SEJUMLAH bangunan dari masa silam tersingkap di balik rerimbunan hutan Gunung Klotok Kota Kediri. Selama 5 tahun terakhir, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan telah menemukan 3 candi, 1 patirtaan, 2 arca, bekas paseban, anak tangga, koin Cina, dan puluhan potongan tembikar.
Pada ekskavasi terbaru yang digelar Selasa, 27 Agustus 2024, tim arkeolog kembali mendapati saluran air dan susunan bata merah penopang bangunan. Dalam dunia arkeologi, ekskavasi adalah proses penggalian tanah secara sistematis untuk menemukan data sejarah.
“Dari banyaknya temuan benda arkeologi itu, kami menduga kawasan Gunung Klotok dulunya dihuni banyak orang,” kata Nugroho Harjo Lukito, Ketua Tim Arkeolog BPCB Trowulan.
Dia menjelaskan, temuan-temuan tersebut masih berkait dengan keberadaan Gua Selomangleng sebagai lokasi pertapaan. Sehingga, kawasan Klotok bisa disimpulkan merupakan pusat pendidikan spiritual, semacam “pondok pesantren” di era Jawa Kuno.
Nugroho menyebut, komplek seperti ini dikenal dengan Wanasrama Keresian. Wana artinya hutan, sedangkan asrama yaitu hunian para siswa yang sedang menuntut ilmu. Sementara resi bermakna orang suci, atau pemuka agama. Namun, dari semua temuan itu uniknya tidak ada satupun yang menggambarkan aliran tertentu seperti Siwa, Tantrayana, atau Buddha.
Kawasan penggemblengan spiritual ini dicirikan berada jauh dari pemukiman penduduk. Letaknya di tempat-tempat sunyi seperti di hutan, puncak bukit, maupun lereng gunung.
“Komplek ini diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Jenggala sekitar abad ke-11 Masehi,” ujar arkeolog lulusan Universitas Udayana Bali itu.
Perkiraan tahun tersebut didukung oleh penemuan koin Cina Dinasti Song Utara pada ekskavasi tahun 2020. Uang kuno itu ditemukan di bawah Candi Klotok sebagai syarat ritual pendirian candi.
Pada ekskavasi kali ini, tim arkeolog fokus menggali patirtaan yang berada di area paling bawah. Pemandian itu dulunya digunakan sebagai lokasi bersuci orang Jawa kuno sebelum beribadah ke candi. Berbentuk bilik kolam, polanya mirip seperti petirtaan Jolotundo di Mojokerto serta Dewi Sri di Magetan.
“Selain petirtaan Klotok, masih banyak peninggalan era klasik yang belum diekskavasi,” kata Juan Steven Susilo, anggota Komunitas Pelestari Sejarah dan Budaya Kadiri (Pasak).
Juan menambahkan, lokasi lain yang perlu diekskavasi selanjutnya yaitu area di belakang kolam renang Selomangleng, serta makam Maling Gentiri. Dari pengamatan komunitas Pasak, peradaban Kediri masa silam banyak yang masih terpendam di Gunung Klotok, dan belum terungkap seutuhnya.
Menariknya, Gunung Klotok yang terindikasi sebagai pusat pendidikan spiritual di era lampau masih berlangsung hingga sekarang. Beberapa tahun belakangan, berdiri pusat studi Islam di dekat lokasi penemuan Candi Klotok. Di antaranya, Pondok Pesantren Dzikrul Ghofilin, serta Kampus 2 Universitas Islam Tribakti (UIT) yang dikelola Pondok Pesantren Lirboyo. (Moh. Yusro Safi’udin)
Discussion about this post