PUNCAK tertinggi di dunia berada di Gunung Everest, Nepal, setinggi 8.848 Meter di Atas Permukaan Laut (MDPL). Banyak yang bercita-cita menggapai atap dunia itu, namun tak semua orang mampu. Mendaki gunung es di Pegunungan Himalaya harus dibekali kondisi fisik prima, peralatan, dan dipandu orang yang benar-benar ahli.
Afri Rizki, pria kelahiran Aceh ini nyaris kehilangan nyawa saat menuju Everest Base Camp (EBC) di Lembah Khumbu, Nepal pada 2019. Afri mengalami Acute Mountain Sick (AMS), akibat kekurangan oksigen di cuaca ekstrem dengan suhu -10 derajat celcius.
Afri yang saat itu mendaki sendirian makin tak berdaya, tubuhnya lemas karena terkena diare. Beruntung, lelaki yang pernah menjadi tutor Kampung Inggris, Pare, Kabupaten Kediri ini masih bisa selamat.
“Saya ditolong seorang pendaki yang kebetulan adalah dokter,” kata Afri saat dihubungi Kediripedia.com via telepon pada Selasa, 14 Juni 2023.
Berkat bantuan itu, dia berhasil mencapai Everest Base Camp. Di kawasan setinggi 5364 Meter di Atas Permukaan Laut (MDPL) inilah, Gunung Everest bisa terlihat utuh. Tempat ini juga dijadikan pintu masuk trek pendakian ke puncak Everest.
Lulusan Sekolah Tinggi Bahasa Asing (STIBA) Malang itu memang tidak melanjutkan pendakian ke puncak Everest. Namun, dia tercatat sebagai pendaki termuda yang berhasil menaklukkan Everest Base Camp, yakni di usia 24 tahun.
Afri mengatakan, jika ingin mencapai puncak diharuskan berlatih fisik dan beradaptasi dengan cuaca Himalaya selama 5 tahun. Biaya yang dibutuhkan sekitar 1,5 miliar rupiah, untuk urusan administrasi dan ongkos perjalanan.
“Biaya 1,5 miliar itu belum termasuk penginapan, biaya makan, dan jasa pemandu,” ujar pria yang kini menjabat sebagai Ketua Asosiasi Pelaku Pariwisata Indonesia (ASPPI) Aceh Besar.
Meski pernah hampir tewas saat menyusuri jalur pendakian, Afri justru makin jatuh cinta dengan Everest. Dia lantas membuka jasa pemandu pendakian menuju Everest Base Camp bernama Youth Holiday. Hanya orang terpilih saja yang dibolehkan menjadi pendamping pendakian. Di usianya yang kini menginjak 28 tahun, Afri adalah pemandu termuda asal Indonesia.
Wisatawan yang menggunakan jasa Youth Holiday kebanyakan berasal dari Indonesia dan Amerika. Kawasan Everest Base Camp sebenarnya bisa ditempuh menggunakan mobil. Namun, para pelancong kebanyakan ingin merasakan sensasi mendaki gunung es dengan rute perjalanan ekstrim. Sempat vakum 2 tahun karena pandemi Covid-19, pendakian dibuka kembali pada tahun 2022.
Joshua, wisatawan asal Amerika merasa sangat senang dapat melakukan pendakian bersama Afri. Bersama pemandu dari Indonesia, dia dapat mewujudkan impiannya mendaki gunung Everest dengan selamat. Meskipun jalur pendakian cukup berat dan ekstrem, ia sangat menikmatinya.
“Saya berterimakasih kepada Afri dan tim atas perjalannya dan saya berjanji akan melakukan perjalanan selanjutnya bersama-sama lagi di lain waktu,” ungkap Josh.
Pendakian menuju Everest Base Camp membutuhkan 8 hari pendakian dan 3 hari perjalanan pulang. Satu tim pendakian berisi 10 pelancong berisi 1 pendamping, 5 pengangkut barang, 2 pemandu dari warga asli Nepal.
“Untuk paket pendakian mulai dari 25 juta hingga sekitar 50 juta, tergantung fasilitas yang diminta,” kata Afri.
Selain perjalanan pendakian di Nepal, Afri juga memfasilitasi wisata di dalam maupun luar negeri. Pekat termurah dibanderol dengan harga 10 juta dan termahal 80 juta tergantung tujuan wisata dan fasilitas permintaan pelancong. Fasilitas yang ditawarkan mulai dari tiket pesawat, pengurusan visa, penginapan, transportasi, pemandu, hingga wahana tambahan.
Hingga kini Afri masih mengelola jasa wisata Youth Holiday seorang diri. Ia mengatakan jika modal utama mengembangkan bisnis pariwisata ini adalah pengalaman dan relasi. Untuk administrasi dan pemilihan rute digarap secara mandiri sesuai riset dan pengalaman. Selanjutnya, ia merencanakan perjalanan ke Peru, Afrika, dan Amerika. (Ahmad Eko Hadi)
Discussion about this post