PEMANDANGAN tak lazim mewarnai masa kampanye Pilkada Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Layaknya hajat demokrasi yang dijumpai banyak kontestan, kini justru tak nampak. Di seluruh ruas jalan protokol hingga pedesaaan, semua baliho partai politik berisi ajakan memilih calon Bupati dan Wakil Bupati Kediri dengan foto yang sama.
Seluruh partai politik di Kabupaten Kediri sepakat menyerukan dukungan pada pasangan Hanindhito Himawan Pramana dan Dewi Maria Ulfa. Dhito-Dewi melaju sebagai kontestan tunggal setelah menyapu bersih rekomendasi sembilan partai politik yang duduk di parlemen.
Partai yang mengusung pasangan Dhito-Dewi yaitu PDI Perjuangan, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Amanat Nasional, Partai Keadilan Sejahtera, Demokrat, Golkar, Nasdem, Gerindra, dan Partai Persatuan Pembangunan. Sedangkan dari partai pendukung non parlemen yakni Hanura, Partai Garuda, dan PSI.
“Meski melawan kotak kosong, tim kami akan tetap bergerak intensif,” ujar Dodi Purwanto, Sekretaris Tim Pemenangan pasangan calon Dhito-Dewi, Selasa 15 September 2020.
Ketua DPRD Kabupaten Kediri itu mengatakan, sosialisasi tentang visi misi tentang membangun Kabupaten Kediri lebih baik itu nantinya dilakukan secara berkala. Mengingat, besarnya bentangan wilayah Kabupaten Kediri yang memiliki luas 1.386.05 km² dengan 26 kecamatan, 343 desa, dan 1 kelurahan.
Didukung seluruh partai politik, sosialisasi program kerja berjalan dengan memanfaatkan jaringan maupun komunitas. Lewat cara tersebut, Dodi meyakini penyampaian visi misi sekaligus mengenalkan Dhito-Dewi ke masyarakat semakin efektif.
“Gerakan turun ke masyarakat tentu dilakukan dengan memperhatikan protokol kesehatan Covid-19,” kata Dodi.
Pada penyelenggaraan Pilkada Serentak 2020, Komisi Pemilihan Umum (KPU) memang tetap mengizinkan kegiatan kampanye tatap muka. Namun, harus ada penyesuaian dengan situasi pandemi yang masih terjadi saat ini. Pertemuan tatap muka diselenggarakan di ruangan tertutup dengan membatasi jumlah peserta yang hadir. Selain itu, diwajibkan menjaga jarak antar peserta minimal 1 meter.
Menurut Nanang Qosim, Komisioner KPU Kabupaten Kediri, faktor kesehatan dan keamanan masyarakat harus diutamakan. Sehingga penyelenggaraan tahapan pilkada, termasuk kampanye terus diupayakan seaman mungkin dari bahaya pandemi Covid-19.
“Sesuai aturan, kampanye tatap muka dibolehkan. Tapi kalau bisa lebih baik dilakukan secara daring,” kata Nanang.
Pada Jum’at 11 September 2020, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kediri menggelar pleno terbuka Rekapitulasi Daftar Pemilih Hasil Pemutakhiran (DPHP) dan Penetapan Daftar Pemilih Sementara (DPS). Dari pertemuan itu diputuskan bahwa jumlah pemilih di pesta demokrasi tanggal 9 Desember 2020 sebanyak 1.234.918 orang.
Angka tersebut terdiri dari 619.425 pemilih laki-laki dan 615.493 perempuan yang tersebar di 26 kecamatan, 343 desa, dan 1 kelurahan. Sedangkan jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) ada 3.311 titik. TPS terbanyak berada di Kecamatan Pare yang mempunyai 208 TPS dan paling sedikit adalah Kecamatan Gampengrejo yaitu 68 TPS.
Nanang menjelaskan, berlangsungnya masa kampanye ini tidak menutup kemungkinan adanya masyarakat yang menyuarakan bumbung kosong. Namun, sosialisasi kotak kosong tidak bisa dianggap sebagai kampanye. Sebab, tidak ada pemaparan visi misi maupun program kerja Paslon.
Dengan ketetapan pasangan Dhito-Dewi sebagai satu-satunya kontestan, Kabupaten Kediri semakin menambah jumlah daerah yang mempunyai calon tunggal di Pilkada Serentak. Dari 270 daerah yang menggelar Pilkada tahun ini, 25 di antaranya menampilkan kontestan tunggal alias melawan kotak kosong.
Fenomena kotak kosong yang pernah mengejutkan publik salah satunya Pilkada di Makassar, Sulawesi Selatan. Di gelaran pesta demokrasi tahun 2018 itu, pasangan Munafri Arifuddin dan Rachmatika Dewi Yustitia Iqbal dinyatakan kalah melawan kotak kosong dengan selisih 36.000 suara lebih.
Melihat fakta tersebut, jalannya kontestasi pemimpin di Kabupaten Kediri dengan calon tunggal semakin menarik diikuti. Lewat dukungan seluruh partai politik, apakah Dhito-Dewi akan melenggang mulus atau bernasib sama seperti di Makassar, patut dinanti hasil akhirnya. (Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post