Keterangan Foto: Daniel Rudi Haryanto (tengah), bersama Riri Riza (kanan) dan Gerzon Ron Ayawaila, saat menjadi juri di Eagle Award.
MEMBUAT video, film pendek, maupun film dokumenter, sekarang bukan lagi perkara rumit. Bila tak memiliki kamera dengan spesifikasi profesional, karya gambar bergerak tetap bisa dihasilkan menggunakan smartphone.
Namun, secanggih apapun fitur kamera gawai tentu harus dibarengi dengan teori, agar tidak asal-asalan. Wawasan terkait teknik pengambilan gambar, penggalian ide cerita, dan sentuhan editing, perlu dikuatkan terlebih dahulu supaya menghasilkan suatu karya yang baik. Nah, untuk membuat film pendek hanya bermodalkan perangkat gawai; Daniel Rudi Haryanto, sutradara Film dokumenter Prison and Paradise, berbagi tips sederhana yang akan membantu project produksi video kalian.
“Dengan smartphone, semua tahap produksi film bisa dilakukan di rumah. Selain tetap berkarya, bisa juga untuk mengusir kebosanan saat physical distancing seperti sekarang,” kata Rudi, pada Senin, 13 April 2020.
Sineas yang karyanya pernah diputar di World Premier Dubai International Film Festival tahun 2010 itu mengatakan, tahap penting di awal produksi ialah menemukan ide cerita. Menurutnya, mencari cerita yang menarik tak perlu pergi jauh-jauh. Sebab, kisah-kisah unik biasanya malah berada di lingkungan sekitar.
Dia menambahkan, ide cerita bisa muncul dari benda di sekeliling. Misalnya, dari sandal jepit yang ada di depan pintu. Barang itu terkesan biasa saja, umum dijumpai di rumah-rumah. Namun, jika dapat menggali sisi menariknya, kisah sepasang sandal jepit bisa menjadi sangat memikat.
“Penonton akan tertarik dengan cerita sandal jepit yang sudah menemanimu berjalan ribuan kilometer, menempuh suka dan duka kehidupan,” ujar Filmaker yang pernah belajar di Amerika lewat program American Film Showcase tahun 2016 itu.
Apabila sudah mendapat intisari kisah dari sandal jepit ataupun benda lainnya, tahap selanjutnya ialah teknis pengambilan gambar. Sebuah karya akan menjadi indah, jika gambar diambil dengan kombinasi dari berbagai jenis shoot. Close up, medium shot, dan long shot, dapat diarahkan ke objek dengan beberapa angle menggunakan mata kamera smartphone atau HP.
Namun, sebelum shooting dimulai sebaiknya memeriksa dulu ruang memory, supaya cukup untuk merekam shot per shot. Hal tersebut harus diperhatikan, karena berpengaruh pada proses editing yang akan menggabungkan gambar dan suara menjadi satu rangkaian.
Rudi mengatakan, pemilihan aplikasi editing yang tepat untuk spek HP, tidak ada salahnya mencari informasi di google terlebih dahulu. Untuk iphone, dia merekomendasikan memakai aplikasi splice. Sedangkan android dapat memanfaatkan berbagai opsi; bisa moviemaker, kinemaster, inshot, dan masih banyak yang lain.
Sebelum memanfaatkan aplikasi tersebut untuk editing, baiknya dipelajari dulu kelebihan dan kekurangannya. Bila memakai yang free alias gratisan, biasanya fitur didalamnya cenderung terbatas.
“Meskipun terbatas, kita tetap bisa mengakalinya dan memaksimalkan kualitas karya,” kata pria yang pada tahun 2016 hingga 2019, dipercaya menjadi juri di program Eagle Award Documentary Competition itu.
Agar video nampak seperti profesional, tata letak kamera sangat menentukan. Karena menggunakan smartphone, proses perekaman gambar dan suara, menjadi satu. Maka, ketika merekam obyek dari jarak jauh, sudah pasti kualitas suara yang dihasilkan saat dialog atau interview akan berkurang.
Solusinya, kamera harus diletakkan dekat dengan obyek, serta menyesuaikan kebutuhan tata suara dan visual. Apabila sensor kamera gawai belum terlalu canggih, shooting bisa dilakukan di luar ruangan atau eksterior. Agar mendapat cahaya cukup, sinar matahari bisa menjadi sumber yang dapat diandalkan.
Usai proses shooting selesai, tahap berikutnya ialah pasca produksi atau editing. Materi yang sudah terkumpul seperti video, suara, dan gambar, bisa diolah di aplikasi tertentu. Demi memaksimalkan imajinasi sewaktu editing, penggunaan berbagai fitur edit gambar dan suara, harus dipelajari. Antara lain, teks judul, transisi (cut to cut, dissolve), dan berbagai ilustrasi musik serta efek bunyi lainnya.
“Jika dirasa kurang, kita bisa merekam suara sendiri saat editing untuk menambah efek suara yang diinginkan,” kata sarjana sinematografi lulusan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) itu.
Demi menunjang kreatifitas visual, aplikasi grafis seperti Picart dapat digunakan untuk memperkaya gambar. Sutradara Film Mahaguru Tan Malaka yang dibuat bersama sejarawan Harry A. Poeze itu menyarankan, sebaiknya rancangan produksi film dibuat dengan durasi yang pendek saja. Jangan sampai smartphone terjadi kerusakan sistem atau error, akibat kelebihan memory karena dipakai mengedit video.
Saat editing selesai, kualitas ukuran film bisa diatur sesuai kebutuhan uploading di sosial media. Entah itu, whatsapp, youtube, facebook, instagram, atau untuk dikonsumsi sendiri. Untuk menambah referensi terkait film-film yang dibuat 100% menggunakan smartphone, bisa dilihat di akun instagram: sarang berangberang studio dan di youtube Daniel Rudi Haryanto berangberang channel. (Kholisul Fatikhin)