BEBERAPA saat selepas pergantian shift kerja petugas pada Senin, 6 April 2020, Rumah Sakit Muhammadiyah (RSM) Ahmad Dahlan Kota Kediri menutup rapat-rapat ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Rumah sakit di tepi barat Sungai Brantas ini, biasanya buka 24 jam setiap hari. Namun malam itu, untuk pertama kalinya IGD tutup dan tidak menerima pasien baru.
Langkah cepat ini dilakukan menyusul pengakuan keluarga pendamping pasien penderita sesak nafas, yang sedang dirawat di IGD RSM Ahmad Dahlan. Orang itu memiliki tanda-tanda terkena virus corona, karena punya riwayat perjalanan dari luar negeri.
Sehari berselang, pasien asal Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri itu meninggal dunia. Jenazahnya dimakamkan dengan proses sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) pejangkit Covid-19. Belakangan, hasil tes swab menyatakan almarhum positif terinfeksi virus corona.
“Padahal, sejak awal datang, baik pasien maupun pihak keluarga sudah dimintai keterangan riwayat perjalanan pasien sebelum sakit. Tapi mereka tidak menyampaikannya dengan jujur,” kata salah satu petugas medis RSM Ahmad Dahlan, pada Senin, 13 April 2020. Data itu berkait erat dengan tindakan perawatan pasien sesuai SOP, sekaligus menghindari risiko fatal.
Keterusterangan yang terlambat itu, seketika mendesak seluruh petugas medis di sana bergerak sigap. Mereka harus bertindak cepat, sebelum rasa panik buru-buru datang menghambat. Seperti memindahkan penderita ke tempat perawatan khusus Covid-19 di gedung Mekah, serta sterilisasi sejumlah ruang pelayanan kesehatan. Selain itu, melakukan tracing riwayat kontak pasien dan keluarganya, sejak kedatangannya di RSM Ahmad dahlan.
Baca juga:
Jangan Biarkan Korban Corona Sendirian
Akibat kejadian itu, sebanyak 15 anggota tim medis di rumah sakit yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto 84, Kelurahan Ngampel, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri ini harus mengisolasi diri. Bahkan, seorang dokter terpaksa membatalkan jadwal operasi pasiennya. Selain mengasingkan diri di rumah, beberapa petugas terpapar memilih tinggal di ruang karantina khusus karyawan di RSM Ahmad Dahlan.
“Sebagian tidak berani pulang, karena khawatir akan menulari familinya di rumah,” kata salah satu petugas medis RSM Ahmad Dahlan yang juga ikut mengisolasi diri itu.
Direktur RSM Ahmad Dahlan, Zainul Arifin, saat mengunjungi Command Center untuk mengambil bantuan Alat Perlindungan Diri (APD), dari Wali Kota Kediri, Abullah Abu Bakar menyatakan, bahwa kejujuran adalah kunci memutus mata rantai penyebaran virus corna. Beberapa tenaga medis pemeriksa yang saat itu tidak mengenakan APD, kini bersatus Orang dalam Pemantauan (ODP) dan Pasien dalam Pengawasan (PDP).
“Akhirnya, kini kami kekurangan 15 orang tenaga medis yang sangat kami butuhkan,” katanya.
Menyikapi kejadian itu, Wali Kota Kediri menyerukan kepada seluruh warganya, untuk selalu jujur menyampaikan semua data kepada petugas medis.
“Saya mohon, sampaikan semua riwayat Anda ke petugas medis dengan sejujur-jujurnya, keluhannya, pernah singgah di mana saja. Ini penting untuk memutus rantai penularan Covid-19,” seru pria yang akrab disapa Mas Abu ini.
Esok paginya, IGD RSM Ahmad Dahlan kembali dibuka. Namun, pimpinan salah satu rumah sakit rujukan pasien Covid-19 ini, mesti mengatur ulang sejumlah jadwal akibat ketidakjujuran pasien. Malam mencekam itu, harus ditebus dengan menunggu hasil tes 15 orang tim medis, yang kini tidak bisa bekerja karena diisolasi di ruang karantina. (Naim Ali)