DI masa pandemi ini ada satu kata yang terus-menerus menyeruak di lintasan publik, yaitu “klaster”. Diserap dari bahasa Inggris, kata “cluster” dimaksudkan untuk menerangkan lokasi atau peristiwa yang disinyalir sebagai titik penyebaran virus corona. Dari situlah tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengawali pelacakan sekaligus membendung timbulnya klaster baru penyebaran virus yang muncul pertama kali di Wuhan itu.
Seperti yang sedang ditelurusi tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Kediri pada 18 Mei, setelah mengetahui 3 warganya positif terpapar virus corona. Satu di antaranya adalah warga Desa Kedak, Kecamatan Semen yang tertular dari klaster jamaah tarawih. Sedang dua orang korban lainnya, yaitu dari Desa Titik, Kecamatan Semen, dan Desa Kaliboto, Kecamatan Tarokan, merupakan klaster baru.
Sementara itu, Pemerintah Kota Kediri masih terus melakukan tracing penyebaran penyakit mematikan itu di klaster pabrik rokok Mustika di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur. Usaha tersebut digiatkan setelah hasil rapid test pada awal Mei lalu menyatakan puluhan buruh pabrik rokok linting itu positif terinfeksi Covid-19. Sebagian di antara mereka adalah warga Kota Kediri.
“Hari ini tambah seorang lagi pasien positif Covid-19 dari klaster pabrik rokok Mustika Tulungagung, yaitu warga Kelurahan Tinalan, Lingkungan Dadapan,” kata Wali Kota Kediri, Abdullah Abu Bakar, Selasa, 19 Mei 2020.
Berdasarkan temuan itu, kini jumlah warga Kota Kediri yang terjangkit virus corona bertambah menjadi 27 orang, 17 di antaranya berhubungan erat dengan pasien Covid-19 dari klaster pabrik rokok yang berlokasi di daerah Gesikan, Kecamatan Pakel, Kabupaten Tulungagung.
Peningkatan jumlah korban, menambah panjang deretan warga Kota Kediri yang terpapar. Klaster yang membawa corona pertama ke Kota Kediri adalah klaster Sukolilo, Surabaya, tempat digelarnya pelatihan petugas haji di Asrama Haji Embarkasi Surabaya. Tidak main-main, korbannya adalah dr Bambang Triyono Putro, Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Pemkab Kediri yang tinggal di kawasan Kota Kediri. Klaster Sukolilo ini menjadi pintu masuk awal corona di hampir seluruh wilayah Kabupaten dan Kota di Jawa Timur.
Jakarta sebagai episentrum corona terbesar di Indonesia juga memicu lahirnya klaster baru di seluruh pelosok tanah air. Salah satu hasil tes swab di Kota Kediri menyatakan seorang warga Perumahan Wilis Indah II, Kelurahan Pojok, positif teridap Covid-19. Pasien ini tiap dua minggu sekali melakukan perjalanan hilir mudik Kediri – Jakarta.
Menjelang Lebaran 2020, Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Kediri terus berupaya menghentikan munculnya klaster baru. Salah satunya dengan menggalakan rapid test di pusat-pusat keramaian karena masyarakat mulai tidak mematuhi protokol pencegahan Covid-19. “Kami mendapati dua karyawan Golden Swalayan reaktif dalam rapid test itu,” kata Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Kediri, Fauzan Adima. Namun dari hasil beberapa tes lanjutan, mereka dinyatakan negatif dari virus corona.
Fauzan melanjutkan, kabar hasil tes cepat reaktif pada dua pegawai swalayan yang berlokasi di Jalan Hayam Wuruk Kota Kediri itu, sempat menghebohkan warga Kota Kediri. Pasalnya masyarakat mengira kedua karyawan itu positif Covid-19, yang berakibat Golden Swalayan disangka menjadi klaster baru penyebaran virus corona.
“Hasil rapid test tidak seketika dapat menyimpulkan seseorang berstatus positif atau negatif Covid-19, jadi kami mohon masyarakat agar tetap tenang,” jelas Fauzan.
Direktur RSUD Gambiran itu menegaskan, masyarakat harus tetap patuh pada peraturan penanggulangan wabah dengan tetap berada di rumah. Sepanjang belum ada kepastian vaksin corona ditemukan, menjaga jarak secara fisik dengan siapapun tetap menjadi cara terbaik pencegahan. Menyangkal dan bersikeras mendekati kerumunan seperti di pusat perbelanjaan dan tempat ibadah hanya akan melahirkan klaster baru. (Naim Ali)