SIAPA yang menyangka jika aktivitas perdagangan antara penduduk Kediri dan bangsa Tiongkok, sudah terjadi sejak seribu tahun silam. Fakta sejarah ini banyak dicatat dalam naskah-naskah kuno perjalanan pedagang Cina ke Jawa. Selain itu, kegiatan berhitung cuan itu dikuatkan dengan penemuan koin cina Dinasti Song Utara di Candi Klotok yang berada di Kelurahan Pojok, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri.
Ketika dilakukan ekskavasi pada tahun 2019, bagian atas candi sudah runtuh dimakan usia. Kondisinya kini hanya menyisakan dinding setinggi 1.75 m yang terdiri dari 23 lapis bata merah. Nah, koin cina yang ditemukan terkubur di lantai bangunan candi. Kepingan uang ini ditempatkan di dalam wadah tembikar. Dari koin-koin itulah, para arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Trowulan dapat memperkirakan jika Candi Klotok didirikan pada abad 11 Masehi.
“Koin itu menjadi satu-satunya petunjuk untuk mengetahui era Candi Klotok, sebab tidak ada catatan kuno lain yang dapat dijadikan rujukan,” ujar Nugroho Harjo Lukito, arkeolog BPCB Trowulan, Senin 5 Juli 2021.
Dia menerangkan, dari enkripsi yang tertera, koin tersebut berasal dari era Dinasti Song Utara yang dipimpin kaisar Zheng 1100 sampai dengan 1117 . Dinasti yang dikenal sebagai pencetak uang kertas pertama di dunia itu berkuasa pada tahun 960 hingga 1279. Hingga pada akhirnya imperium tersebut dijatuhkan oleh serangan bangsa Mongol yang dikomandani Jenderal Kubilai Khan.
Nugroho melanjutkan, dari analisa kecocokan garis waktu, dapat diketahui jika Candi Klotok diperkirakan berdiri tahun 1117. Di masa itu Kerajaan Kediri dipimpin Raja Bhameswara. Keberadaan koin cina tersebut berkaitan dengan ritus spiritual masyarakat yang memeluk kepercayaan Hindu Budha. Ketika mendirikan bangunan peribadatan, koin dikubur di bagian bawah candi.
“Menaruh koin di candi diyakini dapat menolak bala atau malapetaka,” kata Nugroho.
Menurutnya, penemuan uang cina di Candi Klotok juga mendedahkan penafsiran tentang aktivitas perdagangan bangsa Tiongkok dan penduduk Jawa di masa lalu. Mengingat, hubungan diplomasi tersebut sudah terjadi sejak abad ke 5 Masehi. Sejumlah catatan kuno menyebutkan, pertukaran komoditas sudah terjadi sejak Dinasti Tang yang berkuasa tahun 618 sampai 906.
Masuknya para pedagang Cina ke Jawa, khususnya ke kawasan Kediri tidak terlepas dari Sungai Brantas sebagai akses transportasi. Pada masa kerajaan, Brantas berperan vital dalam berbagai bidang seperti ekonomi, politik, dan agama. Dari prasasti dan catatan sejarah Cina dikatakan, bahwa pada masa itu Sungai Brantas merupakan jalur perdagangan yang ramai. Bukan hanya di era Kerajaan Kediri, tapi juga di masa Kerajaan Singasari dan Majapahit.
“Pedagang Cina datang ke Kediri membawa barang, mulai dari seperti emas, perak, porselen, hingga kain sutra,” kata Mohammad Saifudin Zuhri, Mahasiswa Program Studi Sejarah Uiversitas Nusantara PGRI (UNP) Kediri.
Dari kajian naskah Cina kuno yang dilakukan Zuhri, ada juga komoditas lain yang diperdagangkan. Di antaranya gading, cula badak, mutiara, kapur barus, tulang penyu, kayu cendana, rempah-rempah, sulfur, safron, dan bermacam-macam burung. Dari ramainya aktivitas transaksi antara penduduk Kediri dan Tiongkok itulah yang menjadi penyebab ditemukannya koin cina di Candi Klotok.
Dalam kegiatan ekskavasi terbaru yang dilakukan pada 26 Juni 2021, di kawasan Gunung Klotok ternyata tidak hanya ditemukan satu candi saja. Ada tiga bangunan suci yang kini telah digali. Para arkeolog dari BPCB Trowulan menyimpulkan, bangunan itu disebut Wanasrama Karesian atau komplek tempat sembahyang yang alur peribadatannya dari bawah ke atas. (Hendra Surya Prasetya, Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNP Kediri, sedang magang di Kediripedia.com dalam Program Kampus Merdeka Kemendikbud)
Discussion about this post