hari tua.
“Ternak kambing bisa disebut blue ocean, bisnis yang belum banyak pesaing dan peluangnya besar,” ujar lulusan Universitas Gadjah Mada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol).
Dia memilih kambing dan domba, karena sejauh ini harga jualnya stabil dan masih banyak yang membutuhkan. Selain itu, pasar hewan jenis ini belum dimonopoli para pengusaha raksasa, tidak seperti ayam, unggas, dan sapi.
Modal mendirikan peternakan didapatkan melalui crowd funding equity. Dia meyakinkan teman dan para kolega agar menanamkan saham di bisnisnya. Dari modal itu, usaha makin berkembang hingga memiliki 3 kandang yang berisi 1500 kambing, 1 gudang pengolahan pakan, serta lahan khusus untuk menanam rumput.
Mantan aktivis Pers Mahasiswa UGM itu menjelaskan, bisnis ternak tidak bisa dikelola sebatas memelihara lalu menjual saja. Seorang peternak harus menguasai segala aspek mulai hulu hingga hilir. Tegalsalam farm merupakan perusahaan utama yang memiliki sejumlah anak perusahaan. Di antaranya, Tegalsalam Hijau sebagai pemasok rumput, Tegalsalam Ransum untuk penyedia pakan olahan, dan Tegalsalam Distribusi menjadi penyedia dan pengiriman daging untuk kebutuhan konsumsi.
“Perusahaan ini menggunakan trilogi farm, mulai dari pengembangbiakan, pakan, dan olahan pangan, semua kita tangani,” ungkapnya.
Di tanah seluas 5 hektar, Narto menanam rumput budidaya dari jenis pakchong, zanzibar, gama umami, dan odot. Sedangkan gudang pakan ternak berisi olahan konsentrat atau rumput yang diawetkan. Sehingga, saat musim apapun kebutuhan pakan ternak akan tercukupi.
Pria yang pernah aktif di Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) ini mengatakan, agrobisnis peternakan harus dijalankan secara modern agar semakin menghasilkan. Dia menerapkan bio security, setiap ternak yang masuk melalui karantina lalu disuntik obat dan antibiotik. Interaksi manusia dengan ternak juga harus dibatasi, kecuali orang yang masuk kandang dalam keadaan steril dan bersih.
Hasil ternak dari Tegalsalam Farm rata-rata dipasarkan di daerah sekitar Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), baik secara tradisonal maupun online. Dia sesekali mengawal proses penjualan ternaknya di Pasar Jonggol, Bogor. Dari transaksi online maupun langsung, keuntungan yang diperoleh mencapai 100 juta perbulan.
Usai membuka rumah makan olahan kambing dan domba Sate Tegal Salam di Bintaro, Jakarta Selatan, Narto berencana terus mengembangkan bisnis agar semakin terintegrasi. Ke depan, dia akan menekuni transfer embrio hewan di Indonesia. Sel telur dan embrio jenis kambing yang didatangkan dari luar negeri nantinya akan ditaruh pada kambing lokal.
“Jika hal itu bisa dilakukan, peternak di seluruh daerah di Indonesia bakal mengalami kemajuan dalam hal produksi dan harga,” katanya. Misalnya, bibit kambing Boer Full Blood dari Afrika Selatan, jika dikembangkan di Indonesia harganya bisa mencapai 35 juta perekor.
Melalui akun media sosial Facebook, Instagram, Youtube, Narto aktif membagikan pengalaman dan pengetahuan seputar ternak kambing. Mulai dari pengolahan pakan, perawatan, hingga teknik penjualan. Bagi siapapun yang ingin belajar, ia terbuka untuk berbagi wawasan dan tips sukses berbisnis kambing. (Ahmad Eko Hadi)
Discussion about this post