SEJUMLAH sungai utama di Pulau Jawa seperti Sungai Brantas, Bengawan Solo, Ciliwung, Citarum, dan Ciujung, kini terpapar limbah mikroplastik. Menurut laporan penelitian Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau ECOTON, kerusakan disebabkan sampah plastik dan popok bekas yang dibuang ke sungai. Bahkan, kadar mikroplastik di dalam perut ikan cukup tinggi, sehingga mengkhawatirkan jika dikonsumsi.
Para aktivis ECOTON menduga, kerusakan sungai tak hanya terjadi di Pulau Jawa, tapi juga di hampir seluruh daerah di Indonesia. Dari data awal yang telah dihimpun pada 2021 hingga awal 2022, sedikitnya 70 hingga 80 persen sungai di Indonesia terindikasi sudah rusak.
Dalam rangka mendeteksi kesehatan sungai-sungai di Indonesia, ECOTON melakukan Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) yang dimulai pada Sabtu, 26 Maret 2022. Prigi Arisandi, Direktur Eksekutif ECOTON akan menyasar 68 sungai yang tersebar Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali, NTT, NTB, dan Papua. Selama 10 bulan perjalanan, Prigi ditemani Amirudin Mutaqin, seorang videografer yang juga peneliti senior di ECOTON. Perjalanan kurang lebih selama 300 hari itu ditempuh mengendarai sepeda motor.
“Hasil laporan deteksi kesehatan sungai akan menjadi masukan bagi pemerintah maupun masyarakat untuk lebih memperhatikan kualitas air sungai,” ujar Aziz, Manager Legal dan Advokasi ECOTON, Kamis 31 Maret 2022.
Di sungai-sungai yang dikunjungi, Prigi dan Amir akan mengkaji kondisi kelestarian sungai melalui kandungan mikroplastik, serta polutan dalam air. Tingkat pencemaran juga dideteksi dari keberadaan serangga air. Sebab, serangga adalah indikator alami sebuah sungai apakah tercemar berat, sedang, ringan, atau tidak tercemar sama sekali.
Tiap etape Ekspedisi Sungai Nusantara, mereka juga mengajak berbagai komunitas peduli lingkungan, siswa sekolah, serta warga sekitar yang menginginkan kualitas air sungai lebih baik. Misalnya di awal ekspedisi yang berada di Sungai Gogor, di Wonosalam, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Di kawasan tersebut, ECOTON membentuk kelompok bernama “Polisi Air” yang anggotanya adalah siswa SMP Negeri 1 Wonosalam.
“Kelompok penjaga kesehatan sungai lainnya akan dibentuk semua lokasi yang dikunjungi Ekspedisi Sungai Nusantara,” kata Aziz.
Di tengah berlangsungnya ekspedisi, para aktivis ECOTON lainnya juga gencar menyelenggarakan kampanye tentang kesehatan lingkungan. Salah satu yang sudah digelar yaitu agenda pengolahan limbah plastik di Kota Kediri, Jawa Timur pada Jumat, 17 Maret 2022. Seperti diketahui, limbah sampah di Kota Kediri cukup besar, mencapai 140 hingga 150 ton perhari.
Memasuki minggu kedua ekspedisi, Prigi dan Amir kini tengah berada di Sungai Citanduy Tasikmalaya. Sungai tersebut merupakan sumber kehidupan bagi warga Kota Banjar dan Kota Ciamis, Jawa Barat. Namun sayang, aliran airnya kini terkontaminasi sampah plastik, sama seperti kebanyakan sungai di Pulau Jawa.
“Sekitar 84 persen bahan baku air minum masyarakat, khususnya di Jawa, berasal dari sungai,” kata Prigi.
Sejauh ini, faktor penyebab kerusakan sungai didominasi limbah rumah tangga maupun industri. Akan tetapi, belum ada tindakan untuk melindungi sungai.
Pada tahun 2023, ECOTON menargetkan karya berupa film dokumenter, buku 300 hari menyusuri Sungai, dan Buku Peta data kualitas air sungai di Indonesia, sudah bisa dinikmati berbagai kalangan masyarakat. Sehingga, siapapun pemimpin daerah maupun pusat yang terpilih pada Pemilu 2024, akan mempunyai wawasan dan pandangan untuk turut serta menyelamatkan sungai. (Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post