• HEADLINES
  • BISNIS
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
Friday, 7 November 2025
Kediripedia.com
  • HEADLINES
  • BISNIS
    Kerajinan Air Mata Dewa dari Lembah Gunung Wilis

    Kerajinan Air Mata Dewa dari Lembah Gunung Wilis

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Warga Kota Kediri Kini Bisa Mengurus Izin Usaha di Kantor Kelurahan

    Uji Keamanan Pangan di Tengah Bulan Puasa

    MinyaKita Tak Sesuai Takaran Ditemukan pada Sidak di Pasar Kota Kediri

  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
No Result
View All Result
  • HEADLINES
  • BISNIS
    Kerajinan Air Mata Dewa dari Lembah Gunung Wilis

    Kerajinan Air Mata Dewa dari Lembah Gunung Wilis

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Sejumlah Bahan Pokok di Kota Kediri Turun Harga Jelang Lebaran

    Warga Kota Kediri Kini Bisa Mengurus Izin Usaha di Kantor Kelurahan

    Uji Keamanan Pangan di Tengah Bulan Puasa

    MinyaKita Tak Sesuai Takaran Ditemukan pada Sidak di Pasar Kota Kediri

  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA
No Result
View All Result
Kediripedia.com
Home PEOPLE

Hidup Bersama Orang Mati

09 Feb 2024
in PEOPLE
Reading Time: 3 mins read
0
Hidup Bersama Orang Mati

Di depan rumah warga berjejer makam Tionghoa. (Foto: Dimas)

DI atas batu nisan bertuliskan aksara Tionghoa, seorang warga menjemur pakaian, bantal, dan boneka. Di sebelahnya, gundukan seperti pelataran taman berjejer sepanjang mata memandang. Saban hari, anak-anak lah yang meramaikan kesunyian kuburan Cina itu.

Hidup berdampingan dengan orang mati sudah dijalani masyarakat lingkungan Boro, Kelurahan Pojok, Kota Kediri lebih dari 10 tahun. Saat ini, sekitar 40 rumah berdiri di kawasan pemakaman yang akrab disebut Bong Guwo. Bong adalah istilah Cina untuk menyebut kuburan. Sedangkan Guwo merujuk ke Gua Selomangleng di dekatnya. Hunian warga terletak di antara ratusan pusara Tionghoa.

Jelajahi pustaka Kediripedia

Kiai dan Pesantren Tak Pantas Dijadikan Bahan Olok-olok

YLBHI: Kepolisian Harus Menjamin Hak Belajar Faiz di Tahanan

Pencabutan Kartu Pers Istana Wartawan CNN Diprotes Organisasi Jurnalis dan Dewan Pers

“Awalnya ngeri, tapi sekarang sudah terbiasa,” kata Muhadi, salah seorang warga, Kamis, 8 Februari 2024.

Lelaki 74 tahun itu tinggal di Bong Guwo sejak 2013. Dia mendirikan rumah di tanah seluas 4×6 meter. Di dalam terdapat ruang tamu, 2 kamar tidur, dan 1 kamar mandi.

Muhadi tidak mengetahui siapa yang memelopori permukiman di Bong Guwo. Ketika dia datang sebelas tahun lalu, sudah banyak rumah berdiri di sela-sela makam.

“Saya nekat membangun rumah di sini karena harga tanah di Kota Kediri mahal,” ujar Muhadi.

Muhadi, salah seorang warga yang tinggal di antara makam Cina. (Foto: Dimas)

Senada dengan Muhadi, tidak terjangkaunya harga tanah juga menjadi alasan Agus Harianto menetap di kawasan Bukit Maskumambang itu. Tepat di samping pagar rumahnya berdiri menjulang batu nisan setinggi 1,5 meter. Sehari-hari, Agus dan keluarganya sibuk membuat tatakan kue tart di teras yang berada di antara nisan-nisan kusam.

Dinding kamar lelaki 64 tahun ini menempel pada beton makam. Namun Agus sudah tidak ingat lagi bahwa dia tidur di atas makam. Selama 13 tahun tinggal di Bong Guwo, sudah tak terhitung berapa kali dia mengalami peristiwa mistis.

“Penampakkan gaib sering muncul di siang hari juga,” kata Agus sedikit tertawa.

Pintu kamar menutup sendiri, suara anak-anak tertawa, hingga penampakan dua anak di dalam rumah, sudah tak terhitung jumlahnya. Seluruh warga di Bong Guwo pasti pernah mengalami hal itu.

“Kita lebih takut digusur dari pada takut sama hantu,” kata Agus.

Masyarakat menyadari, tanah itu bukan milik mereka. Agus, Muhadi, dan tetangganya pasrah jika rumah mereka digusur sewaktu-waktu.

Makam orang Tionghoa dihimpit permukiman. (Foto: Dimas)

Thomas Kurniadi, pengurus Perkumpulan Rukun Sinom Dana Pengrukti Kediri, tidak mempermasalahkan berdirinya rumah warga di Bong Guwo. Menurutnya, pemakaman itu sudah ada sejak ratusan tahun lalu.

“Bong Guwo sudah tidak digunakan untuk mengubur jenazah, kita beralih ke Bong Klotok sekitar 40 tahun lalu,” kata Thomas. Bong Klotok berada satu kilometer di selatan Bong Guwo.

Sebagian pusara di Bong Guwo masih dikunjungi pihak keluarga menjelang Hari Raya Imlek. Tradisi ini biasa disebut Ceng Beng. Kebanyakan peziarah datang dari luar kota. Kehadiran mereka relatif nyaman karena warga yang menghuni kuburan itu turut membantu membersihkan kuburan dan memberi petunjuk letak makam. (Dimas Eka Wijaya)

Tags: #headline#Kediri#tionghoa
Previous Post

Pemecah Batu: Rawan Kecelakaan, Pendapatan Tak Menentu

Next Post

Kediri Tetap Dihindari Para Calon Presiden 2024

Next Post
Kediri Tetap Dihindari Para Calon Presiden 2024

Kediri Tetap Dihindari Para Calon Presiden 2024

Pembuat Kerupuk Kediri Mulai Berguguran Akibat Harga Tepung Melambung

Pembuat Kerupuk Kediri Mulai Berguguran Akibat Harga Tepung Melambung

Discussion about this post

JELAJAHI

  • BISNIS (108)
  • DESTINASI (107)
  • EDUKASI (91)
  • KOMUNITAS (204)
  • KULTUR (217)
  • PEOPLE (239)
  • SURYAPEDIA (85)
  • Uncategorized (7)
  • Video (2)
Kediripedia.com

© 2022 PT. KEDIRIPEDIA MEDIA UTAMA

KERJASAMA

  • Disclaimer
  • Tentang Kami
  • Pedoman Media Siber

SOSIAL MEDIA

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • HEADLINES
  • BISNIS
  • EDUKASI
  • DESTINASI
  • PEOPLE
  • KULTUR
  • KOMUNITAS
  • SURYAPEDIA

© 2022 PT. KEDIRIPEDIA MEDIA UTAMA