KETIKA menjalani aktivitas di luar rumah, penggunaan masker tidak bisa lagi dianggap remeh. Alat penutup hidung dan mulut itu kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di masa pandemi virus corona. Entah saat bekerja, ke pasar, ataupun menuju tempat ibadah; masker wajib dikenakan untuk melindungi diri dari droplets atau percikan air liur yang merupakan penyebab utama penularan Covid-19.
Memasuki bulan ketiga kondisi darurat corona di Indonesia, belum ada pihak yang bisa memastikan kapan pandemi virus itu akan berakhir. Kondisi tersebut memaksa masyarakat untuk beradaptasi dengan keadaan. Misalnya, jika sebelum ada corona masyarakat terbiasa keluar rumah tanpa masker, sekarang diwajibkan mengenakan masker demi kesehatan bersama.
“Apapun jenis kegiatan yang dilakukan masyarakat, protokol kesehatan seperti menggunakan masker, rajin cuci tangan, dan menjaga jarak wajib dinomorsatukan,” kata dr Indra Yovi Sp.P (K), Juru Bicara Penanganan Covid-19 Provinsi Riau, dalam live streaming YouTube Diskominfotik (Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik) Provinsi Riau pada Sabtu, 30 Mei 2020.
Apa yang disampaikan dr Yovi relatif mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Era digital membuat pesan-pesan baik dapat diakses seluruh masyarakat, bukan hanya di Riau. Di antaranya, video itu banyak diposting pengguna media sosial di Jawa Timur.
Menurut dia, para ahli kesehatan merekomendasikan tiga jenis masker yang efektif mencegah virus corona agar tidak masuk melalui hidung dan mulut. Antara lain masker bedah, masker kain, dan masker N95. Ketiganya mampu menahan percikan air liur dari orang yang terpapar virus ketika sedang bersin, batuk, bahkan saat berbicara.
Dari ketiga jenis alat penutup hidung dan mulut itu, masker N95 yang biasa dipakai petugas kesehatan mempunyai daya lindung paling ampuh dibandingkan jenis masker lainnya. Meski efektif, masker N95 tidak disarankan untuk penggunaan sehari-hari. Desainnya yang terlalu ketat membuat orang yang memakai bisa sulit bernafas, sesak, dan gerah jika dikenakan dalam jangka waktu yang lama.
Sedangkan masker kain yang umum digunakan masyarakat hanya memiliki daya tangkal virus corona sebesar 70%. Masker dari bahan kain tetap dapat menghalau droplets, asalkan menjaga jarak minimal 1-2 meter saat di keramaian. Meski memakai masker dapat melindungi diri, masyarakat diminta untuk tetap di rumah dan tidak keluar rumah jika tak ada kepentingan mendesak.
Dari pantauan Kediripedia.com, anjuran memakai masker sebagai upaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19, belum sepenuhnya dipatuhi. Di kawasan Kota dan Kabupaten Kediri, sejumlah warga belum mengenakan masker ketika beraktivitas di luar rumah untuk bekerja maupun berbelanja di pasar tradisional.
Padahal, mematuhi protokol kesehatan salah satunya menggunakan masker masih menjadi cara terbaik dari pada menerapkan Herd Immunity. Skema Herd Immunity yaitu metode untuk membiarkan tubuh terpapar virus, dengan harapan tubuh menjadi kebal dan bisa sembuh dengan sendirinya. Jika orang di bawah usia 60 tahun terpapar Covid-19, mungkin bisa kebal. Namun lain cerita bila virus tersebut menyerang warga di atas usia 60 tahun, prosentasenya 80% bisa meninggal dunia. Salah satu negara yang menerapkan Herd Immunity yaitu Swedia.
“Ternyata dampaknya luar biasa, Swedia termasuk negara paling banyak jumlah kematiannya,” kata dr Yovi.
Dia mengatakan, Herd Immunity sebagai solusi untuk menyelesasikan persoalan pandemi virus corona merupakan keputusan berbahaya. Istilah Herd Immunity berasal dari dokter hewan dan hanya cocok diterapkan pada hewan ternak. Jika diterapkan pada situasi pandemi corona yang menjangkiti manusia, dapat meningkatkan jumlah korban jiwa secara signifikan.
Berkaca dari kasus Swedia tersebut, Yovi mengingatkan masyarakat untuk tetap menerapkan protokol kesehatan. Dengan disiplin menggunakan masker saat keluar rumah, dapat mencegah penularan virus corona kepada keluarga, teman, dan masyarakat luas.
“Kalau sayang keluarga kita, pakai masker saat beraktivitas di luar rumah,” kata Yovi.
Hingga memasuki bulan ketiga pandemi virus corona, apapun jenis kebijakan pemerintah, baik itu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), new normal, dan kebijakan lainnya, yang paling penting adalah tetap berupaya mematuhi protokol kesehatan. Kedisiplinan mengenakan masker dan menerapkan physical distancing, masih menjadi cara terbaik bertahan di situasi pandemi, sembari menunggu vaksin penangkal corona ditemukan. (Kholisul Fatikhin)