SELAIN teh, tanaman yang bisa diolah menjadi minuman yaitu rosella. Jika teh dimanfaatkan bagian daunnya, sedangkan rosella diambil kelopak bunganya. Keberadaan rosella di Indonesia konon berawal dari kedatangan pedagang India pada abad 14. Selama ratusan tahun, tanaman yang juga populer disebut asam kumbang itu dekat dengan kehidupan masyarakat Jawa. Bahkan, tumbuhan perdu ini digunakan sebagai penghias pagar rumah penduduk.
Memasuki era kolonial Belanda, pohon rosella baru dibudidayakan secara serius. Harriet Winifred Ponder, dalam bukunya Javanese Panorama More Impressions of the 1930’s menyebutkan, rosella banyak ditanam di lahan bekas ladang tebu. Usai bisnis gula di Jawa merosot, Belanda mengembangkan tanaman yang berasal dari Afrika ini sebagai penyokong komoditas tekstil. Batang-batang pohon rosella diambil seratnya untuk dijadikan benang, karung, dan kanvas.
Namun siapa sangka, tanaman dengan nama latin Hibiscus sabdariffa itu masih dimanfaatkan hingga sekarang. Bukan lagi untuk bahan tekstil, rosella di tanah Jawa kini dikembangkan menjadi bahan minuman semacam teh dan obat herbal. Salah satunya, di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.
“Mayoritas penduduk Desa Selopanggung merupakan petani rosella,” kata Sumi, salah seorang petani dan pengepul rosella, Jumat 18 Juni 2021.
Dia menjelaskan, saat cuaca sedang panas, aktivitas warga terutama ibu-ibu, disibukkan dengan menjemur kelopak bunga rosella. Terik matahari menyengat adalah berkah yang patut disyukuri, karena akan mempercepat pengeringan. Sudah belasan tahun, tanaman itu menjadi salah satu sumber penghasilan penduduk di lereng Gunung Wilis, khususnya di kawasan Kabupaten Kediri.
Kesibukan warga mengeringkan rosella merupakan pemandangan khas Desa Selopanggung. Di tepi jalan, halaman rumah, maupun kebun, dihiasi deretan kelopak bunga yang dijemur. Warga biasanya menjemur rosella pukul 8 pagi hingga jam 3 sore. Untuk mendapatkan teh siap seduh dengan kualitas terbaik, kelopak rosella harus dijemur selama 3-4 hari.
“Bahkan dulu ada warga yang menjemur sejak pukul 12 malam, karena mereka khawatir tidak kebagian tempat,” ujar Sumi.
Dia menambahkan, bunga rosella memiliki nilai jual tinggi ketika dijadikan minuman herbal. Tumbuhan ini diminati karena banyak khasiat. Teh dengan cita rasa asam itu mengandung antioksidan untuk mencegah flu, mengatasi sembelit, maupun menurunkan tekanan darah tinggi.
Menurut Sumi, geliat warga menanam pohon rosella mulai marak sejak tahun 2000an. Dorongan itu bermula ketika salah seorang pendeta di Gereja Puhsarang membagikan bibit rosella pada warga. Lonjakan jumlah masyarakat menjadi petani rosella semakin besar setelah mengetahui tingginya nilai jual. Harga teh rosella saat itu mencapai 80 ribu hingga ratusan ribu per kilogram.
Komoditas rosella Selopanggung juga berhasil menembus pasar nasional. Teh rosella menarik minat pembeli dari berbagai kota di Indonesia, bahkan diekspor ke negara seperti Korea Selatan dan Thailand.
“Harga yang cukup memukau itu membuat warga berbondong-bondong menanam rosella,” ujar Sumi.
Niat warga tersebut didukung kondisi geografis yang menguntungkan. Bentang wilayah Desa Selopanggung yang berada di 390 meter di atas pemukaan laut (mdpl) memiliki kontur tanah gembur, kaya humus, dan cukup air. Hal tersebut membuat rosella tumbuh subur di kawasan yang berdekatan dengan makam Tan Malaka, Pahlawan Nasional itu.
Sayangnya, petani rosella di Selopanggung sering terkendala harga yang tidak stabil. Puncak penurunan harga terjadi pada tahun 2016 yang mencapai 15 ribu per kilogram. Sedangkan di tahun 2021 harganya hanya 50 ribu per kilogram. Fluktualitas harga tersebut mengakibatkan sejumlah warga enggan mengolah rosella.
Alhasil, tanaman itu bukan lagi menjadi sandaran utama penghasilan petani Selopanggung. Meskipun ada warga yang terlihat menjemur rosella untuk dijual ke pengepul seperti Sumi, jumlahnya tak sebanyak dahulu. Namun, warga yang telah berpaling itu sebenarnya masih menanam rosella, tapi hanya untuk mempercantik pagar dan halaman rumah. (Elisabet Cornilia Ayuningtyas,Mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP Kediri, sedang magang di Kediripedia.com dalam Program Kampus Merdeka Kemendikbud)
Discussion about this post