Selendang sampur terus bergerak-gerak mengikuti tarian empat gadis yang sedang asyik menari diiringi suara musik Jawa. Tampak empat buah kamera yang terus mengikuti setiap gerakan para penari. Di depan puluhan pengunjung Goa Jegles di desa Keling Kabupaten Kediri, mereka menarikan Tari Kenyo asli Kediri pada Minggu, 19 Februari 2023.
Siapa sangka empat penari yang menarikan tarian tentang Dewi Sekartaji itu tidak dapat mendengar suara sama sekali. Mereka adalah Desi, Agis, Fathul dan Refa yang merupakan siswa-siswa tunarungu Sekolah Luar Biasa (SLB) Budi Mulya Desa Sumberejo, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri. Walaupun memilki kekurangan tak menghambat mereka untuk berlatih dan berkesenian.
Kediripedia.com pernah mengangkat cerita para penari tunarungu dalam tulisan berjudul ‘Mereka yang Menari Tanpa Mendengarkan Musik Pengiring‘. Pertemuan itulah yang akhirnya membawa Kediripedia.com untuk mengikutkan ide cerita ini dalam festival film dokumenter di Jakarta. Kisah usaha dan kerja keras anak-anak SLB dalam menari tersebut akhirnya diangkat di dalam film dokumenter.
Setelah mengikuti beberapa tahap seleksi, Kediripedia sebagai rumah produksi berkesempatan untuk bekerja sama dengan Universitas Budi Luhur Jakarta. Proposal film dari Kediri ini masuk ke dalam tiga besar film yang berhak mendapatkan pendanaan dalam rangka Festival Film Dokumenter Budhi Luhur (FDBL) 2022.
Pembuatan film yang berlokasi di Kecamatan Kandat ini dapat terus berjalan berkat banyaknya dukungan, baik kru, kawan-kawan di lokasi pengambilan gambar hingga aktor dalam dokumenter. Kru film terdiri dari Kholisul Fatikhin (sutradara), Ahmad Eko Hadi (produser), Dwidjo U. Maksum (art director), Yusro Syafiudin (kameramen) dan Moh Basuki (runner dan logistik).
Oky Dwi Setyawan, Kepala Sekolah SLB Budi Mulya merasa sangat bangga dan berterimakasih karena mampu menjadi bagian dari film berjudul ‘Menari dalam Sunyi’ ini. Ia mengaku ini adalah pertama kalinya ia bersama sekolahnya terlibat langsung dalam sebuah film.
Pria kelahiran Sumberejo ini berharap film ini mampu memberikan motivasi kepada anak-anak berkebutuhan khusus dan juga guru-guru agar terus bersemangat mendidik. Pihaknya pun akan terus mendukung selama proses pembuatan film ini berlangsung.
“Semoga mampu menjadi pelopor dan semangat tidak hanya bagi anak-anak berkebutuhan khusus, namun juga para pembuat film di Kediri,” ujarnya saat briefing bersama di kantornya pada Kamis, 26 Januari 2023.
Pembuatan film yang direncanakan selesai akhir februari ini tidak menggunakan wawancara dan mengandalkan setiap aktivitas dan dialog para tokohnya secara alami. Dengan menggunakan metode yang lebih sering disebut direct cinema atau observatory ini, kedekatan menjadi kunci utama jalannya pembuatan dokumenter ini.
Tak hanya menyoroti kesenian kisah Panji dalam tari asal Kediri ini. Film ini ingin menggambarkan bagaimana kehidupan anak-anak tunarungu di sela-sela bersekolah dan berlatih menari. Begitu juga pentingnya sosok guru bernama Suyati yang dengan sabar dan bersemangat
mendampingi mereka.
Proses pembuatan film bertemakan kemanusian dan kearifan lokal ini juga menggandeng Dewan Kesenian dan Kebudayan Kabupaten Kediri (DK4). Asri Rahayu, Koordinator Divisi Tari DK4 mengatakan bahwa film ‘Menari dalam Sunyi’ ini mampu menjadi rintisan film dokumenter gaya baru di Kediri. Selain itu juga misi pelestarian kesenian Kediri dan kisah Panji dapat menjadi nilai.
“Semangat dalam melestarikan budaya harus digelorakan sejak dini, kita bisa belajar dari mereka (anak-anak tunarungu) dan semangat mereka,” ujarnya saat melakukan kunjungan di SLB Budi Mulya pada Selasa, 9 Februari 2023.
Selain dalam dunia tari, Asri bersama tim DK4 berharap akan terus muncul sineas-sineas yang mampu mengangkat potensi Kediri. Film dapat menjadi pintu masuk orang-orang luar lebih mengenal terkait sejarah, potensi ekonomi, wisata dan budaya Kediri. Dampaknya pun bisa langsung dirasakan oleh masyarakat.
Didin Saputro, penggerak Desa Wisata Keling merasa senang dapat turut serta dalam pembuatan film. Pementasan Tari Kenyo yang dilaksanakan di Situs Goa Jegles tentunya sangat memberikan dampak positif kepada warga sekitar dan objek wisata di Kediri semakin dikenal.
Wakil ketua DK4 tersebut sempat tak percaya bahwa para penari itu tidak dapat mendengar. Berkat kelihaian dan indahnya tarian mereka membuatnya setiap orang yang melihatnya menganggap anak-anak itu dapat mendengar seperti pada umumnya. Tidak ada yang menyadari hingga para penari itu menjelasknya secara langsung.
“Saya yakin para penari telah bekerja keras dan latihan dengan serius setiap tampil, hasilnya sungguh menakjubkan,” ungkapnya setelah pementasan pekan ini.
Film ‘Menari dalam Sunyi’ dan dua film lain yang telah lolos dan selesai akan melewati proses penjurian kembali untuk mencari film terbaik 1,2 dan 3. Selanjutnya pada 15 Maret 2023, penyelenggara Festival FDBL akan melakukan screening yang dihadiri oleh pihak penyelenggara, juri, pegiat film dan peserta festival di Universitas Budi Luhur Jakarta. (Ahmad Eko Hadi)
Discussion about this post