• TENTANG KAMI
  • KERJASAMA
Kediripedia.com
  • HOME
  • BISNIS
  • DESTINASI
  • KOMUNITAS
  • EDUKASI
  • KULTUR
  • PEOPLE
  • SURYAPEDIA
Tidak ada hasil
Tampilkan semua
  • HOME
  • BISNIS
  • DESTINASI
  • KOMUNITAS
  • EDUKASI
  • KULTUR
  • PEOPLE
  • SURYAPEDIA
Tidak ada hasil
Tampilkan semua
Kediripedia.com
Tidak ada hasil
Tampilkan semua

Moestopo, Jenderal yang Menggalang Pelacur dan Bromocorah dalam Perang Kemerdekaan

in PEOPLE
3 menit baca
0
143
SHARES
1.2k
VIEWS
Bagikan ke FacebookCuitkan di TwitterKirim ke Whatsapp

UPAYA mempertahankan kemerdekaan ternyata bukan hanya didominasi kalangan militer, ulama, dan pemuda saja. Orang-orang dari golongan hitam seperti bromocorah, copet, begal, hingga pelacur, juga ikut tergerak mengisi garda depan perjuangan.

Ide menggalang para kriminil dan penjahat dalam pertempuran itu datang dari Mayor Jenderal dr. Moestopo. Pria kelahiran Ngadiluwih, Kediri membangun legiun yang beranggotakan orang-orang dengan stigma penjahat. Dengan pertimbangan, dari pada kaum bandit itu merepotkan rakyat yang tengah berjuang, lebih baik diajak perang.

Kisah Jenderal Moestopo sepintas mirip cerita dalam film Nagabonar. Tokoh yang diperankan aktor Deddy Mizwar itu memimpin kelompok pencopet yang bertempur melawan Belanda di Agresi Militer pertama.

“Para mantan penjahat yang dikoordinir Moestopo mampu membuat repot Belanda,” tulis Robert Cribb dalam bukunya berjudul Gangsters and Revolutionaries pada tahun 1991.

Pasukan binaan Moestopo itu bernama Terate, akronim dari Tentara Rahasia Tinggi. Anggotanya berjumlah lebih dari seribu serdadu. Mereka mengacaukan pergerakan tentara Sekutu di Jawa Barat pada 1946.

Baca Jugadi Kediripedia

Kin Sanubary, Sang Penyelamat Ribuan Koran Lama Sedunia

Kopi Sarongge dan Kisah Perjuangan Tosca Santoso

Eks kupu-kupu malam berperan layaknya agen intelegen yang menyusup ke jantung pertahanan musuh. Mereka menggali informasi tentang strategi perang. Sedangkan mantan maling bertugas mencuri senjata, pakaian, logistik, dan sabotase lainnya. Lewat skema tersebut, pasukan Terate berhasil mengusir pendudukan tentara Belanda di berbagai kota seperti Bandung, Kebumen, Subang, dan Karanganyar.

“Pelacur adalah mata‐mata terbaik di dunia,” kata Soekarno dalam buku autobiografinya Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia pada tahun 1965.

Perkataan Soekarno itu barangkali terinspirasi dari gagasan Moestopo. Sebab, sesaat setelah terjadi pertempuran di Surabaya, dia ditempatkan di Istana Negara sebagai Penasihat Agung Presiden Republik Indonesia.

Berdasarkan riset data yang dilakukan Kediripedia.com, Moestopo berhasil merepotkan Belanda juga berkat penerapan ilmu komu­nikasi. Pamflet bernuansa propaganda yang membakar semangat rakyat disebarkan. Konon, ketika berada di Kebumen dia sempat menyamar sebagai dukun. Anak buahnya lalu ditugaskan melempar desas desus bahwa dukun itu adalah jelmaan Diponegoro yang bangkit lagi. Dengan cara itu nyali Belanda ciut, sementara rakyat Indonesia semakin kompak.

Penguasaan berbagai taktik perang dengan ide yang aneh-aneh itu dipelajari Moestopo saat mengikuti pelatihan tentara Pembela Tanah Air atau PETA di Bogor. Ada enam orang lulusan terbaik, di antaranya Panglima Besar Sudirman, Letjen. Gatot Subroto, dan Moestopo.

Moestopo yang sebelumnya menempuh pendidikan dokter gigi ini bahkan memperoleh cum laude. Nilai tertinggi diberikan ketika dia menulis penelitian berjudul “Penggunaan Bambu Runcing yang Pucuknya Diberi Kotoran Kuda”. Bakteri clostridium tetani penyebab penyakit tetanus dalam kotoran kuda bisa menjadi senjata biologis mematikan. Dari temuan itulah kemudian di buku-buku sejarah muncul adagium bambu runcing mengalahkan senapan.

Meski kontribusinya besar, pasukan Terate akhirnya bubar. Peristiwa itu ditandai dengan Reorganisasi dan Rasionalisasi atau RERA militer Indonesia tahun 1947 hingga 1949. Program yang diinisiai Moh. Hatta mengatur perekrutan tentara profesional dengan spesifikasi tertentu. Misalnya memiliki postur tubuh ideal, kondisi fisik, serta wawasan luas, bukan sekadar modal nekat.

