Halaman berukuran cukup lapang dirancang sedemikian rupa menjadi kafe susu. Susu segar dengan beragam varian rasa bisa dijumpai disini. Karmila, begitulah pengelola usaha memberi nama kafe ini. Susu murni dikombinasi dengan campuran bahan-bahan lain yang siap menggoda siapa saja yang ingin menikmati.
Lokasinya terletak di Jalan Wachid Hasyim, Kelurahan Bandar Lor, Kota kediri. Tak sulit untuk mencarinya sebab berdekatan dengan Pondok Pesantren Wahidiyah Kedunglo. Abdul Majid Ali Fikri, pengelola yang juga bagian dari keluarga pondok ini mengatakan, ia sudah mulai membuka lapaknya sejak tahun 2012. Pemuda gondrong yang akrab disapa Fikri ini bercerita bahwa kafe ini masih dalam naungan Yayasan Pondok Wahidiyah Kedunglo. Pasokan bahan dasar susu murni diambil dari peternakan sapi milik yayasan. “Kandang sapinya milik yayasan yang sudah ada sejak lama. Lokasinya ada di desa Bulusan, Semen, Kabupaten Kediri,” tutur Fikri.

Hasil produksi susu murni, awalnya hanya dijajakan dengan gerobak keliling dan dikirim ke sejumlah pengepul. Fikri yang juga bergelut dalam dunia konveksi ini berpikir, sebaiknya susu murni hasil dari peternakan itu diolah sendiri. Harapannya, memasarkan susu yang telah diracik akan lebih bernilai ekonomi. Hal itu mendorong munculnya proses kreatifnya hingga muncul ide untuk membuka Kafe Susu Karmila. “Nama Karmila itu pemberian dari pondok dan ada kepanjangannya, Karamah Minallah,” tambah Fikri sembari sedikit tertawa.
Ada 21 aneka susu racikan yang bisa dipesan di sini. Seperti susu jahe, susu madu, susu kopi dan aneka olahan berbahan susu lainnya. Pengunjung bisa memilih sesuai dengan selera masing-masing. Harganya juga cukup murah, hanya Rp 7000 ribu sampai Rp 9000 ribu. Buka mulai dari maghrib dan baru tutup saat menjelang waktu subuh.
Pelanggan yang berkunjung usianya beragam, namun didominasi oleh anak-anak muda. Syalsabila Firmansyah, pelajar yang saat ini masih duduk di bangku SMA itu mengaku sering berkunjung ke Kafe Karmila. “Selain susunya enak dan murah, suasananya juga nyaman. Enak buat nongkrong dan bercengkrama bersama teman-teman,” ungkapnya.
Semua pelayan yang ada di Kafe Karmila merupakan santri dari Pondok Wahidiyah. Di sela-sela kesibukan menjadi santri, mereka menyempatkan waktunya untuk membantu dalam menjalankan usaha milik yayasan. Hari Nugraha, salah satu dari mereka mengungapkan, ia sengaja ikut mengelola tidak sekadar untuk mengabdi kepada pondok, tapi juga sebagai sarana untuk ia belajar menjadi seorang wirausahawan. “Saya di sini juga banyak belajar. Maka dari itu sebisa mungkin saya luangkan waktu untuk ikut bantu-bantu mengelolai kafe meski saya juga sibuk beraktivitas kuliah di pondok,” kata Hadi.

Menikmati susu di sini terasa lebih, karena didukung oleh dekorasi yang membuat suasana menjadi nyaman. Tatanan ruang yang dominan dengan unsur kayu menyatu dengan sorot lampu temaram. Di beberapa sudut, tersedia rak berisikan buku. Sambil menikmati susu, pengunjung pun bisa membaca di sini.
Sebelumnya, dekorasi kafe tersebut belum tertata dengan rapi. Praktis hanya meja kursi biasa, dan beratap tenda. Hal ini menurut Hadi, belum bisa menarik minat pengunjung. Kemudian, santri perantau asal Medan ini bersama rekan-rekannya berinisiatif merombak ulang tampilan kafenya. Berbekal barang-barang bekas seadanya, mereka berhasil merubah tata ruangnya menjadi lebih artistik. “Kami memanfaatkan lemari dan sisa-sisa barang milik santri yang sudah lulus. Daripada tidak terpakai dan terbuang, baiknya kami gunakan untuk menambah fasilitas di sini. Apalagi, barang-barang itu sangat cocok dengan konsep instalasi kafe,” imbuh Hadi.
Di tengah-tengah menjamurnya tempat nongkrong di Kediri. Dari yang hanya beralaskan terpal hingga bernuansa mewah. Tempat ini muncul menjadi lokasi berkumpul dengan nuansa yang berbeda. Menu yang serba susu, lalu lalang santri pondok dan kreatifitas mengolah barang bekas, adalah sisi lebih suasana yang dimiliki Kafe Karmila. (Kholisul Fatikhin)