VICTOR Mambor, Pemimpin Umum Tabloid Jubi Papua meraih Penghargaan Oktovianus Pogau dari Yayasan Pantau untuk keberanian dalam jurnalisme. Wartawan kelahiran Muara Enim, Sumatera ini dikenal sering meliput berbagai aksi diskriminasi terhadap orang asli Papua.
Belakangan ini, nama Victor sering dimuat media usai sebuah bom rakitan meledak di depan rumahnya pada 23 Januari 2023 di Jayapura. Intimidasi itu diduga dilakukan sehubungan dengan liputan Jubi terhadap pembunuhan dan mutilasi empat orang asli Papua asal Nduga di Timika pada Oktober 2022.
“Lewat karya jurnalistik, Victor membela hak orang asli Papua sehingga sangat pantas menerima penghargaan ini,” kata Andreas Harsono, Ketua Yayasan Pantau, Selasa, 31 Januari 2023.
Menurut Andreas, Victor merupakan sosok jurnalis yang mengagumkan. Dia konsisten melahirkan karya bertemakan pembelaan, serta sangat tegar ketika menghadapi intimidasi demi intimidasi.
Bukan sekali itu saja Victor menerima ancaman. Pada 2021, kaca mobilnya dipecah dan pintu dicoret-coret dengan cat semprot saat parkir malam depan rumahnya di Jayapura. Polisi sampai saat ini belum menemukan pelaku vandalisme itu. António Guterres, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyebut jika Victor Mambor sebagai satu dari lima pembela Hak Asasi Manusia yang sering mengalami intimidasi, pelecehan, dan ancaman dalam meliput Provinsi Papua dan Papua Barat.
“Penghargaan yang diraih Victor semoga memberikan energi bagi jurnalis di Papua agar tetap berani menyuarakan kebenaran,” kata Sasmito Madrim, Ketua Aliansi Jurnalis Independen atau AJI Indonesia.
Sebagai jurnalis senior di Papua, Victor kini juga menjabat sebagai pengurus Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) Aliansi Jurnalis Independen atau AJI Indonesia. AJI meminta kepada aparat penegak hukum agar segera secara tuntas menemukan pelakunya, karena kasus ini sudah mengancam keselamatan jurnalis.
Pada 2021 melalui serangan doxing digital dengan disebarakannya identitas Victor Mambor oleh orang tidak dikenal. Namun, hingga kini kasusnya masih belum ada perkembangan lebih lanjut.
Penghargaan Oktovianus Pogau diberikan pada Victor Mambor sebagai bentuk apresiasi terhadap integritasnya dalam dunia jurnalistik. Juri Penghargaan Pogau 2023 terdiri dari Andreas Harsono (Jakarta), Alexander Mering (Pontianak, Bogor), Coen Husain Pontoh (New York, Bolaang Mongondow), Made Ali (Pekanbaru), and Yuliana Lantipo (Jayapura).
Nama Oktovianus Pogau, diambil dari nama seorang wartawan dan aktivis Papua yang lahir di Sugapa, pada 5 Agustus 1992. Pogau meninggal usia 23 tahun di Jayapura.
Penghargaan ini diberikan setiap tahun guna mengenang keberanian Pogau. Misalnya, ketika melaporkan kekerasan terhadap ratusan orang asli Papua ketika berlangsung Kongres Papua III di Jayapura Pada Oktober 2011. Dia merekam suara tembakan. Tiga orang Papua meninggal dan lima dipenjara dengan vonis makar. Namun, tak ada satu pun aparat Indonesia diperiksa dan dihukum.
Yayasan Pantau menilai Oktovianus Pogau sebagai role model bagi wartawan Indonesia. Di antaranya, keberpihakan pada golongan tertindas, berani meliput pelanggaran HAM, maupun pengrusakan lingkungan hidup.
Andreas Harsono mengatakan, Victor Mambor tidak hanya mengenal dekat Oktovianus Pogau. Victor ikut meneruskan cita-cita Pogau soal tanggung jawab wartawan di Papua, Indonesia, maupun internasional.
“Mereka berdua sama-sama berani memberitakan apa yang sebenarnya terjadi di Papua,” ujar Andreas.
Victor Mambor lahir pada 1974, dari pasangan Rachmawati Saibuna dan John Simon Mambor. Pada 2004, Victor Mambor bekerja sebagai wartawan di Jayapura. Dia diangkat sebagai redaktur Jubi, belakangan jadi pemimpin umum, mengembangkannya ke medium televisi dan memakai drone.
Dalam blognya, Victor Mambor mengunggah berbagai naskah penting yang dibuat pada 2005 dan 2017. Termasuk, soal penculikan anak-anak Papua yang dibawa ke Pulau Jawa, serta kritik pada perspektif wartawan Jakarta, yang menurutnya hanya bicara soal nasionalisme Indonesia terhadap Papua. (Kholisul Fatikhin, Ahmad Eko Hadi)







Discussion about this post