USAI ambruk akibat terjangan arus Sungai Brantas pada 2017, Jembatan Jongbiru Kediri kini sudah bisa digunakan kembali. Pada Jumat 26 Juli 2024, Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana meresmikan titian penghubung kawasan Kota-Kabupaten Kediri itu. Beroperasinya jembatan di timur Pabrik Gula Mrican ini berpotensi pada pengembangan destinasi wisata karena memiliki nilai sejarah, mulai dari era kerajaan hingga kolonial.
“Jembatan Jongbiru merupakan urat nadi yang menghubungkan wilayah Mrican – Jabon dengan Jongbiru di wilayah Kabupaten Kediri. Kita bangun kembali untuk meningkatkan roda perekonomian masyarakat,” kata Bupati Kediri dalam sambutannya.
Berfungsinya kembali jembatan itu harapannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar seiring beroperasinya Bandara Dhoho Kediri. Pembangunan Jembatan Jongbiru juga diharapkan bisa mengadopsi kebesaran masa lalu sehingga menarik destinasi wisata.
“Pada masa silam, Raja Hayam Wuruk Kerajaan Majapahit memberikan penghargaan desa sima karena jasanya menyeberangkan penduduk dari satu desa ke desa lain, salah satunya di Jongbiru ini,” kata Imam Mubarok, Ketua DK4 Kabupaten Kediri.
Keterangan itu bisa dilihat pada Prasasti Canggu 1358 M yang menceritakan peningkatan status desa-desa di pinggir Sungai Brantas. Prasasti ini menyebut desa panambangan atau tempat penyeberangan sungai yang menghubungkan desa yang berada di kanan dan kiri badan sungai.
Baca juga: Jongbiru, Pelabuhan Kediri Kuno yang Hilang
Narasi lain yang menguatkan kekayaan sejarah Jongbiru yaitu Prasasti Kamalagyan 1037 M. Sumber sejarah ini menceritakan pembuatan bendungan dan kanal atau saluran air pemecah aliran Sungai Brantas dengan sebutan Bangawan. Sedangkan dalam Kitab Nagarakertagama, pada era Singasari dibangun benteng di Canggu Lor dekat Sungai Brantas, tujuannya untuk mengantisipasi serangan musuh.
“Jongbiru merupakan bagian dari kekuatan maritim era lampau, dulunya disebut Pelabuhan Jongbiru,” kata Imam Mubarok itu.
Dia menambahkan, Kitab-kitab seperti Panji Wijata Krama, Sudayana, Sunda, dan Kidung Ranggalawe menyebut Jongbiru sebagai kekuatan maritim Majapahit. Pelabuhan sungai di masa kerajaan dapat diidentifikasi pada letaknya yang berbentuk meander atau berkelok. Posisi ini sama persis dengan lokasi Jembatan Jongbiru. Salah satu peristiwa sejarah yang bertempat di Jongbiru yaitu ketika Raden Wijaya beraudiensi dengan Jayakatwang pada 1294.
Sedangkan bentuk kapal yang mengarungi Sungai Brantas masa silam bisa dilihat pada relief pandapa Candi Penataran, Blitar. Relief itu menggambarkan Brantas yang dilalui dengan kapal besar dengan tenaga penggerak berupa layar dan dayung renteng. Menurut Imam Mubarok, perahu yang disebut Jung Jawa ini layak ditampilkan dalam bentuk replika perahu maupun ornamen pada Jembatan Jongbiru. (Kholisul Fatikhin)
Discussion about this post