Pertimbangan lain dibubarkannya terate karena menjadi senjata makan tuan. Beberapa dari para residivis ternyata kembali ke kebiasaan lama. Mereka sering lupa tugas hingga kembali mencuri di rumah warga. Uniknya, salah seorang korban pencurian itu adalah Moestopo.  Koper berisi baju dan sejumlah uang dicuri tentara mantan copet yang dipimpinnya.

Meski begitu, berkat ketelatenan Moestopo, sebagian besar mantan kriminil itu berhasil menyelesaikan pendidikan. Di antara meraka lalu bekerja di Departemen Kehakiman, Departemen Sosial, dan ada pula yang menjadi perwira TNI. Wanita tuna susila yang dibina banyak yang sadar bahkan menunaikan ibadah haji.

Usai Indonesia benar-benar lepas dari Belanda, dia aktif dalam bidang kesejahteraan masyarakat, terutama di sektor kesehatan dan pendidikan. Keyakinan itu semakin menguat ketika pada tahun 1962, dia mendirikan Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama di Jakarta. 

Atas jasa-jasanya bagi kepentingan bangsa, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberi Moestopo gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2007. Di tanah kelahirannya di Kediri, Moestopo dikenang lewat monumen patung di Taman Ngadiluwih.

Sedangkan kisah perjuangan Moestopo dan gerombolan tentara “hitam” akan selalu diingat meski hampir tak tercatat di buku sejarah. Namun, peristiwa itu membuktikan bahwa golongan bandit ikut berjasa dalam memperjuangkan kedaulatan republik. Cerita tersebut juga menguatkan jika rakyat Indonesia dari latar belakang apapun, sama-sama menginginkan kemerdekaan dan bisa berbakti untuk negeri. (Kholisul Fatikhin)

Komentar

Follow Us

  • 1.8k Followers

Recommended

Kerajaan Kadiri Jatuh Akibat Bocornya Strategi Perang

9 months yang lalu
3.3k
Mari Ikut Shalat Tarawih Tercepat di Dunia

Mari Ikut Shalat Tarawih Tercepat di Dunia

4 years yang lalu
962
Di Bawah Pohon Kanthil, Mereka Bertanya Makna Kemerdekaan

Di Bawah Pohon Kanthil, Mereka Bertanya Makna Kemerdekaan

7 years yang lalu
223
Gudang Dan Pesta Kecil Kaum Asyik

Gudang Dan Pesta Kecil Kaum Asyik

7 years yang lalu
506

KATEGORI

  • BISNIS
  • DESTINASI
  • EDUKASI
  • KOMUNITAS
  • KULTUR
  • PEOPLE
  • SURYAPEDIA
  • Video

TOPIK

#AJI #belanda #Bisnis #candi #corona #covid19 #destinasi #digital #EDUKASI #film #GG #gudanggaram #headline #india #jurnalis #Kediri #kediripedia #kelud #kolonial #komunitas #kuliner #kultur #mahasiswa #musik #pandemi #pare #people #scooterist #SEJARAH #SeniBudaya #suryapedia #vespa Bisnis Corona Covid-19 Destinasi Jombang Kediri kultur people sejarah seni sepeda Tulungagung Virus Corona

Like us

Tidak ada hasil
Tampilkan semua

HEADLINE

Dari Jurnalis Kini Menjadi Penulis Buku yang Produktif

Kin Sanubary, Sang Penyelamat Ribuan Koran Lama Sedunia

Kopi Sarongge dan Kisah Perjuangan Tosca Santoso

Solidaritas Bikin Kaos Buat Ongkos Terbang ke Frankfurt

Aktivis Sudut Kalisat Ikut Pameran Seni Dunia di Jerman

Bahasa Ngapak Tak Mengenal Kasta

Trending

Mengenal Ki Hadjar Dewantara Lewat Lukisan Dyan Anggraini
KULTUR

Mengenal Ki Hadjar Dewantara Lewat Lukisan Dyan Anggraini

oleh Kediripedia
1 July, 2022
135

DUA ruang kelas Sekolah Tamansiswa Kediri diubah layaknya galeri pameran seni rupa. Belasan lukisan ditata berjejer, lengkap...

Tamansiswa Kediri, Sekolah Tempat Persembunyian Para Kombatan Kemerdekaan

30 June, 2022
631

RUPS Gudang Garam Mengangkat Jajaran Direksi Baru

28 June, 2022
677
Dari Jurnalis Kini Menjadi Penulis Buku yang Produktif

Dari Jurnalis Kini Menjadi Penulis Buku yang Produktif

23 June, 2022
555
kin sanubary

Kin Sanubary, Sang Penyelamat Ribuan Koran Lama Sedunia

22 June, 2022
478
Kediripedia.com

© 2020 Kediripedia.com

#jalanjalandangembira

  • TENTANG KAMI
  • ATURAN PENGGUNAAN
  • KERJASAMA
  • KONTAK

Follow Us

Tidak ada hasil
Tampilkan semua
  • HOME
  • BISNIS
  • DESTINASI
  • KOMUNITAS
  • EDUKASI
  • KULTUR
  • PEOPLE
  • SURYAPEDIA

© 2020 Kediripedia.com