AREA Sendang Tirto Kamandanu yang biasanya sunyi, tiba-tiba tampak riuh pada Rabu malam, 14 Desember 2022. Sumber air di sebelah utara petilasan Prabu Jayabaya itu dipenuhi pengunjung yang hendak menyaksikan Kediri Art Performance. Pagelaran bernuansa kolosal ini merupakan kolaborasi 4 kelompok pegiat seni di Kediri.
Sepanjang acara, alunan musik gamelan mendominasi pementasan yang digelar Desa Menang, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri. Para sinden bernyanyi secara bergantian, mengiringi berbagai penampilan seni. Di antaranya Tari Kethek Ogleng, Tari Topeng, Teater Monolog, serta pementasan ketoprak sebagai puncak acara.
Akhmad Ikhwan Susilo, salah seorang inisiator acara mengatakan, kisah panji diangkat menjadi tema utama pentas drama kolosal. Cerita panji dimainkan oleh Ketoprak Suryo Budhoyo dan diiringi musik Karawitan Cokro Laras.
“Pentas ketoprak mengambil penggalan cerita Panji Semirang, dengan lakon Mbarang Jantur,” ujar pria yang akrab disapa Iwan Kapit itu.
Pendiri Taman Baca Masyarakat Gelaran Jambu ini sempat gelisah karena hujan mengguyur area pentas. Namun beruntung, hujan berangsur-angsur reda sehingga pagelaran tetap bisa dilanjutkan. Sanggar Tari Janur Budoyo menjadi pembuka pentas dengan menampilkan 17 penari dalam tarian Kethek Ogleng.
Garis besar lakon Mbarang Jantur mengisahkan Galuh Candra Kirana yang sedang galau atau patah hati. Ia ingin bunuh diri karena mengetahui kekasihnya Raden Inu Kertapati akan dijodohkan dengan saudara tirinya Galuh Ajeng.
Tak lama kemudian, Dewa Narada muncul dan menghentikan aksi nekatnya tersebut. Narada menyarankan agar putri Kerajaan Daha itu menyamar menjadi sosok lelaki bernama Dalang Gambuh Asmorontoko. Penyamaran digunakan untuk menguji kesetian sang pangeran.
Demi menutupi keberadaannya, Galuh Candra Kirana harus melakukan Mbarang Jantur. Dia bekerja menjadi penari topeng agar tidak diketahui gerak-geriknya. Kisah ini adalah satu dari sekian cerita panji yang dinobatkan UNESCO sebagai Memory of World pada 2017.
“Di tengah drama ada sedikit inovasi dengan menampilkan seni barongan dari grup Kanda Buwana asal Desa Menang,” kata Iwan.
Lewat kolaborasi empat kelompok seni itu, dia berharap seni budaya yang ada di Kediri terus berkembang. Acara yang digelar di penghujung tahun ini didukung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kediri.
Muhammad Imron, Camat Pagu mengatakan sangat bersyukur agenda Kediri Art Performance diadakan di wilayahnya. Menurutnya,Kecamatan Pagu memiliki banyak situs bersejarah yang harus dilestarikan dan yang lebih penting terus diramaikan.
“Di kawasan ini, ada sejumlah situs sejarah seperti Patung Totok Kerot, Petilasan Sri Aji Jayabaya, dan Empu Bharadah,” ujar Imron.
Menurutnya, acara pertunjukan seperti ini bisa menjadi daya tarik dari wisatawan. pagelaran drama kolosal ini dapat dikembangkan menjadi tontonan kesenian khas Kediri, seperti halnya Tari Kecak di Bali.
Salah satu pengunjung, Diyo Kriswanto merasa senang dapat melihat langsung pagelaran ketoprak. Sebagai generasi muda, ia mengaku baru pertama kali ini melihat pentas ketoprak. Ia tidak menyangka antusiasme dari masyarakat juga sangat besar. Laki-laki asal Desa Bulupasar, Kediri itu berharap ada lebih banyak lagi pagelaran seni tradisional.
“Inovasi dan kreasi serta dukungan pemerintah sangat penting agar ketoprak tidak punah dan dapat diterima masyarakat,” kata Diyo. Bagi yang tidak sempat menyaksikan langsung, pagelaran ketoprak dapat disaksikan melalui kanal youtube Kediri Art Performance. Acara ini ditutup dengan menampilkan seluruh pemain dan penari. Pentas budaya Kediri Art Performance rencananya digelar rutin setiap tahun dengan tema-tema kearifan lokal Kediri. (Ahmad Eko Hadi)
Discussion about this post