NAMAKU Melvina. Banyak yang bilang aku orang yang dinamis. Mudah bergaul dengan kalangan mana pun. Belum lagi penampilanku yang elegan, membuat sahabatku makin percaya diri ketika bersamaku. Di tangan Dwisoko Adinugroho dan Ewindha Sari, aku menjelma menjadi sebuah tas.
Pasangan suami istri itu memiliki ide brilian dalam mengembangkan bisnis tas dengan merek Gotosovie.Tak hanya Melvina, lebih dari 300 tas dengan karakter berbeda mereka ciptakan. Di showroom yang berada di Jl. Godean Km.4, Griya Mahkota D-15 Yogyakarta, Melvina ditemani oleh Jessy, Olivia, Adela, Belle, Charlotte, Levi, dan nama unik lainnya. Jessy lebih manis dan sederhana, namun tak kalah mewah dengan penampilan Melvina.
Chic dan stylish, begitulah desain tas yang dihadirkan oleh Dwisoko dan Ewindha. Bukan tanpa alasan, mereka memberikan karakter orang dalam setiap produk tasnya. Dengan berdasarkan karakter, tas tersebut selayaknya sahabat sejati bagi pemiliknya.
“Setiap tas memiliki karakter masing-masing. Dengan memberinya nama, harapannya tas itu dapat berinteraksi dengan pemiliknya,” kata Dwisoko, saat ditemui di gerainya, Jumat, 14 Oktober 2016.
Tak hanya soal karakter yang membuat tas ini digandrungi lebih dari 15.000 penggemar. Dwisoko yang berlatar belakang sarjana arsitektur, merancang tas menjadi multifungsi. Tengok saja Melvina yang bisa digendong dan dijinjing. Atau Tracey yang bisa diselempang dan dijinjing.
“Jadi ketika kita di kantor ataupun sedang jalan-jalan, tak perlu susah-susah ganti tas,” kata Windha.
Soal desain, Dwisoko memang lebih banyak berperan. Sementara Windha lebih banyak mengurusi pemasaran. Meski dikerjakan oleh laki- laki, bukan berarti tas yang khusus didesain untuk wanita berumur 24 hingga 40 tahun itu tampak monoton.Dengan keberanian memadukan warna-warna cerah, membuatnya tidak seperti kebanyakan tas di pasaran yang umumnya hanya bewarna hitam atau coklat.
Dalam sehari, mereka bisa menghasilkan 30-40 desain tas. Referensinya beragam, kebanyakan dari media internet. “Mendesain tas itu seperti menata kontruksi sebuah bangunan. Kita tak hanya berpikir soal kegunaan, tapi juga kenyamanan,” kata Dwisoko sembari tertawa.
Kualitas produk juga sangat diperhatikan. Memilih bahan sintetis kualitas terbaik, membuat produk tas mereka lebih awet dalam penggunaannya. Komplain rusak dari pembeli jarang sekali didapati.
Produk yang diciptakan tahun 2010 itu, kini sudah beredar hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Bahkan sudah ada pelanggan dari Singapura dan Malaysia. Windha mengatakan per bulannya bisa menjual 500 hingga 1000 buah. Harganya pun bervariasi, dari kisaran Rp 300.000 hingga Rp 600.000. Beberapa produk best seller-nya diantaranya Melvina, Corey, dan Tracey. Tak hanya menjual tas saja, ada produk lainnya seperti dompet, tempat pensil, dan gantungan kunci.
Pemasaran Gotosovie sendiri saat ini lebih banyak menggunakan media sosial seperti website, facebook, twitter, dan instagram. Lewat websitenya gotosovie.com serta facebooknya dengan akun gotosovie, pelanggan bisa bebas memilih produk sesuai selera. Terdapat pula forum kritik dan saran serta blog yang disediakan Ewindha untuk lebih mendekatkan Gotosoviekepada pelanggan. Gotosovie juga dipasarkan lewat sistem kerjasama dengan beberapa e-commerce.
Windha mengatakan, saat ini belum membuka gerai di pusat kota. “Kami berencana kesana. Namun untuk saat ini belum dulu, karena kami sedang fokus menjaga kualitas produknya,“ katanya.
Dari Nol
Kesuksesan yang dinikmati pasangan suami istri ini diraih dengan susah payah. Bermula dari modal sebesar Rp 300.000, mereka tekun untuk menjalankan bisnisnya.
Windha menceritakan bahwa bisnis ini hadir ketika mereka tidak memiliki pekerjaan setelah menikah. Hijrah Windha dari Surabaya ke Yogyakarta setelah lulus kuliah untuk ikut suaminya, menjadi babak kehidupan baru bagi mereka. “Waktu itu kami benar-benar bingung mau hidup dengan apa,” ujarnya.
Tahun 2009 adalah awal jatuh bangun dalam memulai usaha. Pada saat itu, mereka hanya menjualkan produk tas dari orang lain. Mereka menjualnya lewat online dengan foto-foto menarik. Karena penjual dan produsen banyak yang bangkrut, mereka memberanikan diri untuk mencoba membuat produk tas secara mandiri.
“Saya memang suka fashion. Jadi awal-awal kita buat tas dari referensi-referensi majalah atau pun internet,” kata Windha. Dipadukan dengan ide suaminya soal tas multifungsi, maka terciptalah desain tas yang lebih dinamis.
Pasangan suami istri ini awalnya hanya membuat satu desain tas saja. Pemasaran pun hanya lewat website. Namun, dengan desain yang unik, Gotosovie mulai dibanjiri peminat.
Kata Gotosovie sendiri sebenarnya dimunculkan tanpa berpikir panjang. Menurut Dwisoko, sovie adalah nama wanita. Artinya, tas ini memang diciptakan untuk wanita. Namun, ada makna lain yakni so victory, atau kemenangan. “Tas ini akan membawa sesuatu untuk pemakainya, “ ujarnya.
Kampanye Kreatif Bagi Anak Muda
Bagi Dwisoko menjalankan bisnis tas ini tak hanya bicara soal keuntungan. Bisnis; katanya, harus bermanfaat bagi orang lain. “Sayang sekali kalau kita punya banyak pelanggan, namun hanya dibiarkan begitu saja,”katanya.
Semangat sosial inilah yang ditangkap Dwisoko dan Windha untuk mengumpukan konsumen mereka yang punya passion dan mimpi tinggi. Konsumen yang rata-rata di usia produktif dikumpulkan. Mereka diajak sharing soal dunia wirausaha. Pengusaha kreatif lokal yang sukses di bisnisnya, dihadirkan sebagai pembicara dalam forum diskusi itu.
“Kami senang mereka sharing soal mimpinya. Harapannya Gotosovie bisa turut membantu mewujudkan keinginan mereka,”kata Windha.
Ajang diskusi digelar rutin di showroom. Bagi Dwisoko dan Windha, itu merupakan salah satu cara mendekatkan diri kepada konsumen. Dari situ, mereka juga mendapatkan banyak masukan, agar produk Gotosovie semakin menarik dari waktu ke waktu. (Olivia Lewi Pramesti, Dosen FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta )