AKSI pencurian bisa terjadi di mana saja, termasuk di lingkungan pondok pesantren salaf. Uang, handphone, baju, hingga buku-buku mahal adalah benda yang sering hilang. Ketika ada santri kecurian, pengurus pondok mengungkap identitas pelaku dengan menggelar tradisi air doa.
Ritual ini lazim dilakukan pesantren salaf di Indonesia, salah satunya Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri. Untuk menemukan si pencuri, santri yang bertugas di bidang keamanan akan meminta air pada kyai ataupun guru ngaji senior. Air itu sudah dibacakan doa tertentu, kemudian diberikan ke sejumlah santri yang dicurigai agar mau mengaku.
Pihak pondok sebelumnya sudah melakukan investigasi jika pencurinya bukan dari orang luar, melainkan dari kalangan santri sendiri. Tradisi air doa akan memudahkan pengurus mendeteksi siapa pelakunya, karena satu asrama bisa dihuni ribuan orang.
“Hal-hal seperti ini masih dilestarikan di Pondok Lirboyo, karena kami percaya dengan keajaiban doa,” kata Kyai Sanusi, ulama yang sering dimintai air doa oleh santri Lirboyo, Selasa, 8 November 2022.
Kyai Sanusi adalah teman seperjuangan Kyai Idris Marzuqi, pengasuh keempat Ponpes Lirboyo. Selain masih aktif mengajar di Lirboyo, aktivitas Kyai Sanusi banyak dihabiskan lembaga pendidikan miliknya, Pesantren Al-Karim, Kelurahan Bujel, Kota Kediri.
Dia menambahkan, dengan meminum air yang sudah didoakan, harapannya muncul ekspresi gelisah, khawatir, dan takut. Sehingga, tak butuh waktu lama, pelaku yang semakin terdesak akan menyerahkan diri dan mengakui perbuatannya.
“Tradisi seperti ini tidak selalu berhasil, pelaku yang sudah terbiasa mencuri bisa saja lolos,” kata Kyai Sanusi.
Namun, cara ini berhasil mengungkap kasus kehilangan uang di Pondok Pesantren Al Mahrusiyah Lirboyo Kediri pada 2018. Santri merasa resah karena pencurian terjadi di setiap malam. Hampir seluruh kamar mengalami kehilangan uang dan benda berharga lainnya.
Interogasi pada orang yang dicurigai sudah ditempuh, namun tidak ada yang mau mengaku. Alhasil, pihak pengurus menghadap ke Kyai Sanusi untuk meminta air doa. Seluruh santri diminta meminum air itu dengan dibumbui kata-kata yang mengancam.
“Siapa yang tidak mau mengaku setelah meminum air doa ini, maka akan sakit,” ujar Khoriry, salah seorang pengurus Ponpes Lirboyo.
Berselang satu hari kemudian, sang pencuri mengakui perbuatannya lalu ditindaklanjuti oleh para pengurus. Agar santri yang mencuri tetap bisa belajar di pondok, masalah diselesaikan secara kekeluargaan. Sebab, alasan dia mencuri karena telat mendapat uang kiriman dari orang tua. Nama baik pelaku dijaga, tidak dipermalukan, atau dilaporkan ke polisi.
Akan tetapi, pengurus tetap memberikan sanksi atau takzir pada pelaku. Dia disuruh untuk mentraktir makan seluruh teman sekamar sebagai upaya permohonan maaf.
“Setelah ketahuan jangan sampai pelaku merasa tidak kerasan lalu pergi. Bagaimanapun dia masih punya masa depan,” ujar Khoriry. (Adib Masruhan, Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Kediri, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post