MESKI suka bercanda, M. Sulukhil Amin tak menyangka kini bisa berkecimpung di dunia komedi. Pria yang akrap disapa Cak Ukil ini mulai dikenal publik ketika video perdebatan antara penjual dan pembeli pentol viral di media sosial. Adegan yang dimainkan bersama Cak Silo, pelawak senior Jawa Timur itu bahkan ramai dibagikan ke Facebook, Instagram, dan Tiktok.
Uniknya, adegan cekcok yang dimainkan lewat dialog Bahasa Jawa itu tidak pernah sekalipun terlontar kata-kata umpatan. Konten video itu dapat disaksikan melalui youtube Nano Bukan Permen. Kanal ini sudah mengunggah 308 video dengan 719 ribu subscriber, serta sudah ditonton sebanyak 140 juta lebih. Aktivitas produksi kebanyakan berlokasi di kawasan Jombang.
Adu mulut antara Ukil dan Silo menjadi ciri khas komedi di konten Nano Bukan Permen. Seniman bernama lengkap Sakoma P Silo itu digambarkan sebagai sosok menyebalkan, naif, dan suka memicu perdebatan. Sedangkan Ukil memainkan karakter orang serius, bijak, dan terkadang pemarah.
“Shooting konten komedi seminggu dua kali, upload tiap kamis dan minggu,” kata Cak Ukil pada Senin, 5 Desember 2022.
Lelaki 36 tahun itu memproduksi konten video di sela waktunya mengajar di Pondok Pesantren Tebuireng serta Yayasan Najatud Daroini di Kecamatan Mojoagung, Jombang. Meski kini sudah dikenal sebagai seorang komedian, Cak Ukil tak bisa meninggalkan dunia pesantren. Baginya, bekerja sebagai guru ngaji atau ustadz adalah amanah dari keluarga yang harus diteruskan.

Usai lulus kuliah di STKIP PGRI Jombang Jurusan Bahasa Indonesia dan Sastra Indonesia, Cak Ukil sebenarnya sudah bekerja sebagai pegawai bank. Akan tetapi, ibunya berpesan agar kelak dia menjadi seorang guru. Keinginan orang tua itu tak bisa ditolak, di sela kesibukan mengajar dia juga berkarya lewat konten komedi.
“Saya menyukai dunia seni peran, di kampus dulu juga sempat ikut teater,” kata pria yang kini menjabat sebagai Ketua GP Ansor Kabupaten Jombang itu.
Dia mulai menggarap kanal youtube Nano Bukan Permen pada 2019. Selama 3 tahun mengudara, konten-konten itu mendapat apresiasi dari penonton, mereka tertarik dengan adegan lucu yang dimainkan para aktor. Selain Ukil dan Silo, ada juga Dika, Dara, serta Nano.

Di proses penggarapan naskah, mereka menyelipkan pesan-pesan bernuansa dakwah. Di antaranya, menghargai tetangga, kejujuran, menghindari perbuatan syirik, serta pelajaran lainnya dari kehidupan sehari-hari. Ide menyampaikan pesan kebaikan itu dirancang bersama Silo, serta anaknya Nano.
“Cak Silo itu guru saya, pengalamannya di dunia komedi sangat banyak,” kata Ukil.
Dia sudah menjadi penggemar Cak Silo sejak namanya dikenal di program Ngelantur yang tayang di JTV. Ukil dan Silo akhirnya dipertemukan lewat sebuah acara di BPS TV yang dikelola pengasuh Pesantren Tebuireng. Mereka akhirnya sering bertemu, lalu memproduksi konten komedi hingga sekarang.
Menurut Ukil, penonton jangan salah sangka, sosok Silo di konten amat berbeda dengan kenyataan. Di video yang banyak beredar, dia memang berkarakter menyebalkan. Namun, di kehidupan nyata dia berjiwa sosial, ramah, humoris, sederhana, dan suka diajak berdiskusi.
“Niat awal kami cuma menghibur, kalau ternyata menghasilkan anggap saja itu bonus,” ujar Nano, pengelola channel Nano Bukan Permen.
Kerja keras menghadirkan konten yang tetap menjunjung tinggi nilai kesopanan berbahasa itu terbayar dengan melonjaknya jumlah penonton dan subscriber. Kebanyakan penggemar berasal dari kalangan pekerja migran di luar negeri. Lewat video yang diproduksi Ukil, Silo, dan kru lainnya, rasa rindu mereka akan kampung halaman terobati. Tim Nano Bukan Permen kini juga kerap dimintai instansi pemerintah maupun swasta membuat video yang menghibur, sekaligus berisi pesan-pesan kebaikan. (Muh. Naufal Nurzakiy, Mahasiswa Program Studi Sosiologi Agama IAIN Kediri, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post