MINGGU, 3 Maret 2019, Gerombolan Vespa Kampus Kediri (GROVEK) memperingati hari jadinya yang kedua. Tak seperti klub vespa pada umumnya yang kerap mengadakan kegiatan di tempat terbuka atau di dalam gedung, agenda bertajuk “Kebhinekaan dalam Bervespa” digelar di bawah tanah. Mereka manfaatkan area parkir basement kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri, sebagai venue acara.
Menurut Mudfi Laroyba, ketua panitia acara, tema Kebhinekaan dipilih karena di dunia vespa, terdapat banyak genre yang digemari. Entah standart, sespan, extreme, atau modifikasi. Selain itu, keberagaman juga menjadi faktor yang melatarbelakangi munculnya GROVEK. Mereka adalah kumpulan mahasiswa dari berbagai background pendidikan, ideologi, dan daerah.
“Ketika bertemu dalam satu hobi yang sama, kita dapat melebur dan bersatu tanpa embel-embel apapun,” kata lelaki yang akrab disapa Gepeng itu.
Para punggawa GROVEK terdiri dari para mahasiswa perguruan tinggi di Kediri. Kebanyakan dari mereka aktif di berbagai organisasi gerakan mahasiswa. Baik itu intra kampus seperti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM), serta organisasi ekstra kampus seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI).
“Lewat komunitas vespa kampus, solidaritas gerakan mahasiswa bisa menjadi lebih solid,” ujar Taufik Al-Amin, salah seorang dosen IAIN Kediri.
Ikhtiyar dari para milisi GROVEK untuk merawat dunia pemikiran serta turut meramaikan sektor literasi di Kediri, juga patut diapresiasi. Di dekat pintu masuk acara, berdiri lapak buku bertuliskan Vespa Pustaka dengan tagline “reading & touring”.
Selain lapak buku, acara anniversary GROVEK ini diwarnai oleh berbagai rentetan kegiatan. Salah satunya, Dialog Interaktif untuk mensosialiasasikan keberadaan club vespa di kalangan civitas akademika. Hal tersebut dilakukan agar terjalin komunikasi yang baik antara dosen dan mahasiswa penunggang mesin kanan. Dengan begitu, wawasan, inovasi, dan ide-ide sangar dapat dikembangkan bersama di dalam kampus.
Salah satu upaya untuk terus menggali kreativitas, mereka tunjukkan dengan menggelar Workshop Cukil Art. Melukis dengan teknik woodcut tersebut merupakan seni grafis tradisional yang berasal dari Asia Timur. Teknik cukil kayu itu dikenal juga dengan istilah xilografi. Dalam kegiatan ini, GROVEK bekerjasama dengan komunitas Tunggal Art Surabaya.
“Di dunia vespa, jangan pernah segan untuk menunjukkan kreatifitas,” kata Yusuf Gimbal, Ketua Forum Scooterist Kediri (FORSCOOK).
Panitia juga menyediakan empat stand yang digunakan para mahasiswa IAIN Kediri untuk berbisnis. Mereka menjual berbagai merchandise serta aneka makanan dan minuman. Acara semakin meriah lewat parade musik yang dimeriahkan oleh musisi reggae di Kediri.
Para scooterist dari kampus di Indonesia juga ikut meriung sepanjang acara. Misalnya SUUAL Malang (Scooterist UIN Ulul Albab Malang), ISU Surabaya (Iki Lho Scooteris UIN Sunan Ampel Surabaya) dan VISKA Yogyakarta (Vespa Independen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).
Meski tergolong komunitas baru, ratusan penunggang vespa meramaikan hari jadi GROVEK yang kedua ini. Mereka datang dari klub-klub vespa di Kediri. Di antaranya RESEK, RSJ, LVC, RESCOOP, KOS, KAVEIN, SERUDUK, KSC, SmallFrame Kediri, SCUWAT, SKARAT, IBLESSCOOT, BADSCOOT, SFK, SKS, JAVESCO, FEROCKLEN, PX RIDER, METEOR, dan para scooteris independen.
“Dengan acara ini, semoga solidaritas antar scooterist di Kediri semakin kuat,” ujar Wahyu Ananta, Ketua Panitia Kediri Scooter Festival (KSF) ke-4. (Muhammad Irfandi Bachtiar | Editor: Kholisul Fatikhin)