GERAK peradaban besar, terbentuk dari gabungan potongan-potongan kecil kisah masyarakat yang mendiami suatu kawasan. Entah itu kehidupan di lingkungan perkotaan, maupun warga di sudut-sudut pedesaan. Denyut di antara keduanya amat terstruktur, berkesinambungan, dan saling melengkapi; kelak akan mengerucut menjadi kenangan-kenangan yang dinamakan sejarah.
Ingatan akan kejadian masa lalu memang patut dirawat. Agar anak cucu yang kelak memegang masa depan tidak ahistoris. Berbicara tentang peristiwa terdahulu, tak melulu soal kisah-kisah heroik yang dramatik atau tentang ketokohan seseorang. Mempelajari sejarah bisa dimulai dari partikel paling sederhana dalam kehidupan, yaitu tentang cerita awal mula suatu pemukiman yang menjadi tempat tinggal sehari-hari.
“Kita mencoba menafsirkan nasehat agar tidak melupakan sejarah, menjadi sebuah karya film,” kata Dwidjo Utomo Maksum, Pemimpin Redaksi Kediripedia.com, Sabtu 17 Agustus 2019.
Sinema yang bernuansa ajakan menghargai cerita masa lalu itu berjudul “Kampung Urban di Timur Pondok Lirboyo”. Film berdurasi 48 menit ini bercerita asal usul kawasan bernama Perumahan Griya Indah Permatasari (GIPs) RT 06 RW 02 di Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri. Film ini dipersembahkan awak Kediripedia sebagai apresiasi kepada warga GIPs, yang mengiringi kegiatan sehari-hari Kediripedia mengelola dapur redaksi.
Bukan hanya soal sejarah, menurut Dwidjo, cerita di film ini mengajak untuk mengetahui lebih dalam kehidupan perkampungan di tengah kota. Baik warga yang tinggal di perumahan maupun yang bukan, mempunyai posisi setara. Istilah “kampung” harus dikembalikan ke makna asli, yaitu kawasan pemukiman, bukan hanya merujuk pada tempat tinggal masyarakat kelas menengah ke bawah.
Dari segi pesan yang disampaikan, film “Kampung Urban di Timur Pondok Lirboyo” layak ditonton semua kalangan. Mengingat, cluster atau lingkungan perumahan kini marak berdiri hingga menyentuh kawasan pedesaan. “Hadirnya karya ini, sebagai pengingat agar tidak terjadi kesenjangan antara warga yang menetap di perumahan dengan warga yang bukan di perumahan,” ujar pria yang akrab disapa DUM itu.
Jumat, 16 Agustus 2019 atau sehari sebelum peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74, film diputar pada acara malam tirakatan di sebuah petak lapangan sepak bola di ujung barat perumahan GIPs. Pemutaran perdana film tersebut, dilakukan bersamaan dengan kegiatan mengucap rasa syukur atas kemerdekaan yang berhasil diperjuangkan.
Kegiatan yang diselenggarakan Karang Taruna dan seluruh warga GIPs dihadiri oleh Gayon Sunarko selaku Kepala Kelurahan Bandar Kidul. Malam itu, acara dibuka dengan pemotongan tumpeng secara simbolis sekaligus sebagai penanda pemutaran film segera dimulai.
Dari arah selatan angin ajeg berhembus, mengiringi warga yang lekas merapat untuk duduk pada gelaran tikar yang telah disediakan. Mereka seperti tak sabar menanti film yang digarap oleh Dwidjo U. Maksum sebagai produser dan sutradara; Naim Ali, Penata Kamera; Kholisul Fatikhin, Penyunting Gambar dan Penata Suara; serta Kristanto Eka “Hasya” Putra, Satyo “Yoyok” Handoko dari Dupa Band sebagai Penata Musik.
Film dibuka dengan scene kegiatan sehari-hari warga GIPs. Dari segi konsep terdapat gabungan antara unsur dokumenter dan rekaan adegan. Itu dapat dilihat dari obrolan anak-anak yang bertugas sebagai pemeran utama. Di menit-menit awal mereka saling lempar obrolan tentang rasa penasaran seputar sejarah perumahan.
Banyak gelak tawa ketika diputar, warga seperti menangkap sesuatu yang lucu ketika melihat dokumentasi kegiatan mereka sehari-hari. Layar gambar bergerak setelahnya yaitu menceritakan sejarah perumahan GIPs. Dimulai dari keterangan Ketua RT pertama hingga yang kini masih menjabat. Termasuk kisah tentang didirikannya lembaga seperti koperasi RT, serta Bank Sampah yang dikelola ibu-ibu yang prihatin dengan sampah rumah tangga. Seakan penonton diajak berselancar lebih dalam untuk mengetahui potret kehidupan masyarakat urban.
“Luar biasa! Sederhana dan lugas dalam menyampaikan. Mengingatkan kita telah melewati masa yang pernah kita lewati di Kampung Urban Timur Lirboyo. Overall great jobs. Two thumbs up and standing ovation for all crews,” kata Ekananda, warga GIPs.
Film “Kampung Urban di Timur Pondok Lirboyo” kini sudah bisa disaksikan di kanal Youtube Kediripedia. Bukan tidak mungkin, kehadirannya di tengah publik dapat mendorong masyarakat di luar Kediri ataupun di kawasan lainnya, untuk membuat karya-karya tentang sejarah kawasan di manapun mereka menetap. Dengan begitu, kisah-kisah di masa yang telah lewat akan terus terawat dan diingat, entah itu sebagai pedoman atau sebagai pijakan mengambil keputusan. (Yusuf Azhar)