DARI siang hingga menjelang petang, rumah bercat kuning itu tak pernah sepi. Di ruang tamu terdapat belasan anak yang fokus mengerjakan tugas sekolah. Sebagian lainnya duduk membaca buku sembari saling melempar canda.
Sedikitnya ada 50 anak yang setiap hari berkunjung ke rumah milik Sohibul Burhan dan Rohmawati. Pasangan suami istri ini mendedikasikan kediamannya untuk dijadikan tempat les atau pelajaran tambahan bagi anak-anak di lingkungan mereka tinggal. Tepatnya di RT 29 / RW 4 Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.
“Biaya les di sini seikhlasnya, khusus untuk anak yatim tidak perlu membayar atau gratis,” kata Rohmawati, Jumat, 21 Oktober 2022.
Perempuan 34 tahun ini menjelaskan, dorongan membuka les didasari keprihatinan ketika melihat perilaku anak-anak selama pandemi Covid-19. Diberlakukannya pembelajaran dari rumah, mayoritas anak lebih memilih bermain daripada belajar. Kondisi itu diperparah dengan kurangnya pengawasan orang tua karena mereka sibuk bekerja.
Rohmawati dan Burhan akhirnya sepakat membuka tempat les bagi anak sekitar rumah dengan ongkos sukarela. Orang tua murid rata-rata membayar 30 hingga 50 ribu rupiah perbulan. Nilai itu sebenarnya jauh dari kata ideal jika dibandingkan biaya les di sejumlah lembaga belajar.
“Kami percaya bahwa dengan terus melakukan kebaikan, maka rezeki akan mengikuti. Sebab, rezeki tidak hanya soal materi,” ujar guru honorer di PAUD Al Amin Mojoroto itu.
Pelajaran yang dibahas awalnya sekadar pekerjaan rumah dari sekolah. Ketika mengetahui kemampuan matematika anak-anak masih minim, mereka diajari matematika setelah pelajaran umum selesai.
Upaya Rohmawati dan suami akhirnya berbuah manis. Kemampuan matematika anak didik meningkat dengan nilai memuaskan. Lambat laun, semakin banyak orang tua yang menitipkan anaknya untuk les di rumah Rohmawati. Dia mengajar setiap jam 12 siang hingga 5 sore.
“Saya dan suami sama-sama guru honorer, jadi di sekolah hanya beberapa jam saja. Pulang mengajar kami bisa langsung memulai les,” jelas Rohmawati.
Kegiatan belajar mengajar biasa dilakukan di teras, ruang tamu, dan ruang keluarga. Tak jarang ketika banyak anak yang datang, kamar pribadi mereka juga digunakan sebagai tempat belajar.
Ketekunan pasangan suami istri itu mendapat apresiasi dari warga sekitar. Di samping rumah mereka kini sedang dibangun taman baca yang ruangannya bisa digunakan untuk tempat les. Dengan berdirinya perpustakaan, diharapkan kegiatan belajar menjadi lebih nyaman dan kondusif.
“Biaya pendirian taman baca diambil dari program Prodamas Pemerintah Kota Kediri,” kata Farid Fahrudin Sarwono, Ketua RT 29/RW 04 Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.
Menurutnya, apa yang dilakukan Rohmawati dengan membuka les sukarela sangat membantu kegiatan belajar anak-anak. Lewat berdirinya taman baca dari program Prodamas harapannya literasi pada anak dapat meningkat.
Bantuan program Prodamas juga dibelikan peralatan les seperti bangku belajar dan papan tulis. Meski begitu, Rohmawati dan suami masih mengeluarkan uang pribadi untuk melengkapi piranti belajar.
“Dengan jumlah anak didik yang semakin banyak, tentu kami membutuhkan tambahan tenaga pengajar,” kata Rohmawati.
Penambahan guru les tentu membutuhkan ongkos. Biaya sukarela yang dibayarkan orang tua murid tak bisa diandalkan untuk menggaji guru. Jika ada relawan yang terpanggil membantu pembelajaran, pasangan suami istri itu akan menerima dengan senang hati. (Yuni Pratama, Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Kediri, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post