DINILAI mujarab menyembuhkan korban Covid-19, plasma darah (konvalesen) dari para pasien sembuh corona kini marak dicari. Akan tetapi, meski statistik kesembuhan di Indonesia menyentuh angka lebih dari 736 ribu, bukan jaminan akan mudah menemukan para pendonor. Banyaknya kriteria medis yang harus dipatuhi membuat tidak semua mantan pasien bisa menyumbangkan plasma.
Situasi tersebut terjadi di hampir seluruh daerah di Indonesia, salah satunya Kota Kediri, Jawa Timur. Dari 60 lebih mantan pasien Covid-19 yang melalui pemeriksaan medis, sejauh ini hanya 3 orang yang lolos. Seleksi itu diikuti oleh mantan pasien yang dinyatakan sembuh pada 3 bulan terakhir. Mulai dari bulan September 2020 hingga Januari 2021.
“Pendonor plasma jumlahnya sedikit, mereka ini orang-orang spesial,” kata dr Ira Widyastuti, Kepala Unit Tranfusi Darah PMI Kota Kediri, Kamis 21 Januari 2021.
Menurutnya, dalam proses pendataan sebelumnya, PMI Kota Kediri sudah mengantongi nama pasien negatif Covid-19 yang telah memenuhi semua syarat. Namun sayang, periode kesembuhan mereka ternyata lebih dari 6 bulan.
Secara medis, mantan pasien dengan periode sembuh telah melewati batas waktu 3 bulan, tidak bisa mendonorkan plasma. Sebab, antibodi yang sudah terbentuk untuk melawan paparan virus biasanya mengalami penurunan atau bahkan telah hilang.
“Barangkali penyintas merasa takut, kalau plasmanya diambil nanti antibodi akan habis, padahal itu keliru,” ujar Ira.
Dia melanjutkan, antibodi itu tidak bisa dilihat dari jumlah, melainkan pada kualitas darah. Artinya, meskipun telah mendonorkan plasma, hal itu tidak akan berpengaruh terhadap kesehatan si mantan pasien. Bahkan tanpa diambil sekalipun, seiring waktu antibodi penyintas juga akan habis.
Zat antibodi ini bisa saja menurun dalam waktu singkat jika imunitas tubuh ikut berkurang. Maka, asupan nutrisi bagi tubuh sangat penting untuk dijaga. Daya tahan tubuh dapat tetap bekerja melindungi tubuh apabila didukung dengan berbagai vitamin dan mineral yang mencukupi setiap harinya.
Hal ini tak hanya berlaku bagi para mantan pasien Covid-19 saja. Akan tetapi semua masyarakat yang kini tengah berjuang melawan pandemi.
“Makan teratur saja terkadang tidak cukup, perlu asupan vitamin C, D, dan E,” kata Ira.
Bagi pendonor, imunitas tersebut nantinya berpengaruh pada jumlah plasma yang akan diambil. Dalam kondisi normal, donor plasma bila dilangsungkan setiap dua minggu sekali selama 3 bulan.
Sejauh ini, calon pendonor yang telah mendaftar ke PMI telah mencapai 200 orang. Sebelum benar-benar diperiksa secara medis, mereka akan melewati proses wawancara dan seleksi kriteria kesehatan. Di antaranya, laki-laki usia 18-60 tahun, perempuan belum pernah hamil dengan berat badan minimal 55 kg, dan kualitas tekanan darah.
Penyintas yang akan diambil plasma diutamakan yang sebelumnya pernah berpartisipasi dalam kegiatan donor darah. Selain itu mantan pasien Covid-19 diharuskan tidak memiliki penyakit bawaan. Misalnya jantung, diabetes, maupun hipertensi.
“Dalam sekali donor, plasma yang dikeluarkan dari tubuh penyintas bervariatif, tergantung jumlah trombositnya,” kata Ira.
Dia menambahkan, dari ketiga penyintas yang sudah melakukan donor ini, plasma yang diambil ada yang rata-rata 200 hingga 400 cc atau 4 kantong plasma. Jumlah tersebut sudah bisa digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan setidaknya 8 pasien positif Covid-19. (Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post