BARISTA itu mengangkat teko tinggi-tinggi. Tak lama kemudian, air bercampur bubuk kopi mengucur ke cangkir. Gerakan ini biasa diperagakan pedagang Kopi Tiam di Bangka Belitung.
Seduhan kopi khas masyarakat Tionghoa-Melayu itu bisa dijumpai di Warkop Sopo, Jalan Monginsidi, Kelurahan Pakelan, Kota Kediri. Selain karena keunikan kopinya, kedai ini digemari karena tempat duduk pelanggan berada di trotoar. Pengelola cafe menyediakan kursi plastik dan krat atau peti minuman botol sebagai meja.
Berada di kawasan pecinan, nongkrong di kedai ini semakin asyik karena bisa menikmati suasana kota tua. Lokasi ini dikelilingi rumah-rumah bergaya art deco yang menambah kesan vintage. Tren membuka kedai di kota tua sebenarnya lebih dulu berkembang di kota-kota besar seperti Malang, Surabaya, Jogjakarta, maupun Jakarta.
“Konsep warung kopi seperti ini baru pertama kali di Kediri,” kata Mohamad Abdul Wafiq, salah satu owner Warung Sopo, Kamis, 02 November 2023.
Warung yang dikelola Wafiq baru berdiri pada Februari 2023. Dari sisi arsitektur bagian luar, bangunan kedai diwarnai ornamen ala Tionghoa. Jendela maupun pintu dicat warna merah. Sedangkan bagian dalam, terdapat sejumlah interior klasik serta patung kucing Maneki Neko.

Warkop Sopo buka dari jam 8 pagi sampai 11 malam. Seperti halnya kafe pada umumnya, menu yang dijual antara lain aneka kopi dan teh. Sedangkan camilan yang tersedia yaitu kentang goreng, pangsit goreng, roti bakar, serta makanan berat seperti nasi goreng dan bakmi. Harga minuman dan makanan rata-rata 6-12 ribu rupiah.
“Tempatnya asik dan strategis buat kumpul bareng teman-teman,” kata Enji Suares, pengunjung Warkop Sopo.
Menurut pegiat komunitas RX-King itu, warung ini mudah dijangkau. Jika ada janji atau COD printilan motor, Suares menjadikan kedai ini sebagai tempat favorit untuk bertemu. Dia lebih memilih duduk di trotoar dari pada di dalam cafe. Misalnya, ketika kopdar dengan sesama anggota klub motor.
Pengelola Warung Sopo menyediakan 30 biji kursi plastik dan meja krat. Bila ada pengunjung yang tidak kebagian kursi, mereka terpaksa duduk di trotoar.
“Cukup sering pelanggan ngeyel dan tetap memesan walau kursi sudah habis,” ujar Wafiq.
Di awal merintis usaha, mahasiswa IAIN Kediri itu sempat ditegur Satpol PP. Parkir pelanggan belum tertata rapi, sehingga mengganggu pengguna jalan. Dia lantas bekerjasama dengan Karang Taruna Kelurahan Pakelan untuk penataan parkir.
Pelanggan Warung Sopo mayoritas anak muda remaja sekolah menengah dan mahasiswa. Kedai ini akan diserbu pengunjung ketika malam minggu. Dalam sebulan, omzet kotor yang didapat Wafiq mencapai 80-100 juta rupiah. (Moh. Yusro Safi’udin)
Discussion about this post