HAMPIR setahun mengudara ke tengah publik, spektrum film Air Mata di Ladang Tebu hingga kini masih terasa. Dalam perjalanannya, sinema fiksi berlatar peristiwa sejarah itu mulai merasuki dunia pendidikan. Sejumlah sekolah menengah di Kediri, Jawa Timur memasukkan film berdurasi 44 menit ini sebagai materi ajar mata pelajaran Bahasa Indonesia.
“Film seperti ini kehadirannya sudah lama dirindukan di dunia pendidikan,” ujar Nining Niswati, guru Bahasa Indonesia Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Kota Kediri, Senin 28 September 2020.
Dia menambahkan, karya tersebut sekarang merupakan tontonan wajib bagi siswa kelas 12 MAN 2 Kota Kediri. Dari segi kebahasaan, dialog dalam di film yang disutradarai Dwidjo U. Maksum sangat kaya kosa kata. Hal itu menjadi salah satu alasan kuat sinema tersebut layak dimasukkan ke dalam materi ajar.
Nining melanjutkan, nilai edukatif film ini bukan hanya dapat diterapkan di mata pelajaran Bahasa Indonesia, tapi bagi sistem pendidikan secara keseluruhan. Sebab, berbagai pesan yang disuguhkan di film Air Mata di Ladang Tebu dapat dimasukkan ke disiplin ilmu yang lain. Misalnya, pelajaran sejarah, agama, budi pekerti, dan bahasa Jawa.
“Usai menonton mereka diberi tugas membuat review. Baik dari segi bahasa maupun tentang moralitas yang dapat dipetik,” kata Nining.
Film tersebut mendapat respon positif dari siswa MAN 2 Kota Kediri. Salah satu scene yang menarik bagi mereka yaitu adegan dialog antara Kirman dan Sinem. Narasi film yang dibumbui kisah percintaan berhasil memikat murid-murid.
Keberadaan film menjadi semakin penting di masa pandemi virus corona. Kondisi tersebut memaksa kegiatan belajar mengajar seluruhnya dialihkan ke ruang virtual. Hal itu tentu membutuhkan bahan ajar seperti film Air Mata di Ladang Tebu. Melalui media film kemasan pembelajaran tetap inovatif meski dilakukan secara daring.
Selain MAN 2 Kediri, karya yang diproduksi tahun 2019 itu juga mewarnai aktivitas belajar siswa kelas 12 Madrasah Aliyah Sejahtera Pare, Kabupaten Kediri. Film yang dapat diakses dengan mudah di channel Youtube Kediripedia itu membantu berlangsungnya proses pengajaran.
“Mayoritas murid merasa terkejut usai menonton film ini,” kata Dianika Wisnu Wardhani, salah seorang tenaga pengajar MA Sejahtera Pare.
Perempuan kelahiran Lamongan menjelaskan, puluhan siswa itu tak menyangka jika Kediri ternyata menjadi bagian dari peristiwa besar pada tahun 1965. Bagi siswa tingkat menengah atas, film ini merupakan petunjuk sejarah.
Usai menonton film ini murid-murid dapat mengetahui hal-hal yang sebelumnya asing. Misalnya istilah tahanan politik (tapol), Pulau Buru, hingga peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan kisah Kirman di film tersebut.
“Nilai religius yang dapat dipetik yaitu tentang Kirman yang menenangkan hati dengan membaca Alquran,” tulis Nafa Fitra Diani, salah seorang siswa MA Sejahtera dalam review-nya tentang film Air Mata di Ladang Tebu.
Murid kelas 12 MIPA itu juga menuliskan tentang unsur kebudayaan lewatadegan Warno yang memasak menggunakan luweng atau tungku tradisional. Sedangkan dari segi bahasa, dialog di film terasa estetik karena memakai Bahasa Jawa halus atau krama.
Nafa dan puluhan siswa lainnya merasa penasaran dengan proses pembuatan karya tersebut. Jika pandemi sudah dinyatakan berakhir, mereka berencana mengadakan bedah film dan sharing dengan sutradara serta para pemain.
Senada dengan yang dikatakan Nining Niswati, Dianika berpendapat jika film ini harus diinternalisasi ke mata pelajaran lain. Sebab, nilai-nilai dalam film Air Mata di Ladang Tebu bukan hanya soal sejarah dan bahasa. Nilai kemanusiaan, kebudayaan, dan religiusitas yang terkandung didalamnya sangat layak disampaikan lewat mata pelajaran lainnya di sekolah. (Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post