PROFESI jurnalis telah dilakoni Afnan Subagio selama belasan tahun. Pertama kali meniti karier jadi juru warta di media cetak lokal, Memorandum. Pada tahun 2000an, pria berambut cepak ini beralih sebagai kontributor media televisi, Lativi. Setelah Lativi berganti nama TV One, jabatan serupa ia lanjutkan di MNC sampai sekarang.
Selaku kontributor berita televisi, menurut mantan ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri periode tahun 2014-2017 ini, dulu bergaji cukup besar. Namun, ketika kebijakan perusahaan memutuskan untuk mempersempit wilayah liputan, kesejahteraan ekonominya menurun tajam.
“Mungkin sekitar tahun 2006, saya sempat hampir terpuruk,” kata Afnan, di teras rumahnya, di Desa Datengan, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri, pada Selasa, 7 Agustus 2018.
Seakan mengenang masa kelam; ia merasa penghasilan dari kerja jurnalistik tidak mampu menompang kebutuhan keluarga. Sebagaimana angin yang terus bergerak, ia berulang kali memutar otak. Dalam rangka menciptakan lapangan usaha mandiri, tanpa meninggalkan basis selaku jurnalis.
Ikhtiar pertama yang dijajal ialah rental mobil. Mulanya menyewakan kendaraan pribadi, kemudian memberanikan diri kredit untuk pengadaan lima mobil rental. Wirausaha ini tidak berjalan lama. Begitu juga dengan bisnis gerai telepon genggam. Upaya berikutnya, melahirkan rumah produksi dokumentasi video dan foto, yang mampu bertahan sampai sekarang.
Lambat laun naluri entrepreneur Afnan semakin terasah. Segala peluang bisnis yang berpotensi, lekas-lekas dirambah. Seperti usaha ternak ikan guramih. Ia pun didapuk jadi ketua kelompok peternak ikan guramih di desanya.
Belum lama ini, sayap usahanya semakin mengembang. Afnan menekuni usaha jual-beli beras, karena menyadari bahwa desa tempat tinggalnya merupakan salah satu penghasil beras terbesar di Kediri. Gabah dibeli langsung dari petani dengan harga pantas. Sedangkan untuk pecah kulit, ia bekerjasama dengan kerabat yang kebetulan pengusaha selep. “Dengan begitu, harga jual lebih terjangkau karena berhasil memotong satu-dua rantai distribusi,” ungkapnya.
Dalam sehari, rata-rata 500 kilogram beras distribusikan ke berbagai tujuan seputar wilayah Kediri. Bisnis jual beras secara online tersebut, baru dirintis sejak dua bulan belakangan, tapi jumlah pelanggan sudah melebihi ekspektasi. Sementara ini, ia belum memiliki moda khusus pengangkut barang. Terpaksa, Afnan memanfaatkan armada pribadinya.
“Kalau buat ngangkut 500 kilogram beras sekaligus, mobil saya itu nggak muat. Terpaksa bolak-balik ngambil barang, lalu ngantar (beras) lagi. Padahal jarak lokasi pengirimannya lumayan jauh,” katanya.
Menjalankan bisnis dan masih aktif sebagai jurnalis, dia mengaku kewalahan. Namun, hal itu sama sekali tidak menjadi beban. “Saya tidak ingin melepas profesi sebagai jurnalis, itu seperti panggilan jiwa,” ujarnya. (Naim)