JEMARI tangan Sumarni bergerak lincah menjimpit aneka rempah. Kayu manis, secang, cengkeh, jahe, serai, kapulaga, pala, dan gula batu, dimasukkan ke dalam wadah plastik. Perempuan 56 tahun ini sudah hafal takaran komposisi wedang uwuh, sehingga dia tak perlu menggunakan timbangan.
Bisnis ramuan herbal ini dikelola Sumarni bersama Jani, suaminya. Berlokasi di Dusun Purut, Desa Parang, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, usaha tersebut sudah bertahan selama 35 tahun. Jani bertugas mencari bahan baku dan pemasaran, sedangkan Sumarni di bidang pengemasan.
Bahan-bahan membuat jamu sebagian besar bisa didapatkan dari petani di Dusun Purut. Sedangkan rempah-rempah yang tidak ditanam oleh petani, Jani harus mencarinya di hutan Gunung Wilis.
“Semua jenis tanaman rempah tersedia di hutan Wilis. Bahkan kualitasnya lebih bagus jika dibandingkan dari daerah lain,” kata Jani, Selasa, 23 april 2024.
Menurut pria 79 tahun itu, ketersediaan rempah-rempah ini berhubungan dengan legenda Putri Wilis. Dari cerita tutur yang diyakini masyarakat, Putri Wilis dulunya pernah melintas di Dusun Purut. Namun, cikar yang dinaikinya terguling. Barang di dalam gerobak berisi aneka rempah berserakan, lalu tumbuh subur secara liar di hutan.
Folklor inilah yang menguatkan Dusun Purut sebagai kawasan penghasil tanaman obat sejak ratusan tahun silam. Di daerah ini, berbagai jenis tanaman herbal tumbuh subur di kebun-kebun penduduk maupun di hutan. Antara lain, daun sambiloto, kumis kucing, tempuyung, kayu manis, dan srenggani. Bahkan, akar bajakah dan sarang semut yang tergolong tanaman langka bisa ditemukan di lereng timur Gunung Wilis itu.
![](https://kediripedia.com/wp-content/uploads/2024/04/DSC05793-1-1024x576.jpg)
Aneka tanaman herbal tersebut diracik untuk menghasilkan produk unggulan yaitu Jamu Godok Onto Rejo. Khasiatnya meredakan pegal linu, nyeri lambung, rematik, asam urat, darah tinggi, kencing manis, amandel, sakit ginjal, gatal-gatal alergi, dan melancarkan pendarahaan darah.
“Jamu dititipkan di pasar dan toko sembako, tapi sekarang juga sudah dijual online,” kata lelaki dua anak itu.
Penjualan awalnya hanya di kawasan Kediri dan Tulungagung. Seiring waktu, peminatnya meluas ke Surabaya, Yogyakarta, hingga Jakarta.
Ilmu mengenali aneka rempah ini dipelajari Jani dari ayahnya. Ketika masih remaja, dia kerap menemani sang ayah berburu tanaman obat. Kala itu, ayahnya sering mendapat pesanan mencarikan tumbuhan untuk mengobati berbagai penyakit.
Keluarga Jani bukan satu-satunya yang mencari tanaman obat ke hutan. Hampir seluruh masyarakat Dusun Purut dulu bekerja sebagai pemburu rempah. Puncaknya pada 1988, perburuan secara terus menerus mengakibatkan jumlah tumbuhan herbal kian menipis.
“Masyarakat akhirnya berinisiatif menanam di kebun milik pribadi,” kata Supandi, Kepala Dusun Purut.
Namun tidak semua jenis bisa dibudidayakan. Hanya umbi-umbian seperti jahe, kunyit, laos, dan temulawak yang bisa ditanam. Sedangkan rempah lain berbentuk biji dan daun tetap diambil dari hutan.
Dia menambahkan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pernah meneliti kandungan tanah di Dusun Purut pada 1995. Ternyata, tanah di kawasan ini berpotensi ditanami segala macam tumbuhan obat. LIPI juga mendorong masyarakat membentuk kelompok tani untuk belajar mengenali manfaat rempah.
“Masyarakat akhirnya terlatih sehingga bisa mendatangkan bahan rempah secara mandiri,” kata Supandi.
![](https://kediripedia.com/wp-content/uploads/2024/04/DSC05733-1-1024x576.jpg)
Dari kerjasama dengan LIPI, sayap bisnis pedagang jamu di Dusun Purut kini semakin berkembang. Permintaan pasar kian membesar, mereka harus mendatangkan rempah dari luar daerah di antaranya dari Nusa Tenggara Timur dan Palembang.
Sejumlah pengusaha kini bahkan tak lagi fokus meracik jamu, akan tetapi menjual barang mentahnya saja. Sebab, sekarang banyak bermunculan pabrik obat-obatan herbal berbahan dasar rempah, sehingga peluang paling menguntungkan adalah sebagai penjual bahan baku.
“Saat ini yang paling laris jual bahannya saja, entah secara ecer maupun partai besar,” kata Supiran, pedagang bahan baku jamu.
Meskipun tanaman obat sudah tidak 100 persen berasal dari hutan Gunung Wilis, Dusun Purut tetap eksis menyandang gelar sebagai kawasan penghasil rempah. Dua kali dalam seminggu, truk-truk kontainer hilir mudik di jalan pedesaan, mengangkut rempah dari Dusun Purut ke berbagai daerah di Indonesia. (Dimas Eka Wijaya)
Discussion about this post