MOBIL bak terbuka bermuatan nyaris 1 ton memasuki area Pasar Patok di Desa Sidorejo, Kecamatan Ponggok, Kabupaten Blitar. Ketika kendaraan mendekat, para pedagang, kuli panggul, dan pengunjung pasar, menghampiri truk pick up yang berisi ribuan nanas itu. Beberapa menit kemudian, kendaraan lain yang membawa nanas kembali datang dan membuat suasana pasar makin riuh.
Pasar Patok yang berada di lereng barat Gunung Kelud ini populer disebut Pasar Nanas. Disebut demikian karena dari ratusan pedagang di tempat ini, mayoritas di antaranya adalah penjual buah nanas. Ada juga pedagang lain seperti kelapa dan pisang, namun jumlahnya tak sampai 3 orang.
“Tiap 3 hari sekali, saya mengirim rata-rata 1 ton nanas ke pelanggan di Jakarta, Cilegon, Bojonegoro, dan Lamongan,” kata Sumarni, salah seorang pedagang Pasar Patok, pada Rabu 13 April 2022.
Nanas yang dijual Sumarni berasal dari para petani di Kabupaten Kediri dan Blitar. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020, budidaya nanas di kaki Gunung Kelud menghasilkan sekitar 80 ton perhektar. Sedangkan lahan penanaman buah bernama latin Ananas Comosus di Kediri dan Blitar diperkirakan lebih dari 10 ribu hektar. Angka statistik tersebut menjadikan lereng Kelud sebagai penghasil nanas terbesar di Jawa Timur.
Di Kabupaten Kediri, daerah yang menghasilkan nanas terbesar yaitu Kecamatan Ngancar. Sedangkan di Blitar, sentra nanas berada di sepanjang jalur lahar Kelud. Misalnya, Desa Pojok, Candirejo, Bendo, dan Sidorejo. Ketika panen, salah satu pusat penjualan nanas yang paling ramai yaitu di Pasar Patok. Dari tempat ini, nanas didistribusikan lagi ke berbagai kota besar di Indonesia.
“Kualitas nanas dikelompokkan menjadi 3 kategori, untuk menentukan harga jualnya,” ujar Sumarni.
Perempuan 55 tahun itu menjelaskan, kategori atau kelas berlabel A dengan berat 850 ons sampai 1 Kg akan dihargai 3700 rupiah perbiji. Ukuran sedang 500 ons sampai 750 ons masuk grade B yang harganya 2200 rupiah perbiji, sedangkan ukuran yang paling kecil yaitu kelas C harganya 1600 rupiah perbiji. Harga nanas bisa berubah sewaktu-waktu, tergantung masa panen dan curah hujan yang berpengaruh pada kualitasnya.
“Saya mau cari nanas buat menu buka puasa nanti,” ujar M Deby Sabiril Muttaqin, salah seorang pembeli.
Laki-laki yang akrab disapa Deby itu datang ke lapak Sumarni membeli satu ikat buah nanas. Baginya, berkunjung ke Pasar Patok menjadi semacam nostalgia. Saat masih berusia sembilan tahun, dia sering diajak ke pasar, untuk menjenguk neneknya yang waktu itu berjualan kelapa.
Nanas di Pasar Patok amat berkualitas, harganya pun tergolong murah. Sehingga, pasar ini menjadi destinasi favorit para pebisnis buah, bukan hanya di Kediri tapi juga kawasan lain lainnya.
“Setiap hari ada sekitar belasan ton nanas dari sini yang dikirim ke luar daerah,” kata Agustin Nur Hayati, penjual nanas.
Tidak diketahui secara pasti, kapan pasar yang beroprasi dari jam 7 pagi hingga 5 sore ini berdiri. Namun, menurut cerita tutur warga, tempat ini dulunya adalah pusat jual beli yang berada di perbatasan Blitar-Kediri. Tersebab lokasi pasar berada di perbatasan, maka ada sebuah tugu kecil penanda wilayah, yang dalam Bahasa Jawa disebut “patok”. Sehingga, tempat tersebut dikenal dengan Pasar Patok. (Ryan Dwi Candra)
Discussion about this post