BELAKANGAN ini cuaca di Indonesia tidak menentu. Suhu udara terkadang panas, namun sesekali hujan terus mengguyur dari pagi hingga petang. Fenomena perubahan iklim itu terjadi akibat pemanasan global.
Pada 2030, suhu udara diprediksi terus bertambah hingga 1,5 derajat celsius. Jika tidak ada langkah antisipasi, kemungkinan terburuknya adalah terjadinya gelombang bencana hidrometeorologi seperti angin badai, banjir, dan kekeringan. Kondisi dunia yang terancam pemanasan global itu menjadi pembahasan utama pada webinar Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri dan Google News Initiative, Kamis, 21 April 2022.
Acara bertajuk “Menangkal Minsinformasi Perubahan Iklim dan Bencana Hidrometeorologi” berupaya mengedukasi masyarakat tentang perubahan iklim. Sebab, tidak sedikit masyarakat Indonesia menyebut pemanasan global ialah hoaks. Hal itu menyebabkan kesadaran untuk bersama-sama memikirkan solusi atas perubahan iklim, sangat minim.
Ada empat narasumber yang diundang secara daring untuk menjadi pembicara. Mereka adalah Meilani, Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) Muda BMKG Klimatologi Malang; Diana Dewi Damayanti, Co-Founder Masyarakat Tangguh Indonesia (MTI); Sudarmanto, Sekjen Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) Jatim, dan Destyan H Sujarwanto, jurnalis LKBN Antara. Acara tersebut dihelat via zoom meeting dan live di kanal Youtube AJI Indonesia.
“Perubahan iklim terjadi karena aktivitas manusia yang mengakibatkan perubahan atmosfer secara global,” kata Meilani.
Menurutnya, perubahan iklim dipengaruhi sejumlah faktor. Faktor alam, seperti letusan gunung berapi. Namun, yang dominan adalah ulah manusia. Seperti peternakan yang menghasilkan gas metan, asap pabrik serta penggundulan hutan yang mencapai sepertiga dari permukaan bumi.
Padahal, hutan berfungsi untuk menyerap karbon dioksida yang akhirnya mencegahnya untuk terperangkap di atmosfer, pengatur siklus air, mengurangi risiko banjir dan longsor. Kondisi ini membuat gas rumah kaca mempengaruhi perubahan energi pada atmosfer. Sehingga terjadi pemanasan global berdampak pada perubahan siklus air, yang ujungnya adalah perubahan iklim.
“Kenaikan suhu rata-rata udara di dekat permukaan bumi dan lautan yang terjadi sejak pertengahan abad ke-19, diperkirakan akan terus meningkat,” ujar Meilani.
Kondisi itu selaras dengan laporan kajian ke-empat dari IPCC tahun 2007. Suhu permukaan global meningkat sebesar 0,32 – 0,74 °C selama abad ke-20.
Sebagai upaya sosialisasi, informasi yang diperoleh BMKG disebarkan baik melalui website, radio, media sosial. BMKG juga berupaya melakukan edukasi pada masyarakat dengan mengadakan Sekolah Lapang Iklim yang melibatkan kelompok tani di beberapa kota, di antaranya; Jombang, Nganjuk dan Malang.
Perubahan iklim ini secara simultan berhubungan dengan perubahan perilaku manusia. Diana Dewi, Co-Founder Masyarakat Tangguh Indonesia (MTI) menyampaikan, hasil penelitian International Public Opinion on Climate Change yang menyebutkan 78 persen warga Indonesia mengakui adanya perubahan iklim. Selain itu, hanya 16 persen responden yang mengakui manusia sebagai penyebab perubahan iklim.
“Persentase ini yang terendah dibanding 31 negara,” terang Diana.
Di sisi lain, jurnalis LKBN Antara Destyan Sujarwoko memberikan pandangan tentang isu iklim di kalangan jurnalis. Ia memaparkan bahwa isu iklim merupakan isu yang harus menjadi perhatian.
Setiap pemberitaan terhadap iklim diharapkan bisa menjadi edukasi untuk publik, seperti kelompok masyarakat petani dan nelayan. Sehingga, mereka dapat beradaptasi dan bahkan memprediksi iklim yang akan terjadi.
“Peran media menjadi penyambung lidah antara pihak yang berkompenten di bidang hidrometeorologi dengan masyarakat luas sangat penting,” kata Destyan.
Sejauh ini, media selalu memberitakan tentang bencana hidrometeorologi, bahkan sebagai headline. Namun, sedikit yang langsung mengaitkannya dengan isu perubahan iklim, seolah-olah peristiwa-peristiwa ini muncul begitu saja karena musim berubah.
Padahal, setiap orang perlu mengetahui lebih banyak tentang perubahan iklim. Sehingga, cara media mengemas berita akan mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam merespon pemanasan global. (Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post