LEBIH dari 25 tahun berkarir sebagai fotografer di Jakarta, Sugeng Prastowo memutuskan pulang ke tanah kelahirannya. Ketua komunitas Nikon Club Indonesia itu kini tinggal di sebuah rumah di Desa Tiru Kidul, Gurah, Kabupaten Kediri. Sehari-hari, dia masih rutin mengajar kelas online fotografi, editing, dan videografi, sembari menekuni hobi barunya memelihara ayam kampung.
“Bekerja sebagai tukang foto sudah terbiasa pindah-pindah lokasi, jadi tinggal di desa bukan alasan untuk berhenti berkarya,” ucap pemilik Studio Jass Merah itu, Kamis, 24 April 2025.
Pria yang akrab disapa Pakdhe Sugeng ini bercerita, keputusan pulang ke Kediri diambil pada tahun 2022. Awalnya sekadar liburan, ketika job foto mulai sepi usai pandemi covid-19. Saat menginjak kampung halaman, dia berpikir bahwa semua pekerjaannya bisa dilakukan di desa.
Selama tiga tahun tinggal di Kediri, pria 59 tahun itu tetap produktif berkarya. Dia beberapa kali diundang memotret produk industrial. Di antaranya, peluncuran produk Panasonic, serta foto buku tahunan PT. Humpuss Intermoda Transportasi, perusahaan transportasi laut milik Tommy Soeharto.
“Keluarga merasa nyaman tinggal di Kediri, selain itu biaya hidup juga lebih murah dibandingkan di Jakarta,” kata salah satu Tim Nikon Squad itu.
Saat Kediripedia.com berkunjung ke rumahnya, Sugeng menunjukkan lebih dari seratus jepretannya dalam bentuk klise. Dua album setebal 5 sentimeter itu berisi gambar berbagai destinasi seperti candi hingga foto model tahun 2000-an. Misalnya, Luna Maya, Catherine Wilson, Ayu Azhari, dan Sarah Darmawan.
Kepala Bidang Humas Asosiasi Profesi Fotografi Indonesia (APFI) itu mulai menggemari kamera ketika kuliah di Universitas Jember. Sugeng malah tertarik dengan fotografi, meskipun berstatus mahasiswa Fakultas Sastra Sejarah, sekarang Fakultas Ilmu Budaya. Pada tahun 1992, dia menggagas Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kesenian bidang fotografi.
Sedangkan perjalanan karir sebagai juru potret profesional mulai dirintis di Jakarta pada 1993. Awalnya dia bekerja sebagai fotografer freelance di Majalah Telset, Majalah Dewi, Majalah Trend, Inhouse Magaxine, dan Toyota News.
Beberapa majalah itu berisi gaya hidup dan foto model terkenal tahun 1990-an. Di antaranya, Ayu Azhari, Nia Zulkarnain, Desi Ratnasari, Sarah Darmawan, Krisdayanti, Anisa Tribanowati, Elma Theana, dan musisi seperti Opick.
“Selain foto juga pernah jadi still photografer, dan kameramen sinetron mulai tahun 1995 hingga 1997,” ungkapnya.

Dia berada di balik layar pembuatan serial drama komedi berjudul Flamboyan 108, dan Maafkan Daku Mencintaimu yang disutradarai Debby Sahertian. Keduanya merupakan produk visual dari Multivision yang tayang di Indosiar.
Pada tahun 2000, Sugeng mendirikan Studio Jass Merah. Nama itu diambil dari kutipan Presiden Soekarno, Jas Merah, jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah.
“Foto adalah salah satu bukti perjalanan sejarah. Dari hasil jepretan kamera, setiap gambar bisa diceritakan,” kata Sugeng.
Lewat Studio Jass Merah, Sugeng melahirkan konsep baru dalam dunia fotografi. Di antaranya light painting, powder photography, woman in black, dan glow in the dark. Lewat karya-karya itu, nama Sugeng mulai dikenal di kalangan fotografer nasional. Dia bahkan dijuluki konseptor fotografi.

Konsep foto itu menggabungkan teknik pangaturan kamera dengan cahaya gelap. Objeknya berupa seorang penari tradisional, balet, hingga ikan cupang. Hasil karyanya dijual di beberapa pasar internasional seperti Shutterstock, Getty Images, dan Adobestock.
“Ketika membuka workshop konsep light painting fotografi, peserta membludak. Setiap orang membayar 750 ribu untuk belajar teknik ini,” ungkapnya.
Menurut Sugeng, tantangan terbesar fotografer sekarang yaitu hadirnya teknologi Artificial Intellegence. Perusahaan yang biasanya menggunakan jasa juru kamera untuk kepentingan iklan, perlahan beralih menggunakan kecerdasan buatan.
Studio Jass Merah yang dulunya berbasis di Mampang, Jakarta Selatan, kini diboyong ke Kediri. Termasuk, istrinya Diana Anisah dan anaknya Lensario Achmed Diprastowo. Saat ini putra semata wayangnya tengah menempuh kuliah D4 jurusan Animasi di Polimedia Negeri Jakarta.
Istri Sugeng, Diana Anisah lahir di Montreal, Kanada. Selama menempuh studi Sastra Perancis di Universitas Indonesia, dia tiga kali mengikuti program pertukaran pelajar ke Kanada.
Usai kuliah, Diana kerja sebagai sekretaris di Jakarta International School (JIS). Karirnya berlanjut menjadi guru preschool di Tutor Time, Kemang. Selanjutnya dia membuka sekolah playgroup dan tk, sembari mengajar les Bahasa Inggris secara online.
Dari riwayat itulah, Sugeng dan Diana kini mendirikan kursus Bahasa Inggris MPD Course di Kediri.Teras rumah disulap menjadi tempat bermain dan belajar anak usia taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA). Istrinya mengajar Bahasa Inggris, sedangkan Sugeng memberi materi fotografi dasar. (Dimas Eka Wijaya)
Discussion about this post