BERKUNJUNG ke Pasar Barongan di Kabupaten Jombang, serasa kembali ke peradaban masyarakat Jawa di masa lalu. Lapak pedagang berbentuk saung beratapkan jerami, lengkap dengan meja lincak, gerabah, dan keranjang anyaman. Selama pasar dibuka, irama tembang Jawa bertalu-talu mengiringi aktivitas jual beli di pasar yang terletak di tepi Sungai Kali Gunting itu.
Barongan diambil dari Bahasa Jawa yang berarti rumpun pohon bambu. Sesuai namanya, pasar tradisional ini berada di tengah kebun bambu yang di Dusun Sanan Timur, Desa Mojotrisno, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. Di tempat ini pohon bambu tumbuh lebat dan tinggi. Panas matahari tak bisa menembus rapatnya jutaan helai daun bambu, sehingga tak ada pengunjung yang merasa kepanasan.
Hampir semua peralatan yang digunakan di Pasar Barongan ini menggunakan bambu, termasuk cara transaksinya. Di pasar yang buka pada jam 6 hingga 10 pagi ini, para pedagang dan pembeli bertransaksi menggunakan mata uang dari bambu. Uang rupiah tak akan berlaku di Pasar Barongan.
“Agar bisa membeli di pasar, setiap pengunjung harus menukarkan uang tunai dengan kepingan atau bilah bambu,” kata Nusa Amin, Ketua Pelaksana Pasar Barongan Kali Gunting, pada Sabtu 6 Agustus 2022.
Setiap keping bambu bernilai 2 ribu rupiah. Jadi, semisal ingin membeli nasi pecel seharga 6 ribu rupiah, maka dapat menukarkannya dengan 3 keping mata uang bambu. Pengujung bisa memperoleh keping bambu itu di money changer atau bank penukaran uang yang berada di pintu masuk, serta bagian belakang pasar.
Amin menambahkan, penjual makanan dilarang menggunakan bumbu yang mengandung MSG, memakai pengawet, serta pewarna buatan. Aneka kuliner yang dijual di pasar ini hampir semuanya makanan dan minuman tradisional. Di antaranya, es dawet, es janggelan, es gandul, aneka jamu, peyek bumbu pecel, krecek tape singkong, aneka bubur, polo pendem, nasi gudeg, nasi kuning, lontong sayur, nasi bobor yuyu, gado-gado, rica mentah, oseng ontong, nasi telang, lontong pecel, dan nasi jagung.
Pasar Barongan juga didirikan sebagai ruang promosi produk lokal. Untuk produk kerajinan, barang yang dijual harus berasal dari para pengrajin dari Desa Mojotrisno, bukan didatangkan dari daerah lain, apalagi barang impor dari luar negeri. Berbagai produk UMKM itu antara lain manik-manik plumbon, kerajinan daun pandan, cor kuningan, ecoprint, omah cukil, tenun, batik wayang beber; batik warna alam, dan aneka kerajinan bambu.
Para pedagang di Pasar Barongan dilarang menggunakan plastik sebagai tempat dagangan maupun kemasan produk makanan atau minuman. Itu syarat wajib yang harus dipatuhi.
“Tujuan kita back to nature, kembali ke alam. Sebagai gantinya, pengunjung bisa membeli keranjang anyaman atau besek,” ujar Amin.
Dia menerangkan, gagasan membuka pasar berkonsep bambu tak terlepas dari peran Universitas Kristen Petra (UK Petra) Surabaya. Perpaduan ide antara masyarakat, pemerintah desa, pegiat lingkungan, dan mahasiswa serta dosen UK Petra melahirkan Pasar Barongan Kali Gunting.
Lintu Tulistyantoro, Kepala Pusat Pengabdian pada Masyarakat (PPM) UK Petra mengatakan, selain sebagai destinasi wisata, Pasar Barongan Kali Gunting juga didesain untuk memfasilitasi pengembangan produk lokal. Jauh hari sebelum membuka pasar, pihaknya telah berinteraksi dengan masyarakat, melakukan analisis lingkungan dan potensi yang dikembangkan.
“Produk yang dihadirkan adalah produk utama Desa Mojotrisno,” kata Lintu saat menghadiri pembukaan Pasar Barongan Kali Gunting.
Pasar akhirnya berhasil dibuka setelah menyelesaikan 4 program pendampingan. Misalnya interior design, visual communication design, arsitektur, serta creative tourism.
Dibukanya pasar juga tak lepas dari peran aktif masyarakat dan pemuda-pemudi Karang Taruna. Sejak pertengahan Juni, mereka membersihkan lahan dan menyiapkan tempat hingga siap pakai. Tak hanya stand untuk berjualan, di Pasar Barongan juga tersedia gazebo, ayunan dan jungkat-jangkit yang semua bahan utamanya bambu.
“Persipannya selama sebulan setengah. Karena ini mendadak, menurut saya belum maksimal,” kata Sunaedi, Ketua RW 04, Dusun Sanan Timur.
Ia menambahkan, keberadaan dan eksistensi Pasar Barongan diharapkan bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi masyarakat Desa Mojotrisno. Para penjual yang merupakan warga setempat mengaku senang dengan keberadaan Pasar Barongan. Hampir semua makanan yang dijual ludes diserbu pengunjung.
Pengunjung tak hanya warga lokal dari Jombang saja. Pasar ini juga menarik perhatian masyrakat dari luar kota bahkan turis mancanegara yang tergabung dalam Komunitas Batik Surabaya (Kibas) Jawa Timur.
“Seru sekali. Produk yang disediakan bermacam-macam dan nuansa tradisionalnya sangat terasa,” ungkap Christie, salah satu pengunjung dari Surabaya. Pasar Barongan akan dibuka kembali pada tanggal 4 September mendatang. Para pengelola selanjutnya akan menata pasar agar semakin menarik. Ke depan, rencananya pasar dibuka setiap hari Minggu atau jika tidak memungkinkan minimal sebulan sekali. (Rokhimatul Inayah, Sekjend Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia Dewan Kota Kediri)
Discussion about this post