TIDAK ada yang menginginkan, ketika pulang ke rumah setelah menuntaskan aktivitas bekerja, malah membawa virus corona. Seperti kejadian yang dialami seorang ibu di Kota Kediri, Jawa Timur. Sepulang bekerja dari pabrik rokok di Kabupaten Tulungagung, dia menularkan virus Covid-19 kepada anggota keluarga, termasuk anaknya yang masih berusia 11 tahun.
“Anggota keluarga yang tertular semuanya masuk kategori orang tanpa gejala (OTG), yang termuda usia 11 tahun, 15 tahun, 16 tahun, dan 31 tahun, sisanya di atas 50 tahun,” kata dr. Fauzan Adhima, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Kediri, Selasa, 26 Mei 2020.
Menurut dr. Fauzan, paparan virus corona tidak memandang usia. Baik itu dewasa, lansia, bahkan anak-anak, sama-sama berpotensi tertular virus covid-19. Adanya kasus tersebut sekaligus menepis anggapan yang beredar di awal pandemi, yang menyebutkan bahwa anak-anak tidak rentan terkena virus corona.
Fakta bahwa kelompok anak ternyata juga berpotensi besar tertular virus corona semakin diperkuat dengan pendapat dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Senin, 18 Mei 2020, IDAI merilis data bahwa tingkat penularan virus corona pada anak-anak di Indonesia tergolong cukup tinggi. Di antaranya, terdapat 129 anak berstatus PDP, 584 anak terkonfirmasi positif, dan 14 anak meninggal.
Besarnya angka statistik penularan pada anak tersebut, mendorong masyarakat untuk meningkatkan perlindungan anak dari serangan corona. Salah satunya, dilakukan para pengasuh Panti Asuhan Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Sahhala di Kota Kediri. Lembaga sosial itu kini mewajibkan setiap pengasuh asrama untuk sering mencuci tangan, ganti pakaian, bahkan bila perlu mandi setelah beraktivitas di luar lingkungan yayasan.
“Langkah itu wajib dilakukan, karena orang dewasa yang beraktivitas di luar ruangan berpotensi membawa virus kemudian bisa menular ke anak-anak,” ujar Layyinatun Nuin, salah seorang pengasuh di Yayasan Sahhala.
Menurutnya, kini anak-anak juga tidak diijinkan meninggalkan asrama, kecuali ada keperluan yang sangat penting. Agar mereka tidak merasa bosan, kegiatan sehari-hari di asrama diisi dengan aktivitas yang mengasikkan seperti menonton film dan merawat tanaman. Di sela aktivitas tersebut para pengasuh menyelipkan pesan edukatif terkait corona, misalnya mengajari anak mencuci tangan dengan benar dan membiasakan memakai masker.
Selain itu, untuk membangun daya tahan tubuh atau imunitas, kebutuhan nutrisi anak diupayakan dapat terpenuhi. Antara lain dengan memberikan asupan gizi dari sayuran dan buah-buahan yang kaya kandungan beta karoten. Secara rutin, tiap pagi anak-anak juga diajak bersepeda keliling lingkungan yayasan dan melakukan senam agar kebugaran tetap terjaga.
“Dengan rutin membuat tubuh aktif bergerak, dapat menjadi cara yang efektif untuk menjaga kesehatan dan melindungi anak dari kemungkinan terinfeksi virus Corona,” kata Layyin.
Berbagai upaya untuk memelihara imunitas pada anak seperti berolahraga dan makanan bergizi, menurut Layyin tidak cukup. Hal tersebut mesti didukung dengan kedisiplinan para orang tua dalam menerapkan protokol kesehatan.
Kewajiban menggunakan masker, rajin cuci tangan, dan menjaga jarak, tidak bisa ditawar lagi agar tidak muncul kasus-kasus anak pengidap corona. Jika orang dewasa lalai, anak-anak sebagai generasi penerus bangsa bisa menjadi korban. (M Yusuf Ashari)