LEBIH dari sebulan, masyarakat Indonesia melawan serangan wabah corona. Hingga sekarang, tidak ada siapapun yang bisa menjamin kapan terpaan virus itu akan mereda. Di tengah upaya memelihara kesehatan fisik dan mental yang terus dilakukan, tantangan yang dihadapi semakin bertambah. Kini, warga harus berjuang mempertahankan ketersediaan pangan di masa pandemi covid-19.
Mengamankan pasokan pangan merupakan kunci untuk tetap survive dari terjangan bencana. Jika menengok ke peradaban ratusan tahun silam, masyarakat di masa lalu membuat lumbung pangan sebagai persiapan menghadapi musibah akibat gejolak alam ataupun masa paceklik. Eksistensi lumbung di jaman dulu itu diperkuat dengan bukti-bukti dari berbagai literatur dan peninggalan sejarah.
Berkaca dari pengalaman masyarakat terdahulu, warga di Desa Pule, Kecamatan Kandat, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, bergotong-royong mendirikan lumbung pangan. Di tengah pandemi corona yang belum menunjukkan tanda-tanda akan segera berakhir, ketersediaan bahan makanan bagi ribuan warga di kawasan tersebut harus dijaga. Itu dilakukan sebagai langkah antisipasi, jika keadaan ekonomi semakin memburuk dan mengarah ke terjadinya krisis pangan.
“Lumbung adalah sistem bertahan yang telah diwariskan nenek moyang ketika terjadi bencana dan menjadi kearifan lokal bangsa Indonesia,” kata Dendik Ruliyanto, salah seorang warga Desa Pule, Jumat 10 April 2020.
Menurut pria yang sehari-hari bekerja sebagai pegawai di kantor Kecamatan Kandat itu, langkah mempersiapkan cadangan stok pangan saat terpaan virus corona ini sangatlah penting. Ikhtiar sederhana ini dilakukan agar terhindar dari kejahatan egoisme berupa penimbunan logistik dan Alat Pelindung Diri (APD) seperti masker, hand sanitizer, dan piranti pencegahan lainnya.
Dibantu perangkat desa setempat, Dendik mengumpulkan berbagai bahan makanan dari sumbangan swadaya warga, pemerintah, dan para pemuda desa. Tumpukan stok pangan itu disimpan di gedung Balai Desa Pule lama, yang kini dialihfungsikan sebagai lumbung.
Di dalam gedung itu sudah tersimpan tiga ton beras. Hasil pertanian itu didapatkan dari bantuan Bupati Kediri, dr. Hj. Hariyanti Sutrisno. Para perangkat desa sebenarnya bisa saja langsung membagikan beras itu kepada masyarakat. Namun, mereka memutuskan bahwa bahan pangan itu lebih baik disimpan terlebih dahulu. Bila terpaan corona nantinya sudah menggerogoti situasi ekonomi, beras itu baru disalurkan ke warga.
“Kami berharap, cadangan ketersediaan pangan di lumbung semakin bertambah, dan semoga warga Pule dari golongan menengah ke atas ikut terdorong untuk mengisi lumbung ini,” ujar Sucipto, Kepala Desa Pule.
Selain sebagai lumbung, bangunan itu juga digunakan sebagai posko siaga kegiatan melawan corona. Demi mengunci rapat-rapat segala potensi penyebaran virus, pemerintah desa dan warga, bergerak secara kolektif. Sucipto mengatakan, jika saling menguatkan, penularan wabah dapat dibendung dan tidak semakin meluas.
Dari diskusi intensif di posko siaga, mereka bergerak bersama-sama dalam berbagai upaya preventif. Salah satunya, memberikan edukasi ke masyarakat supaya tetap waspada dan sadar akan bahaya corona. Selain memanfaatkan media sosial, informasi itu disampaikan lewat pengeras suara yang dipasang di mobil.
Mereka rutin berkeliling untuk mengajak warga agar mengedepankan protokol kesehatan. Di kalangan masyarakat Jawa, woro-woro keliling itu biasa disebut ledang. Misalnya, mengimbau berperilaku hidup sehat, rajin cuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan massa, dan mengenakan masker ketika beraktivitas di luar rumah.
“Posko itu dijalankan para perangkat desa, karang taruna, dan para relawan dari unsur warga,” kata Sucipto.
Mendekati masa mudik lebaran, posko nantinya akan berperan sebagai pusat pelaporan yang mendeteksi setiap kepulangan warga. Untuk itu, di setiap lingkungan Rukun Tetangga (RT) sudah dibentuk tim khusus yang diisi para petugas relawan. Jika ada tetangganya yang kembali dari perantauan, relawan tersebut akan mengarahkan mereka untuk melalui masa karantina terlebih dahulu.
Lokasi karantina itu akan beroperasi dengan memanfaatkan gedung Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Pule. Sejak diliburkan karena corona, sekolah tersebut kini sepi. Rencananya, karantina akan dilaksanakan dengan menggunakan ruang-ruang kelas. Sejumlah fasilitas seperti kasur, selimut, pengukur suhu badan, dan perlengkapan lainnya, kini tengah disiapkan untuk menyambut gelombang warga yang kembali dari luar daerah.
“Gelombang mudik diprediksi akan lebih cepat dari tahun sebelumnya. Dari informasi yang kami terima, ratusan warga Pule yang bekerja di luar Kediri bahkan mancanegara, banyak yang memilih pulang lebih awal,” ujar Dendik.
Dia berharap, inisiatif membangun sistem kampung siaga corona dan lumbung pangan itu dapat berdiri di setiap desa di Kediri, bahkan di seluruh wilayah Indonesia. Sebab, tidak ada siapapun yang bisa menjamin kapan virus corona ini segera berakhir. Meski begitu, dengan berdirinya lumbung dan posko siaga, setidaknya dapat menjamin kehidupan warga menjadi lebih aman, nyaman, dan tetap kondusif, ketika menghadapi serangan virus corona. (Kholisul Fatikhin)