WARGA di kawasan Kediri, Jawa Timur kembali dikejutkan dengan kemunculan benda peninggalan masa kerajaan. Penemuan yang paling baru adalah struktur batu bata kuno mirip bangunan candi di Lereng Gunung Kelud di Dusun Kebonagung, Desa Brumbung, Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri.
Jumat, 3 Juli 2020, Kepala Dusun Kebonagung, Muhammad Sulton, tak sengaja menemukan benda purbakala itu saat menggali sebidang tanah untuk kolam di area wisata Kalitempur. Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, Muhammad Ichwan, mengatakan bahwa struktur bangunan tersebut diduga merupakan bangunan dari era Kerajaan Kediri.
“Keberadaan bangunan purbakala itu hanya berjarak 100 meter dari ditemukannya Prasasti Geneng dari masa Raja Bameswara, Kerajaan Kediri,” ujar Ichwan, Senin 20 Juli 2020.
Awalnya, tim BPCB Jatim menduga bangunan kuno di kawasan Watutulis itu adalah struktur kaki candi. Dengan ukuran 5 meter kali 3,3 meter, konstruksinya dibuat dari susunan batu bata yang besarnya melebihi standar batu bata zaman sekarang. Mereka juga mendapati serpihan benda mirip artefak di lokasi penemuan. Berbentuk persegi panjang, di dalamnya terdapat hiasan palang.
Tim arkeolog Trowulan juga menjumpai saluran air kuno, menyerupai gua yang mengarah ke candi. Pintu air selebar 1,5 meter ini berada di tebing sungai Ringinputih. Dinding dan langit-langit berupa batu padas. Tampak di dalam gua, beberapa mata air yang masih mengalir dan jernih. Karena temuan ini, tim arkeolog mengubah arah asumsi. Peninggalan masa lalu tersebut bukanlah candi, melainkan sebuah petirtaan atau tempat pemandian suci.
Dugaan itu kian menguat setelah dilakukan ekskavasi pada 13-17 Juli 2020. Dari penggalian penyelamatan tahap pertama ini, berhasil menampilkan detail bangunan yang terkubur tanah sedalam 3 meter. Konstruksi dari susunan batu bata berukuran 5,13 x 4,88 meter, dengan kedalaman 2 meter tampak jelas membentuk sebuah petirtaan.
Sementara adanya relief yang terukir di struktur dinding, memperkuat identitas instalasi air lawas. Apalagi, ditemukan pula 4 jaladwara atau pancuran air kuno yang masih menempel di dinding timur dan utara kolam.
“Melihat dari ukuran, petirtaan ini tergolong kecil yang berarti bagian dari kompleks percandian,” kata Ketua Tim Ekskavasi BPCB Jatim, Wicaksono Dwi Nugroho. Arti penting penemuan ini sama halnya dengan kolam Segaran, peninggalan kejayaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto. Dari situ dapat diketahui bahwa peradaban ribuan tahun silam benar-benar nyata, bukan hanya dongeng semata.
Alumnus Universitas Gadjah Mada Yogyakarta itu menaksir, pemandian suci di wilayah Kepung dibangun sejak zaman kerajaan Kadiri atau Kediri. Keberadaan bangunan suci di timur Kediri ini tercatat dalam prasasti Geneng, peninggalan Raja Bameswara. Namun kepastian periodesasi petirtaan masih memerlukan kajian lebih lanjut. Tersebab petilasan tersebut diperkirakan telah diperbaiki bahkan diperbesar di masa kerajaan Majapahit. Hal itu tampak dari wujud konstruksi batu bata pada petilasan.
Mulai 21 Juli 2020, BPCB Jatim melakukan ekskavasi lanjutan yang direncanakan berlangsung selama tujuh hari. Mereka berharap, dari eksplorasi petirtaan kecil di Desa Brumbung bisa menemukan kompleks percandian besar. Tinggalan kemajuan peradaban pada abad 12.
Penemuan petirtaan di wilayah Kepung menebalkan jejak kehidupan manusia yang terpendam oleh letusan Gunung Kelud. Wilayah tapal batas timur Kediri seringkali jadi sorotan, karena banyak ditemukan benda-benda kuno. Seperti yang kini tersimpan di Balai Desa Brumbung, antara lain arca Dewa Brahma, arca Dwarapala, ukiran kepala Batara Kala, beberapa yoni, serta jaladwara.
“Posisi Kepung itu tepat berada di tengah kawasan segitiga emas. Titik perlintasan sejarah peradaban kerajaan Kediri, Singasari, dan Majapahit,” kata Wicaksono. (Kholisul Fatikhin, Naim Ali)