PERKEMBANGAN ekonomi kreatif di Indonesia kini tengah tumbuh pesat, termasuk di sektor perfilman. Para sineas indie, komunitas, serta perusahan film rintisan terus didorong menuju dunia industri. Salah satunya, melalui ajang Festival Film Bulanan yang diinisiasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Festival Film Bulanan baru saja menutup kegiatan di lokus ketiga dengan workshop industri film pada Jumat-Minggu, 12-14 Mei 2023 di Luminor Hotel, Surabaya. Acara ini diikuti 20 komunitas terpilih dari 67 peserta yang lolos tahap administrasi di lokus Jakarta dan Jawa Timur. Selama tiga hari, peserta diajak mengenali dunia industri, termasuk bagaimana memproduksi film komersil atau bisa memberikan keuntungan.
Dalam kegiatan ini, Kemenparekraf bekerja sama dengan FlipFlop TV. Perusahaan layanan streaming hiburan ini akan mengampu sineas lokal di Indonesia melalui festival dan workshop, mulai dari lokus 1 hingga lokus 10.
“Melalui festival ini, pemerintah berharap sineas-sineas muda mampu menghasilkan karya terbaik dan terfasilitasi oleh negara,” kata Vera Damayanti, Founder Festival Film Bulanan, Jumat, 12 Mei 2023.
Staf Khusus Kemenparekraf tersebut menerangkan jika perkembangan industri film Indonesia masih dalam tahap pengembangan. Atas dasar itu, ia berharap jika para komunitas atau perusahaan film rintisan terus memunculkan ide kreatif. Sebab, peluang ekonomi di industri film di Indonesia sangat terbuka lebar.
Selama pelatihan, peserta belajar bagaimana mempersiapkan diri menuju industri film sebenarnya. Materi-materi yang disampaikan antara lain bagaimana menjadi sutradara, produser, penata artistik ataupun editor yang profesional. Tujuannya agar setiap komunitas mampu masuk dan bersaing di dunia industri.
Peserta yang terplih dari Jakarta sebanyak 7 komunitas. Masing-masing bernama Cinemahameru, Burung Laut Indonesia (Seabirds Indonesia), Kompasianers Only Movie EnthusIast Klub (KOMiK), perwakilan Institut Kesenian Jakarta, FFTV IKJ, Sinemateka dan Permata Nusantara.
Sebanyak 13 peserta lainnya berasal dari Jawa Timur. Mereka tersebar dari berbagai kabupaten dan kota. Dari Surabaya sendiri ada ISCA (SMA Khadijah), Absolute Creative dan Hima PFTV Undika. Sedangkan Komunitas luar surabaya antara lain NHP Films (Jember), Akasia Picture (Jember), Misi Films (Malang), , Sestudio (Sidoarjo), Synatisi Sinema (Sidoarjo), KRIDAFILM (Trenggalek), Paringart Cinema (Ponorogo), , Studio Cerita Mojokerto, Kediripedia (Kediri) , Sewonism Pictures (Kediri).
Praktisi- praktisi film mengisi secara bergilir workshop festival bulanan. Mentoring film diisi nama-nama seperti Edy Wibowo (Art Director Sultan Agung, 2018), Jeihan Angga (Sutadara Mekah I’m Coming, 2019), Greg Arya (Editor Kucumbu Tubuh Indahku, 2019), Windha Pramesti (Produser Garis Waktu, 2022 dan Dosen Akademi Film Jogja), Indra Agus Rahman (Head of Marketing FlipFlopTV) dan Fahrial Amrulla (Konsultan HKI Kemenkumham).
“Yang terpenting dalam film adalah gagasan baru yang mampu dijelaskan dalam visual dan dapat diterima penonton,” ujar Jeihan Angga, salah seorang mentor workshop.
Menurut lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogjakarta ini, semua filmmaker yang kini tenar dan mampu menghasilkan karya hebat pasti berasal dari bawah. Dalam sesi mentoring, ia menegaskan pentingnya untuk terus berkarya, berkomunitas dan memanfaatkan peluang.
Salah satu peserta, Achmad Humaidy mengatakan jika ia merasa semakin tertantang menekuni dunia perfilman setelah mengikuti pelatihan. Menurutnya banyak ilmu baru yang bisa ia dapatkan. Relasi yang lebih luas juga membuatnya dapat bertukar pengalaman dengan sineas lain.
Medi, sapaan akrabnya berharap pemerintah dapat terus mendukung perkembangan sineas-sineas dari seluruh daerah di Indonesia. Menurutnya keterbatasan akses pendanaan, distribusi dan pengembangan industri kreatif ini masih menjadi masalah yang dihadapi oleh filmmaker yang baru merintis karir.
“Semoga semakin banyak pelatihan-pelatihan dan peluang kami sineas muda masuk ke dalam dunia industri,” ungkap anggota komunitas film KOMIK Jakarta tersebut.
Workshop diakhiri dengan sesi pitching proposal film pendek. Setiap peserta berpeluang untuk mendapatkan pendanaan produksi film dari FlipFlop TV. Dari 20 proposal yang masuk akan dipilih kembali ide cerita terbaik yang selanjutnya akan diproduksi dan ditayangkan di OTT (Over The Top) atau platform streaming mereka. (Ahmad Eko Hadi)
Discussion about this post