TIDAK semua anak memahami dunia dengan cara yang sama. Bagi Ahmad AB, dunia terlalu bising, cepat, dan penuh hal-hal yang tak masuk akal. Bocah sebelas tahun itu lebih senang menatap layar laptopnya, membangun dunia digital lewat game Roblox yang ia rancang sendiri.
Ahmad divonis mengidap autisme. Namun, hasil pemeriksaan psikolog menunjukkan IQ-nya jauh di atas rata-rata anak seusianya. Ia bisa berbicara panjang lebar tentang Perang Dunia, runtuhnya Uni Soviet, hingga Perang Vietnam. Kadang, ia juga menyinggung tokoh-tokoh seperti Adolf Hitler, Karl Marx, atau Xi Jinping, nama-nama yang bahkan belum tentu dikenal banyak orang dewasa.
Kondisi langka yang dialami anak asal Kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara ini disebut dengan sindrom savant. Di balik keterbatasannya, pengidap sindrom ini memiliki keunggulan luar biasa dalam bidang keahlian tertentu. Dalam kasus Ahmad, ia punya kemampuan mengingat data-data sejarah, sains, dan filsafat.
“Menurut psikolog, sindrom ini diderita anak kemungkinannya satu juta banding satu,” ujar Riza, sang ayah.
Di rumah, Ahmad kerap menghabiskan waktu membaca dan menonton video dokumenter. Kisah-kisah sejarah itu kemudian bisa dituturkan kembali dengan kalimat runtut, logis, dan analitis. Sang ayah kadang heran, ia sebenarnya anak kecil atau dosen sejarah.
Ketika anak-anak lain sibuk menghafal perkalian, Ahmad AB kerap memikirkan hal-hal yang membuat orang dewasa terdiam. Mulai dari perang dan ideologi, pertempuran komunis dan kapitalis, ataupun tentang Soekarno dan Gus Dur. Dua tokoh itu ia kagumi, seolah pemikiran mereka hidup di kepala Ahmad.
Namun, bangku sekolah tak selalu ramah untuk anak seistimewa Ahmad. Di sekolah, ia nyaris tak punya teman. Tempat ternyaman baginya adalah perpustakaan.
Rasa ingin tahunya besar sehingga ia kerap dianggap aneh, bahkan sempat dilabeli “pembuat masalah”. Ahmad pernah mengalami perundungan dari teman-temannya. Luka itu sempat membuatnya menutup diri dan mempertanyakan keadilan hidup.
“Dia di-bully oleh gurunya sendiri, security, dan kawan-kawannya,” kata Riza.
Akibat perundungan itu, Ahmad terpaksa pindah dari sekolah umum di Kota Baubau ke sekolah inklusi di Kendari. Sambil belajar, ia masuk kursus coding. Lewat game Roblox, Ahmad membangun dunia digital sesuai imajinasinya, termasuk membuat simbol bendera Palestina. Bahkan, ia menciptakan dan mempublikasi sejumlah game digital.
Ahmad dan ayahnya kini menetap di Yogyakarta sejak 2023. Kawasan ini dipilih atas saran dari psikolog. Anak seperti Ahmad membutuhkan lingkungan yang bisa melindunginya dari pengaruh buruk, khususnya perundungan.
Ayahnya bercerita, kemampuan Ahmad memahami konsep abstrak jauh melampaui usianya. Ia bisa mengaitkan hal-hal filosofis dengan realitas sehari-hari.
“Bagi dia, angkringan itu lambang kaum pekerja, kelas bawah yang jadi korban kapital,” tutur sang ayah.
Kecerdasan Ahmad tak hanya soal pengetahuan, tapi juga cara berpikir yang reflektif. Ia memiliki kemampuan memahami hubungan sebab-akibat, menafsir makna di balik simbol, dan menulis gagasan-gagasan yang seolah keluar dari kepala seorang filsuf kecil.
Robertus Budi Sarwono, Dosen Universitas Sanata Dharma Jogjakarta, bahkan mengundang Ahmad ke kampus. Ia diminta berdiskusi dengan para mahasiswa.
Cita-cita Ahmad sederhana tapi besar, menjadi sutradara seperti Steven Spielberg, idolanya. Ia ingin membuat film yang bisa mengubah cara orang memandang dunia film yang tak hanya bercerita, tapi juga mengajarkan empati.
Ahmad AB mungkin belum dikenal banyak orang. Tapi di balik keterbatasannya, ia menyimpan pandangan tajam tentang hidup, sejarah, dan kemanusiaan. Dunia mungkin belum siap sepenuhnya memahami anak sepertinya, tapi lewat imajinasi dan pikirannya yang melesat jauh, Ahmad tengah menulis bab pertamanya menuju masa depan yang ia ciptakan sendiri. (Jurnalia Sibunga)







Discussion about this post