SELAMA masa pandemi virus corona, ada sejumlah kosakata baru yang tiba-tiba menyeruak ke tengah publik. Mulai dari lockdown, social/physical distancing, work from home, hingga sejumlah istilah medis yang sebelumnya terdengar asing; kini mewarnai percakapan masyarakat sehari-hari.
Meski sering digunakan berkomunikasi, definisi istilah itu masih belum dipahami secara jelas. Misalnya, rapid test dan swab test yang kini populer dengan kehidupan di masa pagebluk.
Kedua uji medis itu sebenarnya sama-sama berfungsi menentukan ada atau tidaknya pergerakan virus corona di tubuh manusia. Bedanya, terletak pada pengambilan sampel, cara kerja, dan jangka waktu mendapatkan hasil.
“Rapid test maupun swab test, keduanya merupakan bagian dari upaya memutus rantai penyebaran virus covid-19,” kata Wiku Adisamito, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Indonesia, Rabu, 15 April 2020.
Wiku menjelaskan, meski fungsi keduanya sama, swab test memiliki tingkat akurasi lebih tinggi dari pada rapid. Seseorang bisa saja dinyatakan negatif covid-19 ketika menjalani rapid test, akan tetapi setelah melalui uji swab, ternyata orang tersebut telah terinfeksi covid-19. Hal itu terjadi karena saat rapid test barangkali daya tahan tubuhnya sedang bagus.
Menurutnya, rapid test belum bisa dijadikan acuan. Itu hanya metode skrining awal untuk mendeteksi tingkat antibodi. Ketika ada paparan virus, tubuh akan memproduksi antibodi lebih banyak. Peningkatan antibodi inilah yang disebut dengan reaktif.
“Jika setelah melalui rapid test dinyatakan reaktif, itu belum bisa dinyatakan bahwa seseorang positif tertular corona,” kata Wiku.
Sampel Rapid test menggunakan darah yang bisa diambil dari ujung jari. Seperti namanya, rapid yang berarti kilat, hanya memerlukan waktu 10 hingga 15 menit untuk mengetahui hasilnya. Sasaran tes diprioritaskan bagi seseorang yang punya riwayat kontak dengan pasien corona seperti Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang dalam Pemantauan (ODP), dan orang positif corona.
Dibanding rapid, swab test menjadi acuan terbaik diagnosa positif atau negatif corona. Sampel yang diambil bukan darah, tetapi cairan tubuh yang paling banyak mengandung virus, yaitu dahak. Tes ini dilakukan dengan menggunakan alat usap seperti cotton bud panjang, lalu dimasukkan ke area hidung bagian dalam agar cairan lendir terserap.
Alat swab itu kemudian dimasukkan ke dalam tabung khusus dan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut. Proses ini membutuhkan waktu 24 jam hingga hasilnya keluar. Lebih lama dari rapid test yang hanya hitungan menit.
Dengan fakta bahwa rapid test cenderung memiliki tingkat akurasi yang lemah, Pemerintah Indonesia dalam waktu dekat akan menggunakan Tes Cepat Molekuler (TCM). Tes itu memiliki tingkat akurasi setara dengan pemeriksaan swab test dengan menggunakan usapan hidung sebagai sampel. Alat TCM sendiri telah digunakan sejak tahun 2015 sebagai uji diagnostik tuberkulosis atau TBC.
Alat ini hampir tersebar di seluruh rumah sakit Indonesia, namun agar bisa digunakan untuk mendeteksi covid-19, dibutuhkan cartridge khusus yang belum banyak tersedia. Hasil tes dari metode TCM ini bisa diketahui kurang dari 1 jam, lebih cepat dari swab test yang memakan waktu sehari penuh.
Teknologi medis yang digunakan menangani wabah akan semakin memudahkan Gugus Tugas Covid-19 bekerja mendeteksi mata rantai penyebaran covid-19. Setidaknya, dengan memperkaya pengetahuan tentang istilah medis seperti rapid test dan swab test, masyarakat tidak perlu ragu-ragu apabila harus menjalani tes corona. Hingga memasuki bulan keempat masa pandemi corona, kasus positif covid-19 masih terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Itu menjadi pengingat agar masyarakat tetap waspada dengan terus mematuhi protokol kesehatan. (M Yusuf Ashari)