KEPULAN asap menyembul ketika potongan daging yang diolesi bumbu kecap dipanggang di atas bara. Tak lama kemudian, aroma khas sate menguar, menimbulkan bau yang menggugah selera.
Aroma itu berasal dari belasan warung sate babi yang berada di Desa Segaran, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri. Di kawasan Kediri Selatan ini sedikitnya terdapat belasan pedagang olahan daging babi. Bukan hanya sate, ada juga masakan bumbu kecap, bakiyut sayur asin, kerupuk rambak babi, dan aneka gorengan.
Perlu diketahui, belasan pedagang sate babi di Desa Segaran seluruhnya memasang plang bertuliskan “sate babi” di depan kedai. Ada yang menuliskan sate B4b1, sate 07, maupun sate B2. Hal itu dilakukan agar memudahkan masyarakat mengenali jenis daging yang dijual.
“Pengunjung warung ini kebanyakan dari kalangan nonmuslim,” kata Lilik Rinawati, salah seorang penjual sate babi di Segaran, Kamis, 28 September 2022.
Perempuan yang akrab disapa Lilik itu setiap hari mengelola usaha kuliner Sate Babi Bu Lilik. Lilik merupakan pionir pedagang sate babi di Segaran. Dia merintis bisnis ini pada tahun 2000, usai sang suami di-PHK dari perusahaan akibat krisis moneter.
Usaha kuliner dipilih sebagai jalan keluar kesulitan ekonomi, karena Lilik sudah belasan tahun berjualan daging babi di pasar. Selain itu, belum ada penjual masakan babi di kawasan yang mayoritas warganya beragama Nasrani ini. Masyarakat pemeluk agama Kristen di Segaran sudah ada sejak era kolonial Belanda. Mereka tergabung dalam jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Segaran.
“Inisiatif saya membuka warung sate babi akhirnya diikuti warga Segaran lainnya,” ujar wanita berusia 43 tahun itu.
Awalnya, para pembeli kuliner hewan mamalia ini hanya dari penduduk Segaran yang memeluk agama Nasrani. Namun sekarang hampir setiap hari kawasan ini tak pernah sepi dikunjungi para penggemar kuliner sate babi dari berbagai daerah. Tak hanya dari Kediri, pengunjung juga datang dari luar kota seperti Blitar, Surabaya, Jombang, Mojokerto, Madiun, Tulungagung, Malang, dan Nganjuk.
Para penjual kuliner babi Segaran rata-rata menyajikan seporsi sate berisi 10 tusuk. Ada dua pilihan bumbu sate yang ditawarkan, yakni bumbu kacang dan bumbu kecap, lengkap dengan irisan bawang merah serta sambal.
Seporsi sate babi harganya 28 ribu rupiah, krengsengan dan sayur asin baykut harganya 18 ribu rupiah. Sedangkan jika mencicipi babi kecap harga seporsinya 20 ribu rupiah. Sate babi Segaran buka setiap hari mulai pukul 10 pagi sampai pukul 6 sore. Akan tetapi, pada hari Kamis mereka memilih untuk tutup.
Dalam sehari, Lilik rata-rata bisa menjual 1000 tusuk sate. Bila hari Minggu dan tanggal merah, penjualan meningkat hingga 4000 tusuk. Dalam seminggu, daging yang terjual mencapai 200 kilogram.
“Bahan baku daging babi segar saya dapat dari peternakan milik masyarakat sekitar,” kata Lilik.
Dia menyimpan babi-babi merah yang masih hidup di kandang kecil belakang warung sebelum diolah menjadi aneka olahan makanan. Apabila stok sudah habis, daging didatangkan dari Blitar, Tulungagung, dan Pare.
“Selain dagingnya empuk, bumbunya juga pas, manis dan gurih,” jelas Katherine, salah seorang penggemar sate babi Segaran.
Dia menambahkan, keunggulan lain yakni tidak ada bau prengus atau aroma tidak sedap yang biasa ditemui pada hewan mamalia berkaki empat. Menurutnya, hal itulah yang membuat sate babi Segaran amat digemari.
Selain itu, menu yang disajikan bervariasi. Misalnya, krengsengan babi dengan rasa pedas. Bila tidak menyukai rasa pedas bisa mencoba babi kecap yang dibumbui dengan sedikit lada dan merica. Kalau ingin sajian berkuah, bisa pesan sayur asin iga babi serta masakan liongkut atau buntut babi. (Yuni Pratama, Mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Kediri, sedang magang di Kediripedia.com)
Discussion about this post