MALAM kian larut. Sekelompok mahasiswa enggan membubarkan diri meski acara “Peringatan 20 Tahun Meninggalnya Munir” sudah selesai. Di meja-meja kedai kopi Kios Domisili Sekitar, mereka masih asyik berdiskusi sambil berkelakar tentang kondisi politik negara.
Kafe yang terletak di Kelurahan Rejomulyo, Kota Kediri ini rutin menggelar event diskusi setiap dua minggu sekali. Tema yang diangkat beragam. Mulai dari hukum, pendidikan, orasi kebudayaan, musikalisasi puisi, hingga bedah film.
“Kedai ini dikonsep sebagai ruang yang nyaman untuk ngobrol, berdiskusi, dan belajar bersama,” kata Saiful Amin, pengelola Kios Domisili Sekitar, Selasa, 10 September 2024.
Konsep yang diusung pria 28 tahun itu diinspirasi dari buku Jurgen Habermas berjudul “Ruang Publik”. Dalam buku filsuf Jerman itu, kedai kopi digambarkan sebagai tempat masyarakat membicarakan isu penting pada kehidupan sosial. Warung kopi adalah tempat di mana rakyat bisa bebas menyuarakan sikap.
Dibuka sejak 23 Desember 2022, kedai itu dikelola oleh Saiful, Agung, dan Ipunk. Di kafe ini terdapat perpustakaan kecil yang terisi puluhan buku. Sebagian buku itu koleksi pribadi Saiful, sisanya merupakan donasi dari teman-temannya.
Pada dinding kedai tertempel lukisan-lukisan karya salah seorang mahasiswa dari Universitas Islam Kadiri (UNISKA). Suasana teduh pepohonan serta tanaman merambat di berbagai sudut membuat kegiatan minum kopi dan mengobrol terasa lebih nyaman.
“Kios Domisili Sekitar didirikan tidak semata-mata untuk komersil, tapi dimanfaatkan untuk bertemu dan berbagi ide,” ujar Saiful.

Seperti lazimnya kedai kopi, Kios Domisili Sekitar menyediakan menu aneka minuman dan camilan. Harganya dipatok mulai dari 5 ribu rupiah hingga 12 ribu rupiah. Pengunjung kedai kebanyakan berasal dari kalangan mahasiswa, pelaku kebudayaan, akademisi, komunitas, dan anak-anak muda.
Rata-rata penghasilan yang diperoleh tiap harinya sebesar 600-700 ribu rupiah. Menariknya, sebagian pendapatan itu kemudian disisihkan untuk keperluan menggelar acara. Misalnya, sewa sound system serta dekorasi.
Alif Hasugian, pelanggan Kios Domisili Sekitar mengatakan bahwa tempat ini bisa menunjang aktivitas produktif. Acara-acara seperti diskusi, baca puisi, dan nonton bareng mampu mengembangkan pembelajaran mahasiswa. Pengelola kedai juga mempersilahkan jika pengunjung hendak membuka forum.
“Rencana saya mau membuka kelas kepenulisan karya ilmiah di sini,” kata Sarjana Sosiologi Agama (SA) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kediri itu.
Pada 30 September 2023, Kios Domisili Sekitar mendirikan lembaga studi bernama Sekitar Institute. Komunitas belajar ini terdiri dari berbagai bidang disiplin pengetahuan mulai dari pendidikan, sosial politik, seni dan kebudayaan, serta perempuan.
Anggota Sekitar Institute antara lain Saiful Amin dan Agung (administratif/publikasi), Alif Hasugian (riset, publikasi & pengelola diskursus sosial-politik), Dipang Tri Prayoga, Izzat Qurtubi, Syahrul (pengelola diskursus hukum), Abdurrozikin, Shelfin Bima Prakosa (diskursus pendidikan), Ainun Najihah, Anif Mafathikunnida (diskursus perempuan), Ahmada, Ipunk (pengelola diskursus seni dan kebudayaan).
Sejumlah diskusi yang telah dilakukan di antaranya polemik Putusan MK, bantuan sosial, Nusantara Mall Duty Free di Ibu Kota Nusantara (IKN), serta isu lain yang mengkritisi kebijakan pemerintah. Forum yang digelar di Kios Domisili Sekitar tak jarang menghasilkan keputusan untuk melakukan aksi turun ke jalan atau demonstrasi.
Dalam waktu dekat, pengelola kedai berencana menerbitkan buku kecil berisi catatan dari hasil diskusi yang telah digelar. Kurang lebih isinya seputar penyikapan isu, refleksi, serta wawasan dari berbagai disiplin ilmu. Terbitnya buku tersebut akan menjadi monumentasi bahwa Kios Domisili Sekitar bukan sekedar kafe tapi juga tempat belajar. (Anisa Fahdiana, Mahasiswi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam IAIN Kediri, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post