Lebaran membawa berkah bagi para pengrajin kain tenun ikat Bandar Kidul. Permintaan kain tenun ikat meroket.
Saat pulang kampung, pemudik lazimnya mencari buah tangan bagi para teman atau relasi. Tak hanya makanan khas. Produk kerajinan tangan bisa jadi alternatif.
Nah, kain tenun ikat khas Kediri dilirik oleh para pemudik. Tenun ikat yang dikreasi dengan alat tenun tradisional ini disukai karena karakternya yang halus dan motifnya selalu berubah.
Permintaan kain tenun ikat khas Kediri melonjak sebelum bulan Ramadhan. Selain dikenakan untuk baju lebaran, tenun ikat ini juga menjadi alternatif oleh-oleh bagi pemudik bagi rekan dan relasinya.
“Dua bulan sebelum Ramadhan, permintaan meningkat. Utamanya, konsumen yang pesan dalam jumlah besar,” kata Siti Ruqayyah, pemilik rumah produksi tenun ikat ‘ Medali Mas.
Karena membanjirnya permintaan, kapasitas produksi ditingkatkan menjadi 40 persen. Jika di hari biasa, produksi tenun ikat hanya mencapai 40 potong, kali ini dia harus meningkatkan produksi hingga 60 potong.
Kendati demikian, Ruqayyah tak menambah tenaga kerja. Dia mengoptimalkan produktifitas 85 tenaga kerjanya dengan 43 alat tenun bukan mesin (ATBM). “Hanya jam kerjanya ditambah, tenaga kerja saya sistemnya borongan, kalau produktifitas meningkat, penghasilan mereka juga tambah,” tambahnya.
Harga tenun ikat bervariasi. Selembar kain tenun ikat berbahan katun dengan ukuran 1 x 2,5 meter dijual mulai Rp 140 ribu – Rp 220 ribu untuk semi sutra dan Rp 350 ribu untuk kain sutra. Sedangkan sarung goyor tenun ikat dijual dengan harga Rp 180 ribu per potong.
Kain tenun ikat Kediri ini menjadi favorit pemudik, karena kualitas tenunnya. “Karakternya yang halus dan motifnya yang selalu berubah, harganya juga lebih murah dibanding tenun ikat dari daerah lain,” ujar Nina, pembeli tenun ikat asal jakarta yang sedang membeli oleh-oleh untuk relasinya.
Usaha tenun ikat di Sentra Bandar Kidul ini berlangsung sejak tahun 1950. Kini, terdapat 12 unit usaha tenun ikat. Tenun ikat khas Kediri ini telah dipasarkan ke seluruh penjuru nusantaradi sekitar Jawa Timur, Jawa Bara, Jakarta, Kalimantan hingga Sumatera. (Danu Sukendro)