TANAH Uzbekistan telah lama menjadi pusat pengetahuan dan budaya. Khususnya bagi masyarakat muslim di seluruh dunia, negara di kawasan Asia Tengah ini pernah melahirkan banyak ulama dan tokoh penting yang berkontribusi besar pada ilmu-ilmu sains dan keislaman bagi perkembangan peradaban dunia. Salah satunya, Abu Mansur al Maturidi.
Para pengamat sejarah menyebutkan, nama ulama kelahiran tahun 849 Masehi di Maturid di wilayah permukiman Kota Samarkand itu, seringkali mencuat bersama dengan imam besar lain, yaitu Abu al Hasan al Asy’ari. Kedua tokoh besar inilah kelak disebut sebagai pencetus ajaran Sunah wal Jama’ah. Doktrin yang secara cepat menyebar ke seluruh dunia. Di Indonesia, ajaran tersebut populer dengan istilah “Aswaja”, singkatan dari Ahlu Sunah wal Jama’ah.
Banyak kalangan mengakui Abu Mansur al Maturidi punya andil dalam perkembangan peradaban umat. Namun hanya sedikit orang yang mengulas rekam jejak kehidupan maupun warisan ilmiah Rais Ahli Sunah ini. Mengingat hal tersebut, pada Rabu, 16 Juni 2021, para pemerhati Al Maturidi yang tergabung dalam Pusat Penelitian Ilmiah Internasional Imam Maturidi mengadakan simposium dengan tema “Ajaran Maturidiyah dan Masa Kini”.
Dalam rilis yang diterima Kediripedia.com dari Kedutaan Besar Republik Uzbekistan untuk Republik Indonesia, dijelaskan bahwa pertemuan secara daring ini diselenggarakan di bawah naungan Akademi Islam Internasional Uzbekistan. Simposium ini dihadiri oleh para ulama studi Islam dan ajaran Maturidiyah dari berbagai negara. Di antaranya, Republik Arab Mesir, Yordania, Turki, Jerman, Swedia, Prancis, Bosnia dan Herzegovina, Rusia, Malaysia, Kirgizstan, Kazakhstan, dan Afghanistan.
“Selain mengenal lebih dekat kehidupan serta ajaran Maturidiyah, agenda ini juga diadakan untuk menginformasikan kepada masyarakat internasional mengenai warisan karya ilmiah dari para pengikut Abu Mansur al Maturidi,” kata Muhammad Nidhal, Sekretaris Duta Besar Uzbekistan di Jakarta.
Selama simposium, para peserta membahas berbagai isu penting masa kini yang berkait dengan peninggalan imam berjuluk Al Zahid itu. Seperti esensi ajaran Maturidiyah, peran ulama Maturidi dalam pengembangan doktrin, pentingnya ajaran Maturidiyah dalam memastikan moderasi, studi warisan ilmiah Imam Maturidi, dan penelitian tentang cakupan isu-isu doktrinal dalam ajaran Maturidiyah.
Para peserta simposium turut menyampaikan pandangan mereka tentang kekhasan doktrin Maturidiyah. Khususnya dalam menemukan solusi untuk isu-isu ideologis yang belakangan berkelindan dalam kehidupan masyarakat. Mereka juga berupaya, membuka informasi lebih lebar tentang warisan ilmiah Imam Maturidi dan para pengikutnya kepada komunitas internasional. Selain itu, para ahli, pakar, dan ilmuwan internasional yang berpartisipasi dalam simposium tersebut sepakat menerbitkan kompilasi makalah dan karya ilmiah hasil tulisan para peserta.
Mereka juga berencana menerbitkan buku-buku penunjang. Di antaranya, Tawilat al-Qur’an jilid ke-29 Imam Maturidi, Sharh al-Fiqh al-Akbar karya Mullah Ali Qari, Al-Hidaya karya Burhanuddin Marghinani, 10 brosur dengan judul Ulama Negeri Kita, Organisasi Islam Internasional, Moderasi Melawan Kefanatikan: Metode dan Analisis, Sanggahan Masa Kini, Kelompok Fanatik Berkedok Islam, serta edisi pertama jurnal ilmiah – pendidikan, The Maturidiyya.
Selain itu, diadakan upacara pemberian penghargaan kepada para pemenang lomba antar mahasiswa dengan judul “Pengikut Imam Maturidi” dalam nominasi artikel terbaik, video terbaik, dan infografis terbaik.
Dalam rangka memberikan dukungan komprehensif kepada para peneliti muda, simposium ini menyelenggarakan sesi khusus bagi mahasiswa doktoral, peneliti, dan mahasiswa bertajuk “Imam Maturidi di Mata Peneliti Muda” dan “Masalah Kajian Islam Modern”. Para peneliti muda dari berbagai pusat pendidikan dan penelitian dalam negeri menghadiri sesi ini dengan artikel mereka.
Pada penyelenggaraan simposium ini, Akademi Islam Internasional Uzbekistan bekerjasama dengan berbagai organisasi dunia. Seperti, ICESCO, IRCICA, Institute of Islamic Understanding Malaysia (IKIM), Al-Azhar Islamic Research Academy, Imam Maturidi Research Center of Seljuk University, International Islamic Academy of Uzbekistan, Center for Islamic Civilization in Uzbekistan, Imam Bukhari International Scientific Research Center, dan Imam Tirmidhi International Scientific Research Center.
Upaya Akademi Islam Internasional Uzbekistan memperkenalkan doktrin Maturidiyah melalui Pusat Penelitian Ilmiah Internasional Imam Maturidi terlaksana atas prakarsa Presiden Uzbekistan, Shavkat Mirziyoyev.
“Ini merupakan bagian penting dari reformasi sistemik Uzbekistan di bidang agama dan pencerahan,” katanya.
Ia melanjutkan, Imam Mansur al Maturidi ialah satu di antara banyak ulama besar lain yang dibesarkan di Negeri Jalur Sutera bahkan berperan penting bagi perkembangan peradaban umat manusia. Sebut saja, Imam Bukhari, Mahmud Zamakhshari, Abul Muin Nasafi, Muhammad Khawarizmi, Ahmad Farghani, Abu Rayhan Biruni, Abu Ali bin Sina, Mirzo Ulugbek. Terutama ilmu sains dan keislaman yang mereka tinggalkan, kini bukan hanya jadi warisan untuk warga Uzbekistan semata melainkan milik seluruh penduduk dunia. (Naim Ali)
Discussion about this post