Salat Jumat di Ponpes Al-alawy, Banjarmelati, Bandar Kidul, Kota Kediri kini tak akan sama seperti sebelumnya. Sosok imam dan khatib yang selalu memimpin Salat Jumat dengan ciri khas berbahasa Arab dan suara lantang kini telah tiada. Pengasuh pondok tertua di Kediri, Kiai Syihabuddin Abdul Khayyi telah tutup usia.
Tampak ratusan orang mengiringi pemakamannya yang berada di belakang masjid tua pesantren. Pemakaman dilaksanakan setelah Salat Jumat selesai. Tepat pada tanggal 17 Maret 2023 Mbah Syi, sapaan akrab Kiai penerus pondok di Barat Sungai Brantas ini berpulang kepada Yang Maha Kuasa.
Pesantren pimpinan Mbah Syi ini dikenal sebagai pondok tua yang memilki pengaruh luas di Kediri. Pesantren yang dirintis Kiai Ambiya’ pada abad 18 ini mampu mencetak ulama-ulama pendiri pondok besar di Kediri. Mereka antara lain Ponpes Lirboyo, Ponpes Wahidiyah Kedunglo, Ponpes Jampes, hingga Ponpes Batokan. Gus Maksum Lirboyo, salah satu tokoh ulama yang populer di Kediri tercatat sebagai kerabat dekat Ponpes Al-alawi.
Kiai Syihabuddin menjadi penerus pondok yang diperkirakan telah ada 2 abad yang lalu. Bermula dari sebuah surau kecil yang kini telah menjadi masjid, berdatanganlah santri-santri dan muncullah pondok pesantren Al-alawy. Secara turun temurun tonggak kepemimpinan pesantren berganti kepada keturunan selanjutnya.
Berdasarkan rilis halaman resmi facebook dari Madrasah Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Lirboyo, Kiai Syihabuddin masih memilki darah keturunan dengan Raden Fattah melalui jalur kakeknya Kiai Sholeh dan Kiai Ambiya’. Silsilah terus naik hingga bertemu di Kiai Mursyad, Banyakan, Kediri dilanjutkan dengan Sultan Prawoto, Sultan Trenggono dan Raja Demak Bintoro pertama.
Baca juga: Pesantren Tertua di Kediri Tetap Menggunakan Bahasa Arab Dalam Khotbah Jumat
Gusti Rahmadani, Ketua pengurus Ponpes Al-alawy mengatakan bahwa sosok Mbah Syi adalah sosok yang tegas dan bersemangat. Walaupun sudah jarang melakukan pengajaran kitab di luar pesantren, Ia tetap mengajar ilmu-ilmunya di pesantren.
Di dalam pesantren, Kiai Banjarmelati ini mengajarkan ilmu Al Qur’an, Fiqih, Hadist dan Tasawuf. Hal itu bertujuan agar para santrinya mengerti ilmu agama dan mampu mengamalkannya. Tidak hanya mengajar ke para santri, Mbah Syi juga kerap mengisi pengajian umum untuk warga sekitar di Masjid.
“Bahkan hingga sebelum akhir hayatnya, beliau tetap mengajar ngaji,” ungkap santri sekaligus Mahasiswa S2 UIN Tulungagung itu setelah pemakaman.
Bahkan untuk memperluas jaringan dakwahnya Kiai Syihabuddin dibantu oleh santrinya menayangkan kajian-kajian ilmu yang langsung
dipimpinnya melalui kanal youtube pesantren. Di kanal bernama PP AL ALAWI BANJARMELATI itulah Mbah Syi tetap mengajarkan ilmu-ilmu yang dimilikinya.
Salah satu santri, M. Ainun Naim mengatakan jika ia dan teman-temannya sesama santri merasa sangat kehilangan atas kepergian gurunya. Santri asal Gampengrejo yang telah beberapa tahun menuntut ilmu di sana sangat merasakan kehadiran sang guru dan manfaat dari setiap kegiatan yang ada.
“Kiai Syihabuddin adalah kiai yang kharismatik dan selalu memberikan semangat kepada santri-santrinya,’ ujarnya.
Ainun juga menuturkan bila di pesantren, para santri tak hanya diajarkan bagaimana cara mengaji, mereka juga diajarkan bagaimana
berwirausaha dan berbaur di masyarakat. Setiap minggunya mereka bersama-sama belajar keterampilan dan keahlian dalam berkhotbah,
memimpin tahlil, menjadi pembawa acara hingga beberapa praktek keagamaan yang diperlukan di kehidupan bermasyarakat. (Ahmad Eko Hadi)
Discussion about this post